Satu bulan kemudian.Jeffrey menatap pantulan wajah di depan kaca. Dia tampak begitu menawan dengan balutan setelan jas warna hitam. Karena itu adalah dress code para tamu undangan.
"Seharusnya hari ini aku pakai jas warna putih."
Jeffrey mulai menduduki tepi ranjang. Lalu melihat foto-foto Joanna yang masih ada di dalam ponselnya. Foto saat mereka masih bersama.
Drttt...
Hingga tiba-tiba saja ada panggilan datang. Dari Bunga. Karena Jeffrey sengaja membawa wanita itu untuk menghadiri acara pernikahan Joanna dan Mega.
"Aku jemput sekarang. Aku juga sudah siap."
Setelah mematikan panggilan, Jeffrey langsung bangkit dari ranjang. Lalu menjemput Bunga di rumahnya. Kemudian sama-sama menuju gedung pernikahan.
"Megah sekali. Mega orang kaya, ya?"
Tanya Bunga saat turun dari mobil. Dia juga mulai mengapit lengan Jeffrey. Karena mereka memang sudah dekat sekali. Sehingga sudah tidak canggung lagi jika harus melakukan skinship seperti ini.
"Dia dapat lebih banyak proyek penting setelah menolak proyek jembatan. Dia juga kenal banyak anggota dewan. Tidak heran jika dia dipercaya membangun beberapa pembangunan kota."
Bunga tampak membelalakkan mata. Karena tidak menyangka jika Mega lebih sukses dari Jeffrey dan dirinya. Dia pintar memilih proyek juga. Sehingga namanya banyak dikenal karena hasil karya yang hebat-hebat.
"Wah, mantan pacarmu pintar juga, ya? Tidak heran dia mau cepat-cepat menikahi Mega. Dia pasti takut dia direbut wanita lain di luar sana."
Jeffrey diam saja. Karena dia mulai sibuk menatap sekitar. Sebab teman-temannya sudah terlebih dahulu datang ke sana. Termasuk Nuri dan Justin yang tidak membawa bayinya. Karena dititipkan pada orang tuanya.
"Jeffrey!"
Jeffrey mulai mendekati teman-temannya. Lalu mengenalkan Bunga pada mereka. Membuat mereka hanya tersenyum canggung sekarang. Karena jelas mereka tahu Bunga siapa. Sebab teman-temannya sudah melihat video skandal Jeffrey sebelumnya.
Di lain tempat, Joanna sedang didatangi Mega di ruang rias. Sebab dia baru diberi kabar jika calon istrinya sedang kesakitan di bagian perutnya. Mungkin karena asam lambung naik dan stress juga.
"Makan saja! Tidak perlu puasa!"
Mega mengusap pundak Joanna yang berbaring di atas sofa. Hingga tatanan rambutnya sedikit berantakan. Padahal acara akad nikah akan segera dilangsungkan.
"Dudukkan sekarang! Aku sudah bawa bubur!"
Seru Liana, ibu Joanna yang baru saja membuat bubur di belakang. Dibantu orang WO juga. Karena mereka sulit menemukan penjual bubur di sekitar. Sedangkan Joanna yang sudah hampir pingsan tidak mau memakan apapun kecuali bubur sekarang.
Mega mendudukkan Joanna. Dia juga menyandarkan kepala wanita itu pada dadanya. Hingga Liana mulai menyuapkan bubur untuknya. Namun baru saja tiga suap tertelan, Joanna langsung membuat gestur ingin muntah. Hingga orang-orang segera mendekatkan kresek besar yang tidak terpakai padanya.
Orang-orang panik sekarang. Hingga salah satu saudara Mega yang seorang dokter langsung menelepon petugas medis untuk datang. Agar memberi injeksi pada Joanna. Sebab wanita itu tidak bisa ke rumah sakit sekarang. Mengingat akad akan berlangsung dalam satu jam ke depan.
"Iya, tolong segera. Lambungnya sudah tidak bisa menerima makanan dan minuman. Bahkan air putih saja dikeluarkan."
Mega yang sedang memijat tengkuk Joanna mulai melirik saudaranya yang sedang menelepon seseorang. Dia jelas panik sekarang. Sebab Joanna tampak pucat. Dia hampir pingsan karena sejak tadi tidak berhenti muntah. Bahkan riasan di bagian hidung ke bawah sudah hilang.
"Kita bawa ke rumah sakit saja sekarang!"
Seruan Mega mendapat penolakan dari banyak orang. Terlebih orang tuanya yang takut malu jika pernikahan gagal. Sebab acara ini sudah menghabiskan ratusan juta. Jelas dia tidak mau uang anaknya terbuang sia-sia.
Sedangkan orang tua Joanna hanya bisa menatap khawatir anaknya. Sebab mereka juga bingung harus melakukan apa. Apalagi mereka tidak ikut menyumbang apa-apa dalam pernikahan anaknya. Sebab Mega sendiri yang mengatakan akan membiayai semuanya.
"Ayo, lah! Om! Ayo bantu aku bawa calon istriku ke rumah sakit!"
"Jangan gila! Penghulu sudah di jalan! Jangan sampai pernikahan ini gagal!"
Seru ibu Mega. Dia hampir menangis sekarang. Karena panik tentu saja.
"Kita bawa anakku ke rumah sakit sekarang! Aku yang akan ganti semua kerugian kalian!"
Seru Liana yang sudah menangis. Dia takut sekali. Karena selama ini tidak pernah melihat Joanna seperti ini.
Wajahnya pucat pasi. Seperti tidak teraliri darah lagi. Dia juga sudah memejamkan mata saat ini. Dengan keringat yang sudah membasahi dahi.
"Tunggu dulu! Sepertinya mereka sudah ada di depan!"
Saudara Mega yang seorang dokter mulai berlari keluar gedung. Tidak lama kemudian dia masuk bersama dua orang yang membawa tas besar berwarna putih ungu.
Di ballroom, Jeffrey yang sedang minum terkejut saat mendengar orang-orang yang mulai membisikan sesuatu. Mereka mengatakan jika mempelai wanita sakit dan sedang diinfus. Padahal acara akad akan segera berlangsung.
10 comments for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
STAGE OF GRIEF
RomanceThe 5 Stages of Grief is a theory developed by psychiatrist Elisabeth Kübler-Ross. It suggests that we go through five distinct stages after the loss of a loved one.