Chapter 4

177 161 12
                                    

Hazel menatap kosong pada rumput-rumput liar yang ada di hadapannya. Entah apa yang saat ini dia pikirkan sampai-sampai lawan bicara nya sendiri tidak dia dengarkan. Dia menggenggam tangannya sendiri dengan gelisah. Rasanya dia ingin tidur saat ini untuk menenangkan pikirannya.

"Lo dengerin gue gak sih Zel?" ketus Arkana yang merasa sia-sia berbicara panjang lebar sedari tadi.

Hazel mengangguk kecil. Namun, pandangan matanya masih terasa kosong. Arkana mengacak rambutnya dengan gusar lalu beralih menatap Hazel yang duduk di sebelahnya.

"Lo gak enak badan? Kita pulang aja yaa" ujar Arkana berlutut di depan Hazel.

"Eh? Gue gak apa-apa kok, kita lanjut aja" Hazel menatap Arkana dengan senyum nya yang terpaksa.

"Ikut gue. Kita jalan-jalan" Arkana menarik tangan Hazel yang duduk di bangku teras rumahnya.

###

"Indah ya Ar" Hazel menatap pemandangan pepohonan tinggi yang ada di hadapannya.

Bukan, mereka bukan di bukit atau hutan. Mereka sedang berada di Kebun Raya Bogor. Arkana yang membawanya ke tempat ini. Entah ide dari siapa yang jelas sekarang mereka berada di tempat ini. Berdua di bawah pepohonan tinggi yang segar untuk dilihat.

"Udah ngerasa baikan sekarang?" pertanyaan itu terlontar dari bibir Arkana untuk memastikan perasaan gadis yang berdiri di depannya.

Hazel mengangguk kecil dan tersenyum bahagia. Matanya sedikit mengecil dan pipinya mengembang membentuk bulan sabit di bibirnya. Gadis berkaos warna putih, dan rok hitam panjang itu mendudukkan dirinya di tanah yang di tumbuhi oleh rumput-rumput halus. Arkana  bergerak mengikuti tindakannya.

"Waktu kita kelas 2 SMA semester 2 ada Gerhana Matahari Total yang bisa kita lihat langsung di Indonesia bagian Timur. Tepatnya tanggal 20 April 2023. Gerhana matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Bumi dan Matahari, sehingga mengaburkan sebagian atau keseluruhan citra Matahari" Arkana menjeda kalimatnya sebentar untuk menatap gadis yang selalu jadi pujaan hatinya.

"Itu menurut teorinya. Kalau menurut kisah cinta mereka, Matahari dan Bulan kembali di pertemukan atas kehendak Tuhan. Tuhan menetapkan Matahari untuk menerangi siang dan Bulan untuk menjaga malam. Hancur karena perpisahan mereka, Bulan terkadang tidak muncul di malam yang suram. Menyadari bahwa cinta itu mungkin, bahkan cinta Bulan dan Matahari, Tuhan menciptakan gerhana, momen singkat di mana Matahari dan Bulan bisa bersama." Arkana menyelesaikan kalimatnya diakhiri dengan senyum tipis.

"Kalau soal gerhana-gerhana itu gue udah dengar dari lo waktu libur kenaikan kelas kemarin. Tapi kok lo gak bilang waktu di kelas 2 ada gerhana sih? Kan bisa kita lihat bareng-bareng" Hazel menatap Arkana dengan ekspresi kesal yang justru terlihat menggemaskan di mata lelaki itu.

"Lagian lo ada-ada aja, semua kejadian yang di galaksi lo kaitkan dengan cinta. Apa jangan-jangan cinta lo gak terbalas ya?" Hazel menunjuk lelaki yang ada di samping nya dengan ekspresi jahil.

"Mana ada, gue bukan lagi jatuh cinta. Udahan yok. Gue bosan" Arkana mengalihkan topik untuk menghindari pertanyaan aneh yang selanjutnya akan keluar dari bibir Hazel.

Arkana berdiri dari duduknya lalu sedikit membersihkan belakang celananya yang kotor akibat duduk diatas tanah. Arkana berinisiatif memberi uluran tangannya pada Hazel untuk membantu gadis itu berdiri. Hazel menerima uluran tangan kekar itu dengan senyum indah yang terbit di wajahnya. Selanjutnya gadis itu berjalan bersama Arkana menuju parkiran untuk diantar pulang sebelum sang penguasa malam datang.

TBC
Tinggalkan jejakmu!

VIDA COMPLICADA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang