10. 30 PM
Jeffrey menatap Mega yang sedang mabuk di rumah Ethan. Di sana ada Justin juga. Karena dipanggil datang.
"Kenapa dia?"
Tanya Jeffrey dengan tatapan mencela. Sebab dia semakin benci pada si teman. Setelah tahu bagaimana perbuatannya pada Joanna sebelumnya.
"Menggila dia! Gara-gara diceraikan Joanna."
Jawab Justin sembari meminum kopi hitam. Sebab dia harus tetap terjaga. Karena diminta mengantar Mega pulang.
"Bukannya dia yang menceraikan?"
"Bukannya tadi kamu membawa Joanna? Dia tidak cerita?"
"Tidak. Aku hanya menurunkan Joanna di tempat penitipan anak. Mereka punya anak?"
Ethan menarik nafas panjang. Setelah sejak tadi diam saja. Karena pusing sebab mendengar ocehan Mega sebelum pingsan.
"Dia anak angkat mereka."
"Hah? Kok bisa? Anak saudara? Atau bagaimana?"
"Mereka tidak akur setelah Joanna pulang dari rumah sakit pasca resepsi. Sehingga mereka tidak ada kesempatan untuk membuat anak sendiri. Karena keseharian mereka selalu diisi pertengkaran tanpa henti. Kamu tahu sendiri Mega sejahat apa kalau sudah kesal dengan orang. Sedangkan Joanna diam saja, tapi aksi yang berbicara. Dia tidak pernah tidur di rumah. Dia selalu tidur di rumah Tante Resa setiap malam. Subuh baru pulang. Begitu terus setiap malam."
Penjelasan Justin membuat Jeffrey merasa bersalah. Sebab dia menduga jika akar permasalahan ini adalah tato Joanna. Sehingga dia juga harus bertanggung jawab. Karena dulu, dia yang mengusulkan menato badan.
"Memangnya apa masalahnya? Pasti ada---"
"TIDAK USAH PURA-PURA! INI SEMUA GARA-GARA TATO SIALAN YANG SUDAH DIHAPUS! GARA-GARA INI DIA MARAH PADAKU SAMPAI SEKARANG!"
Seru Mega yang tiba-tiba tersadar. Dia memaki Jeffrey dengan tubuh yang akan tumbang. Matanya juga sudah memerah dan sedikit bengkak. Karena sejak tadi sudah menangis di depan Justin dan Ethan.
"Ya salahmu sendiri juga! Kenapa juga harus buru-buru menghapus tato sampai lupa memakaikan krim anestesi dulu!? Jadinya Joanna kesakitan selama dilaser saat itu!"
"Aku mana tahu, Ethan! Aku sedang emosi saat itu! Aku seperti membeli kucing dalam karung! Aku menyesal karena tidak test drive dulu!"
"BAJINGAN!"
Jeffrey meninju Mega yang sudah mulai tersadar. Karena dia sudah minum obat pengar sebelum Jeffrey datang. Sehingga kesadarannya mulai berangsur-angsur ada.
"SEJAK AWAL AKU MEMANG SUDAH MENARUH CURIGA! KAMU PASTI TIDAK AKAN TERIMA SETELAH TAHU TATO JOANNA! BAJINGAN! SEBAIKNYA KAU MATI SAJA!"
Mega mencoba membalas pukulan Jeffrey. Namun dia kalah saat ini. Karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Selain itu, dia juga tidak memiliki tenaga karena belum makan sejak kemarin. Sebab grogi saat akan menghadiri persidangan tadi.
"Sudah, Jeff! Dia bisa mati sungguhan."
Justin menarik Jeffrey, sedangkan Ethan menarik Mega yang sudah babak belur saat ini. Namun dia belum merasakan sakit sama sekali. Karena delay mungkin.
"Ini kesempatan terakhirmu, Bajingan! Setelah ini jangan harap kamu bisa mendekati Joanna!"
Jeffrey langsung pergi dari sana. Dia berniat menemui Joanna. Siapa tahu wanita itu butuh bantuan. Karena Mega pasti akan membuat gara-gara.
Di tempat lain, Joanna sedang menidurkan Hera, anak usia tiga tahun yang diadopsi dari panti asuhan. Joanna sengaja memilih dia karena kasihan. Sebab anak itu sakit-sakitan karena memiliki penyakit paru-paru basah. Sehingga pihak panti asuhan sulit menemukan orang tua angkat untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAGE OF GRIEF
RomanceThe 5 Stages of Grief is a theory developed by psychiatrist Elisabeth Kübler-Ross. It suggests that we go through five distinct stages after the loss of a loved one.