Part 3 'Usaha Hari Kedua'

391 59 39
                                    




























KAKAK TEMEN

























Brakk!

“Argh! Gue enggak terima!” teriak Jisung dengan sangat kesal. Dia bahkan sampai menggebrak meja dengan keras.

“Bikin kaget aja sih, Sung! Lo kenapa, dah?” tanya Felix. Dia yang sedang mengotak atik ponselnya, di buat terkejut karena Jisung menggebrak meja. Beruntung kelas hari ini kosong karena sekolah libur.

Felix dan Jisung berada di sekolah sekarang karena ada tugas kelompok. Teman-teman satu kelompoknya belum datang, jadi mereka menunggu di kelas. Dan Jisung tiba-tiba berteriak.

“Gue enggak terima, Felix. Gue enggak terima!” teriak Jisung.

“Iya enggak terima kenapa, tupai?! Lo jangan bikin gue ikut emosi, ya!” sentak Felix, ikut kesal.

“Gue enggak terima di giniin sama Kak Minho.”

“Hah?! Di giniin gimana?” Felix menatap terkejut. Jisung menoleh kearah Felix dan menatapnya penuh serius. Tapi sedetik kemudian si tupai memasang wajah melas.

“Gue di bohongin, huwee.” rengeknya. Felix tertegun.

“Padahal gue udah seneng Kak Minho mau ngajarin gue kalau gue duduk di bangku depan. Eh, pas gue udah duduk di depan, dia malah bohongin gue.” Jisung mencebikkan bibirnya.

“Kak Minho minta lo duduk di depan?” tanya Felix dengan alis terangkat.

“Iya. Kak Minho bilang kalau gue duduk di depan, dia bakal ngajarin gue matematika. Gue udah seneng banget, jadi gue langsung duduk di depan. Eh, Kak Minho tiba-tiba bilang, tapi bohong. Gue sibuk, enggak ada waktu nyenye nyenye. Tai kadal! Kesel banget gue.”

Jisung menekuk wajahnya. Dia benar-benar kesal. Sebenarnya bukan karena penolakan Minho. Si tupai bisa saja membujuk Minho lagi sekalipun di tolak berulang kali. Tapi karena dirinya kemarin menurut pada Minho karena aura dingin yang lebih mendominasinya. Jisung tidak terima dibuat menurut karena aura Minho yang lebih dominan.

“Aneh. Enggak bisanya.” gumam Felix sambil memegang ujung dagunya dengan tangan kanan.

“Lo ngomong apa, Lix?” tanya Jisung, menoleh kearah Felix dengan raut wajah yang masih di tekuk.

“O-oh, enggak. Enggak ada. Jadi, lo bakal nyerah abis di bohongin sama Kak Minho?” tanya Felix.

“Mana ada! Gue enggak bakal nyerah! Gue bakal pastiin Kak Minho bucin sama gue!” Jisung mengepalkan tangannya ke udara. Semangatnya kembali berapi-api.

“Sebenernya gue ragu. Tapi, ya udahlah, ya. Gue dukung apa mau lo, Sung.” Felix tersenyum kaku. Dia tidak ingin mematahkan semangat Jisung.

Felix sudah berulang kali memperingatkan sahabatnya. Menaklukan sikap kakaknya yang setebal gunung es itu hal yang mustahil dan sangat ekstrem. Felix sendiri yang merupakan adik kandungnya saja, masih bisa merasakan sikap dingin kakaknya itu.

Tapi Jisung? Dengan penuh semangatnya, dia berniat menaklukan Minho. Felix tidak ingin mematahkan semangat sahabatnya itu. Di peringatkan berulang kali tidak membuatnya menyerah. Jadi Felix hanya bisa mendukung apapunnya yang Jisung lakukan. Dia akan membantu sebisa mungkin.

“Oiya, Lix.” Jisung menoleh kearah sahabatnya itu. “Lo kemarin ada urusan apaan? Trus lo bilang juga ada yang ketinggalan. Perasaan semua barang-barang lo udah lo masukin tas, deh.” tanyanya.

Kakak Temen || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang