Part 10 'Ngaku!'

790 58 131
                                    































KAKAK TEMEN



























“Aaarghh! Gue enggak bisa! Gue enggak bisa!”

Erangan penuh dengan rasa frustasi itu terdengar memenuhi kamar Minho. Jisung terlihat duduk di meja belajar dengan kepala yang tersandar di kepala kursi. Kedua tangannya lemas di samping tubuhnya.

Buku tebal bertuliskan rumus dan angka-angka terbuka di hadapannya. Kertas yang berisi coretan cara pengerjaan yang belum selesai juga berserakan disana. Sebuah sumber yang membuat si empunya mengerang frustasi karena tidak bisa menyelesaikan satu pun soal di lembar itu.

“Hukuman dari Pak Chan belum gue selesain. Belajar buat ulangan juga belum sama sekali. Gue harus gimana coba? Argh!”

Jisung benar-benar frustasi. Dia tidak bisa mengerjakan soal karena tidak paham. Berulang kali si tupai mencoba mengerjakan, tapi selalu saja buntu. Jika tidak ada hasil, maka tidak ada jawaban yang ada di soal. Entah karena memang tidak ada jawaban, atau karena Jisung yang tidak bisa mengerjakan.

Dan ulangan. Jisung belum mempersiapkan apapun untuk ulangan lusa. Bebannya mungkin tidak akan terasa berat jika hanya mengetahui perihal ulangan. Tapi karena si tupai mengingat bayaran utangnya pada Minho adalah nilai seratus di ulangan matematika, bebannya menjadi sangat berat.

“Dapet nilai seratus? Mustahil. Gue dapet nilai empat puluh di ulangan matematika aja, rasanya udah engap banget mikirnya. Lah ini? Seratus? Meninggal udah.” celetuk Jisung.

“Coba aja kalau Kak Minho disini. Pasti udah di ajarin gimana cara ngerjainnya.” gumamnya.

Jisung menatap lurus kearah langit-langit kamar Minho. Sejak dirinya pergi dari apartemen Minho dan pulang ke rumah, Minho sama sekali tidak menyusulnya kesini. Bahkan sampai detik ini, dimana hari sudah malam, Minho sama sekali tidak menghubungi Jisung.

Bukan Jisung mengharapkan Minho menghubunginya. Tapi, melihat sikap Minho yang tidak suka Jisung membolos les tapi hari ini sama sekali tidak mencari si tupai untuk les, itu adalah hal yang aneh. Meski baru pertama kali, tapi itu tidak biasanya.

“Kalau gue tutup mata, bayangin Kak Minho trus panggil nama dia tiga kali, Kak Minho bakal muncul enggak, ya?”

Konyol. Sebuah pemikiran tidak berdasar yang random tiba-tiba muncul di otak si tupai. Entah karena efek frustasi atau memang sedang konyol saja. Dan semakin konyol ketika Jisung mulai menutup matanya.

“Kak Minho. Kak Minho. Kak Minho.”

Jisung memanggilnya tiga kali. Seperti apa yang tengah di pikirkannya. Hening. Ya, tidak heran jika akan hening. Jisung menghela napas panjang sebelum kemudian membuka matanya.

“Udah selesai ritual konyol lo?”

“Huwaa!”

Jisung terkejut dan langsung bangun dari kursi. Dia menatap Minho dengan mata membulat. Minho menegakkan badannya dan menatap dingin seperti biasanya.

“Kak Minho beneran disini? Atau halu aja ini. Enggak mungkin, enggak mungkin.” Jisung menggelengkan kepalanya dan mengusap matanya beberapa kali. Tapi sosok Minho masih bisa berdiri di hadapannya.

“Beneran Kak Minho?” tanya Jisung, ragu.

Minho hanya diam di tempatnya. Jisung mulai ragu. Dia melangkahkan kakinya mendekat pada Minho. Tangannya terangkat untuk menangkup kedua pipi Minho.

Kakak Temen || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang