Tiga hari kemudian.Jeffrey lagi-lagi mendatangi rumah Resa. Karena ingin bertemu Joanna. Mengingat wanita itu tinggal di sana. Selama di Jakarta.
"Joanna belum pulang, Tante?"
"Belum. Harusnya hari ini. Kamu tidak WA dia lagi?"
Jeffrey menggeleng pelan. Sebab Resa sudah tahu jika Joanna sudah putus dengannya. Karena si keponakan kerap diantar jemput oleh Mega pada dua bulan ke belakang.
"Ya sudah, tunggu saja di sini. Mau masuk saja? Tante buatkan teh sebentar."
"Tidak perlu repot Tante, aku akan duduk di sini. Tante lanjut beraktivitas saja. Ini, saya bawakan buah. Kebetulan tadi lewat toko buah."
Resa tampak senang. Karena dia jelas suka buah. Sama seperti Joanna juga. Itu sebabnya mereka kerap menyentok banyak buah. Sebab itu adalah camilan sehari-hari mereka.
"Wah, terima kasih. Joanna pasti suka kalau pulang nanti."
Jeffrey tersenyum sembari mengangguk pelan. Dia hanya menatap punggung Resa yang mulai masuk rumah. Meninggalkan dirinya yang kini duduk di kursi teras.
Di sana, Jeffrey kerap duduk menunggu Joanna. Kerap juga pacaran di sana. Saat Joanna malas keluar atau karena cuaca tidak mendukung untuk berada di luar.
Banyak kenangan di sana. Membuat Jeffrey mulai berkaca-kaca. Karena dia jelas masih mencintai Joanna. Setelah apa yang sudah wanita itu lakukan padanya. Sebab dia juga sadar jika Joanna tidak mungkin berlaku demikian jika tidak ada penyulutnya.
Brum...
Lamunan Jeffrey buyar saat suara mesin mobil terdengar. Hingga pria tinggi keluar dari sana. Sembari membawa plastik berlogo buah pada depannya. Sama persis seperti yang Jeffrey bawa sebelumnya.
"Sedang apa di sini?"
Tanya Mega sebelum menekan bel rumah. Sebab dia memang sedang ingin bertemu Joanna. Ingin membujuk wanita itu agar mau kembali dengannya.
"Bukan urusanmu!"
Mega mendecih pelan. Lalu menyapa Resa yang baru saja keluar. Kemudian memberikan buah yang dibawa.
Resa tampak gelisah. Dia menatap Mega dan Jeffrey bergantian. Hingga tiba-tiba saja Joanna datang. Sendirian. Sembari membawa tas ransel hitam. Karena dia baru saja pulang dari rumah orang tuanya.
"Ada apa ini?"
Tanya Joanna pada Jeffrey dan Mega. Sedangkan Resa kembali masuk sembari membawa buah pemberian Mega. Sebab dia tidak ingin ikut campur masalah percintaan anak muda.
"Aku ingin bicara. Ada yang harus aku luruskan."
Ucap Jeffrey saat berdiri dari duduknya. Sedangkan Mega mulai mendecih pelan. Lalu mendekati Joanna.
"Aku hanya ingin mampir sebentar. Kebetulan lewat. Kalau begitu aku pamit sekarang. Senang melihatmu baik-baik saja."
Ucap Mega sebelum pergi. Dia sempat melirik Jeffrey sinis. Lalu meninggalkan rumah ingin dengan perasaan was-was sekali.
"Aku dan Bunga tidak ada apa-apa. Video yang kamu lihat tidak seperti itu maksudnya. Aku———"
"Aku sudah tahu. Bunga sudah mengirim DM padaku."
Joanna duduk di kursi yang ada di sebelah Jeffrey. Lalu menatap pria ini. Sebab selama tiga hari dia banyak berpikir tentang akan apa yang harus dilakukan nanti.
"Kamu percaya padaku, kan? Kita tidak ada apa-apa. Aku tidak pernah selingkuh dengan dia."
Jeffrey mulai jongkok di depan Joanna. Dia juga meraih kedua tangan si wanita. Sebab dia ingin berusaha memperbaiki hubungan. Tidak peduli jika si wanita dengan Mega sempat berhubungan.
"Maaf karena aku tidak mengkonfirmasi hal ini padamu terlebih dahulu. Maaf juga karena sudah membalas dendam menggunakan temanmu. Tapi jujur, aku merasa tidak bisa melanjutkan hubungan denganmu. Bukan karena aku masih ragu padamu. Tapi karena aku terlalu malu. Apa yang kulakukan benar-benar tidak bermutu. Aku tidak mau merasa bersalah seumur hidup. Jadi, tolong bantu aku! Ayo akhiri hubungan ini tanpa harus menguras banyak energi dan membuat orang lain merasa terganggu. "
Joanna mulai menarik tangan. Dia juga bangkit dari duduknya. Meninggalkan Jeffrey yang kini menatapnya tidak percaya. Sebab usahanya untuk memperbaiki hubungan jelas gagal.
"Aku sudah kirim isi tabungan bersama kita. Sudah aku bagi dua berikut bunganya. Jeffrey, aku sudah terlalu lelah untuk menghadapi drama kehidupan. Jadi, jangan coba-coba untuk mengirim kembali uangnya. Karena aku tidak akan mengirim uang ini dua kali di akun yang sama!"
Joanna langsung memasuki rumah dan mengunci pintu dari dalam. Sebab tidak ingin Jeffrey ikut masuk dan mengganggu Resa. Sebab wanita itu sudah tua dan jelas butuh ketenangan.
Tiga bulan kemudian.
Jeffrey masih berada di apartemen sekarang. Dia sedang menonton series Amerika dengan memakai boxer saja. Namun ada selimut tebal yang membungkus badan. Sebab baju bersih di lemari sudah habis semua. Karena dia malas melaundry pakaian.
Ceklek...
Pintu apartemen terbuka. Membuat Jeffrey yang sedang meringkuk di atas sofa langsung mendongak dengan raut senang. Karena hanya Joanna yang tahu kode akses unitnya.
Namun saat melihat siapa pelakunya, Jeffrey langsung mendesah kecewa. Sebab yang datang Bunga dan Bagas. Bukan Joanna.
"Kamu pasti kecewa karena kami yang datang. Bukan Joanna."
Ucap Bagas yang mulai mendekat. Sedangkan Bunga yang berjalan di belakang mulai menatap jijik sekitar. Sebab apartemen Jeffrey tampak seperti kapal pecah. Sebab sampah dan baju kotor di mana-mana. Sehingga dia harus menahan nafas karena bau tentu saja.
"Bisa-bisanya kamu membuat kita bolak-balik seperti ini! Surat resignmu tidak diterima! Kami diminta membawamu kembali ke tempat proyek kita!"
Seru Bagas sembari berkacak pinggang. Dia menatap Jeffrey prihatin sekarang. Karena dia tampak benar-benar berantakan. Hanya karena satu wanita.
"Bagaimana kalian bisa masuk?"
"Aku DM mantan pacarmu. Dia bahkan tidak mau ikut datang saat tahu bagaimana keadaanmu. Sudah, lah! Jeffrey, move on! Wanita bukan dia saja! Ini sudah berlebihan! Perhatikan masa depanmu juga! Jangan sia-silakan bakatmu yang berharga demi satu wanita yang bahkan peduli padamu saja tidak!"
Seru Bunga dengan nada kesal. Dia mulai membersihkan kekacauan di apartemen Jeffrey sekarang. Memunguti sampah dan melaundry pakaian kotor Jeffrey semua. Sebab dia diberi waktu tiga hari untuk membawa Jeffrey kembali ke tempat proyek jembatan.
Sedangkan Bagas mulai berbincang dengan Jeffrey di atas sofa. Membicarakan tentang projek mereka yang kurang berjalan lancar tanpa dirinya. Agar hati Jeffrey tergerak untuk kembali datang dan melupakan rasa patah hatinya.
10 comments for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
STAGE OF GRIEF
RomanceThe 5 Stages of Grief is a theory developed by psychiatrist Elisabeth Kübler-Ross. It suggests that we go through five distinct stages after the loss of a loved one.