Jeffrey menarik tangan dari Ethan. Dia marah tentu saja. Padahal dia baru saja berniat akan mengkonfrontasi Joanna dan Mega di tempat. Karena dia jelas penasaran kenapa mereka bergandengan tangan di tempat umum seperti sekarang."Jeffrey! Jangan seperti ini! Kamu bisa merusak pernikahan Justin!"
Mata Jeffrey memerah. Kedua tangannya juga sudah mengepal. Siap meninju Ethan yang kini ada di depan.
"Sama seperti apa yang sudah kukatakan di telepon sebelumnya. Mereka sudah berpacaran. Selama dua bulan. Itu sebabnya aku memintamu untuk tidak datang."
"AKU BELUM PUTUS BAJINGAN!"
Jeffrey mendorong Ethan. Dia berniat kembali mendekati Joanna dan Mega. Namun ternyata, mereka sendiri yang mendekati dirinya.
"Justin dan Nuri sudah mengalami banyak kesulitan untuk mewujudkan acara ini. Aku harap kamu bisa menahan emosi."
Ucap Mega pada Jeffrey. Sedangkan Joanna diam saja saat ini. Dia hanya menatap Jeffrey sembari berdiri di belakang tubuh tinggi pacar barunya ini.
"BAJINGAN!"
Jeffrey meninju wajah Mega sekali. Lalu pergi dari tempat ini. Meninggalkan semua orang yang ada di sini. Guna menenangkan diri.
"Kalian keterlaluan!"
Seru Ethan sebelum menyusul Jeffrey. Sedangkan Joanna hanya diam saat ini. Sampai Mega menggenggam tangannya lagi.
"Aku yang akan mengurus semuanya. Kamu tenang saja."
Joanna mengangguk singkat. Lalu ikut Mega menemui si mempelai pria. Guna memberikan semangat agar tidak terlalu tegang.
Sepanjang acara, Joanna tidak pernah terpisah dari Mega. Karena selain keduanya bertugas membawa kamera, ini juga karena Joanna takut Jeffrey mendekati dirinya. Sebab dia tidak ingin berdebat sekarang. Tidak ingin membuat keributan dan membuat acara pernikahan Justin dan Nuri yang sejak awal mendapat banyak kesulitan menjadi berantakan.
"Kita perlu bicara!"
Seru Jeffrey saat melewati mereka. Tentu saja setelah sesi foto bersama dilangsungkan. Karena ini adalah acara terakhir di sana.
"Aku ikut!"
Joanna menahan tangan Mega. Sebab dia ingin ikut berbicara dengan Jeffrey juga. Karena tidak ingin jika hanya Mega yang disalahkan.
"Jangan! Kamu tunggu di mobil saja."
Mega memberikan kunci mobil pada Joanna. Karena dia tidak ingin wanita itu berdekatan dengan Jeffrey sekarang. Agak takut juga jika mereka kembali memiliki getaran dan akhirnya tidak bisa saling meninggalkan.
"Aku takut kalian saling pukul. Paling tidak biarkan aku mengamati dari jauh."
Mega diam sejenak, karena berpikir tentu saja. Lalu menggeleng pelan. Sebab dia tidak ingin Joanna semakin kepikiran.
"Tidak perlu, aku janji kita tidak akan saling pukul. Aku tidak akan tersulut."
Mega pergi begitu saja. Meninggalkan Joanna yang tampak berkaca-kaca. Karena merasa bersalah. Mengingat masalah ini disebabkan oleh dirinya.
"Sabar, ya? Aku benar-benar berterima kasih karena kalian mau menahan diri sepanjang acara. Aku harap masalah ini segera membaik. Mau seperti apa akhirnya nanti, kamu akan kuanggap sebagai teman baik."
Ucap Nuri di samping Justin. Dia juga mengusap pundak Joanna beberapa kali. Sebelum dipanggil fotografer yang dibawa Jeffrey untuk melakukan foto lagi.
Joanna memutuskan untuk memasuki mobil. Dia terus berpikir akan apa yang akan dilakukan nanti. Akan apa yang akan dikatakan pada Jeffrey, saat mereka bertemu lagi.
Di tempat lain, Mega dan Jeffrey sedang berhadapan. Mega tampak santai namun tidak dengan Jeffrey yang sudah mengepalkan tangan. Karena emosi yang sejak tadi ditahan sudah memuncak.
"Apa maksud semua ini? Kamu tahu aku berniat serius kali ini, kan? Lalu kenapa kamu melakukan ini, Bajingan!? Kamu pasti sudah mengincar dia sejak lama, kan? Sengaja menolak proyek jembatan ini agar aku yang maju, kan? Bajingan! Kamu benar-benar pengkhianat!"
Bugh...
Jeffrey meninju Mega. Hanya sekali saja. Karena si teman tidak membalas. Tidak juga menghindar. Seolah sudah mengaku salah.
"Aku memang salah karena telah diam-diam menyukai Joanna. Aku juga salah karena sudah merekomendasikan proyek jembatan sehingga kalian harus lama berpisah. Tapi ini bukan kesalahanku saja. Kamu jelas ikut andil juga. Aku dan Joanna tidak akan berhubungan kalau kamu tidak berselingkuh di sana. Kita sudah dewasa, mari kita selesaikan secara baik-baik saja."
"Selingkuh? Apa maksudmu, hah!? Jangan memutar balikkan fakta! Kalian yang berselingkuh! Selama ini hubunganku dan Joanna baik-baik saja! Kita tidak pernah bermasalah selama aku menjalankan proyek jembatan!"
"Tidak pernah? Hahaha, jangan membuatku tertawa. Kamu pikir kita semua bodoh, Jeffrey? Kamu pikir aku tidak bisa mengakses informasi tentang apa saja yang terjadi di proyek ini?"
Mega tertawa sumbang. Kemudian meraih ponsel dari daku celana. Lalu mengirim sesuatu pada Jeffrey yang tentu saja tempak begitu marah. Karena merasa baru saja difitnah.
"Jangan asal bicara! Jadi kamu sengaja menyebar fitnah ini hingga Joanna termakan? Lalu berhubungan denganmu supaya bisa balas dendam? Bajingan! Ternyata kamu memang binatang!"
Jeffrey berniat meninju Mega lagi. Namun kali ini si teman menghindari. Sebab dia tidak merasa salah seperti tadi.
"Fitnah? Coba cek ponselmu sekarang! Lihat! Siapa yang paling binatang?"
Jeffrey mulai meraih ponselnya dari saku celana. Lalu memutar video yang baru saja Mega kirimkan. Video yang berisi dirinya bersama Bunga saat berciuman di dalam tenda. Saat wanita itu mengatakan suka. Namun Jeffrey jelas menolak karena sudah ada pacar. Tetapi wanita itu justru menciumnya secara brutal.
"Dari mana kamu dapat ini? Apa Joanna juga melihat ini?"
Mata Jeffrey berkaca-kaca. Dia tampak khawatir sekarang. Khawatir jika Joanna melihatnya dan membuat wanita itu berpikir macam-macam tentangnya.
"Kamu pikir dia mau menerimaku jika dia tidak melihat itu? Jeffrey, kamu tahu Joanna tidak akan menjadi jahat jika tidak disulut. Jadi tentu dia melihat itu. Aku bahkan butuh tiga bulan untuk meyakinkan. Aku rasa ini impas karena kamu juga tidak setia. Jadi, jangan bertingkah seolah hanya kamu yang paling dirugikan. Karena Joanna juga sama!"
Mega pergi begitu saja. Meninggalkan Jeffrey yang kini hanya mematung di tempat. Sebab tidak menyangka jika Joanna menyimpan hal ini begitu lama darinya. Sebab insiden ciuman ini terjadi pada dua minggu setelah dia menjalankan proyek jembatan.
10 comments for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
STAGE OF GRIEF
RomanceThe 5 Stages of Grief is a theory developed by psychiatrist Elisabeth Kübler-Ross. It suggests that we go through five distinct stages after the loss of a loved one.