Chapter 3

187 158 19
                                    

"KAVINDRAA... LO GAK APA-APA?" Teriakan itu menggema di ruangan medis milik Kavindra. Siapa lagi jika bukan teriakan dari Hazel yang sanggup memekakkan telinga.

"Ini rumah sakit Zel! Jangan kebiasaan teriak-teriak" Arkana memperingati Hazel agar gadis itu sadar dimana mereka sekarang berada.

"Yang bilang ini kuburan siapa emang?" Bentak kan gadis itu membalas peringatan Arkana. Arkana hanya mendengkus kesal.

"Lagian orang yang lo panggil belum sadar juga kok. Pake teriak-teriak segala. Bising tau gak?"

"Suka-suka gue dong. Siapa tahu dengan gue teriak Kavindra bangun"

"Yaa, yaa, yaa. Terserah lo aja deh. Sebahagia lo!"

"By the way, ruang rawat Dhea dimana ya? Lo gak nanya tadi sama susternya?"

"Gak ada korban atas nama Dhea tadi kata susternya"

"HAH? Trus Dhea dimana dong?" Kepanikan terdengar jelas dari nada bicara gadis itu.

"Dhea di culik tadi waktu kita kecelakaan" suara lirih dari Kavindra yang baru saja sadar dari pingsan nya terdengar diantara percakapan mereka.

"Lo udah sadar Kav?"

"Lo liat nggak bentukan orang yang nabrak kalian atau yang culik Dhea?" Arkana menyela pertanyaan Hazel.

"Waktu di tabrak tadi motor gue oleng trus gue jatuh. Kepala gue terbentur ke tembok dekat selokan. Saat gue mau bangkit ada orang yang pukul kepala gue pakai bata. Disitu gue ngerasa kepala gue keluar cairan waktu gue pegang ternyata darah, terus pandangan gue kabur dan gue lihat Dhea di seret dalam keadaan pingsan. Selanjutnya gue nggak ingat" nada bicara Kavindra masih lemah dan lirih.

"Kalau gitu lo istirahat dulu aja Kav. Kita bakal coba buat selidikin apa yang sebenarnya terjadi" bukan Arkana yang berucap melainkan Hazel.

Kedua manusia itu menutup pintu ruang rawat Kavindra dengan pelan. Mereka terdiam didepan pintu ruangan itu dengan saling memandang satu sama lain. Mereka saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang bakal kita lakukan?" pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Arkana.

"Gue juga nggak tahu, kita harus mulai dari mana?"

"Ini bukan kejadian biasa Zel. Kita berempat udah berteman dengan Hazel selama kurang lebih 5 tahun. Dan baru kali ini hal kayak ini terjadi"

"Kalau dipikir-pikir kejadian ini pasti ada kaitannya dengan Om Bramantyo. Secara kan Om Bramantyo itu berpengaruh banget di dunia bisnis. Mungkin ini ulah pesaing bisnisnya" Hazel mendudukkan bokong nya di kursi tunggu depan ruang rawat Kavindra.

"Lebih baik kita balik ke sekolah dulu, ijin sama guru, ambil barang terus nanti kita selidikin" Arkana melirik jam tangan miliknya yang menunjukkan tepat pukul 12 siang.

###

"Thanks udah nganterin gue balik" Hazel tersenyum lembut pada Arkana membuat laki-laki itu tersenyum tipis.

Setelahnya motor custom milik Arkana melaju cepat keluar dari gang rumah Hazel. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju rumah besar milik ayahnya. Tangan Hazel bergerak menutup pintu tinggi rumah itu dengan pelan. Kakinya melangkah menaiki anak tangga namun langkahnya di hentikan oleh gambar besar yang terpajang di dinding tangga.

Mata cokelat milik Hazel memandang gambar itu dengan tatapan yang berkaca-kaca. Wajah gadis itu merah tomat. Pandangan mata Hazel memburam karena bendungan air mata yang bersiap luruh dalam sekali kedip. Dengan cepat gadis itu berlari menaiki anak tangga kemudian memasuki kamar miliknya. Setelah pintu kamar Hazel tertutup badannya seketika lemas sehingga dia duduk bersandar ke pintu kamarnya.

Bibir gadis itu bergetar menahan isak tangis nya, mata nya berkabut dengan pandangan kosong. Wajah gadis itu menunduk ke bawah. Tangan Hazel bergerak naik menutupi wajahnya yang basah karena air matanya yang mengalir ke pipi merah nya. Nafas Hazel tidak teratur akibat menangis dalam diam. Tangisan nya tidak berlangsung lama karena atensinya beralih pada sebuah kotak cokelat di atas kasur milik nya. Hazel berdiri kemudian melangkah mendekati kasur nya. Tangannya terulur membuka kotak cokelat itu.

"AAKKHH" Hazel berteriak kuat kemudian refleks melempar kotak cokelat itu. Gadis itu melangkah mundur ketakutan. Mulut nya terbuka lebar, pupil nya melebar dan alisnya terangkat. Matanya menatap kosong kearah kotak cokelat yang terbalik itu tangannya bergerak menutup mulutnya.

"Ada apa non?Kenapa?" Pintu kamar Hazel dibuka bersamaan dengan suara panik wanita paruh baya.

Hazel meneguk saliva nya dengan susah payah. Tangan Hazel kemudian menunjuk kearah kotak cokelat yang terbalik itu. Wanita paruh baya yang berada di dekat pintu itu berjalan mendekati kotak itu kemudian membalik nya.

"Astagfirullah! Istighfar" wanita itu memekik kaget melihat isinya.

"Kenapa bisa ada tikus mati yang udah di potong-potong di kotak ini non?"

TBC
Tinggalkan jejakmu!

VIDA COMPLICADA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang