Part 1 'Calon Gebetan'

953 73 73
                                    




































KAKAK TEMEN

































Brakk!!

“Gue telaaat!!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gue telaaat!!”

Ctak!

“Keluar kamu, Jisung Faresta!”

Teriakan tegas itu terdengar bersamaan dengan lemparan spidol yang mengenai kepala murid yang baru saja datang. Dia, Jisung, mengusap kepalanya dengan bibir yang manyun. Lemparan spidol dari guru matematikanya itu selalu tepat sasaran.

Ya, ini memang bukan pertama kalinya Jisung telat. Hampir di setiap pelajaran matematika, dia akan telat masuk kelas. Sampai Pak Chan, guru matematika, selalu hapal dan selalu tepat sasaran melempar spidolnya. Bahkan jam dimana Jisung akan masuk pun, Pak Chan bisa tau.

“Eh! Mau kemana kamu?” tanya Pak Chan ketika Jisung hendak berbalik dan berjalan pergi.

“Tadi katanya suruh keluar. Gimana sih, pak?” Jisung berbalik dengan manyun.

“Ambil spidolnya trus bawa kesini.” pinta Pak Chan. Jisung melihat spidol yang tergeletak di dekat kakinya. Dia memungut spidol itu dan berjalan menghampiri Pak Chan.

“Ini, pak.” Jisung mengulurkan spidolnya pada Pak Chan. Tapi guru matematika itu tidak segera mengambil spidol di tangan si tupai, malah melihat Jisung dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Kamu ini ke sekolah apa mau main, Jisung? Berantakan banget.” ucap Pak Chan.

“Takut telat, pak. Makanya saya buru-buru.”

“Buru-buru juga kamu masih telat.” cibir Pak Chan. Jisung hanya menundukkan kepalanya sambil manyun.

“Karena kamu telat, kamu bapak hukum. Berdiri di luar kelas. Enggak boleh masuk sebelum pelajaran bapak selesai. Ngerti?”

“Iya, pak.”

“Sama satu lagi. Kalau bapak tau kamu enggak berdiri di luar, bapak kasih hukuman tambahan. Sana.”

Jisung berbalik dan berjalan keluar kelas. Tapi sebelum itu, dia sedikit melirik kearah salah satu teman sekelasnya. Sahabat dekatnya yang terlihat menatap protes di bangkunya. Dimana dia hanya duduk sendiri dan bangku sebelahnya, bangku Jisung, kosong. Si tupai hanya menjulurkan sedikit lidahnya untuk mengejek sahabatnya sebelum kemudian keluar dari kelasnya.

“Hahh, lega. Enggak papa deh di hukum sama Pak Chan. Dari pada gue pusing dengerin penjelasan sama tulisan angka-angka doang.”

Matematika. Jisung tidak membenci pelajaran itu. Hanya saja, sejak kelas satu SMA, Pak Chan yang menjadi guru matematika. Entah memang karena pengaruh cara mengajar beliau yang sangat luar biasa menyenangkan, Jisung sampai tidak bisa memahaminya.

Kakak Temen || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang