Chapter 8

173 155 3
                                    

Murid-murid SMA Cygnus Bogor terlihat gusar di barisan mereka. Bagaimana tidak? Sedari tadi kepala sekolah mereka sudah mengoceh tentang kebersihan sekolah dan jangan lupa kamar mandi juga ikut menjadi bahan ocehannya. Sementara Matahari semakin naik menyambut pagi yang cerah itu.

"Saya ulangi sekali lagi. Kebersihan sekolah..." kalimat pertama itu kembali terdengar di telinga murid SMA Cygnus Bogor membuat mereka mendesah gusar, sehingga menciptakan keributan untuk beberapa saat.

Buk

Sesuatu jatuh dari atap sekolah dengan sangat cepat menimbulkan suara yang sangat kuat.

"Aaaaa..." Teriakan nyaring seorang siswi terdengar kuat.

Teriakan itu mampu menghentikan ocehan kepala sekolah mereka dan membubarkan barisan mereka yang rapi. Tak lama para guru berlari menuju suara jatuh yang terdengar sangat kuat.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" setelah berucap demikian guru agama Islam itu pingsan di tempat ketika melihat TKP.

"TUHAN YESUS, TOLONG SEGERA PANGGIL POLISI DAN AMBULANS!!!" teriakan salah seorang guru perempuan terdengar kembali.

Hazel berjalan perlahan mendekati kerumunan itu. Tubuhnya seketika kaku melihat darah yang mengalir dari kepala gadis yang sudah terkapar itu. Shenna, yang sedang terkapar itu Shenna.

Ya, Shenna gadis pemegang juara 1 umum selama 2 tahun berturut-turut itu bunuh diri dengan melompat dari roof top sekolah mereka. Posisi gadis itu sekarang sangat mengenaskan. Badan nya telungkup menghadap ke lapangan sekolah. Kepalanya mengeluarkan darah. Tangannya seperti menggenggam secarik kertas.

Hazel mengambil kertas itu dengan cepat dari genggaman Shenna, sementara orang sekolah panik dan tidak ada yang memperhatikan nya ketika mengambil kertas putih bercampur lumuran darah itu. Sirine mobil Polisi dan Ambulans sudah terdengar, membuat kerumunan itu bubar.

Kemudian Hazel segera berjalan menaiki anak tangga sekolah menuju ruang kelasnya. Hazel sedikit terkejut menemukan Arkana berada di dalam kelas namun dia segera mengontrol ekspresinya.

Kenapa Arkana ada di sini? Bukankah tadi semua murid sudah di suruh ke lapangan? Dan apakah Arkana lolos dari pantauan PKS? Jangan-jangan Arkana terlibat dalam kejadian bunuh diri yang di lakukan Shenna?

Pikiran Hazel kembali mencoba menebak-nebak. Gadis itu terdiam di depan pintu kelas mereka dengan ekspresi datar.

"Ngapain lo di dalam kelas sendirian?" Hazel berjalan dengan menuju bangku nya dengan tangan kanannya yang berada di saku roknya, menyembunyikan kertas yang dia ambil dari Shenna.

"Gue baru dari toilet tadi, lo sendiri ngapain ke kelas?"

"Shenna bunuh diri, gu-"

"WHATT??? BUNUH DIRI??" Arkana seketika berdiri dari duduk nya dengan ekspresi terkejut.

Hazel memperhatikan wajah pria itu dengan seksama. Ekspresi dari Arkana sepertinya memang bukan di buat-buat. Lantas mengapa pria itu bisa sendirian di dalam kelas? Apa pria itu benar-benar tidak mendengar suara riuh di lapangan bawah? Arkana terlihat berlari keluar kelas dan tak lama pria itu menghilang dari pandangan Hazel.

Mengapa pria itu terlihat sangat khawatir? Setahu Hazel, Arkana dan Shenna tidak pernah terlihat berbicara atau hanya sekedar menyapa satu sama lain. Jadi mengapa raut wajah pria itu sangat resah? Hazel menghembuskan nafas nya. Semua pertanyaan yang bersarang di kepala gadis itu hanya dia simpan di kepalanya.

###

Arkana terlihat berjalan lunglai memasuki kelas nya. Dia duduk di bangku nya dan menelungkup kan kepalanya diatas meja. Bahu pria itu bergetar. Arkana menangis. Tiba-tiba Hazel menarik tangan Arkana dan memaksa pria itu berjalan menuju roof top sekolah.

"Lo bisa nangis di sini" Hazel menutup pintu roof top.

Arkana mendudukkan dirinya di bangku yang entah sejak kapan ada di roof top itu. Pria itu menangis dalam diam. Tangisan nya tak berlangsung lama. Hazel memperhatikan semua raut wajah pria itu dengan seksama.

"Kenapa lo nangis? Shenna siapa lo emang nya?" pertanyaan yang bersarang di kepala gadis itu sekarang di keluarkan nya.

"Shenna sepupu gue" satu kalimat itu mampu membuat Hazel terdiam.

"Lo nggak pernah cerita tuh sama kita"

"Karna gue ngira itu nggak penting buat kalian tau. Jadi gue sama Shenna sepakat buat merahasiakan hal ini"

Hazel berjalan kearah Arkana dan duduk di samping pria itu.

"Kalo lo butuh pendengar gue selalu ada" kata-kata itu terdengar menenangkan di telinga Arkana.

"Gue boleh meluk lo gak Zel?" Hazel sedikit terkejut mendengar ucapan Arkana namun, dia mengangguk kecil.

Tangan Arkana bergerak mendekap Hazel. Gadis itu membalas pelukannya. Tangan Hazel memeluk tubuh pria yang tegap itu. Tak lama bahu Arkana bergetar dan Hazel merasa bajunya telah basah. Pria itu kembali menangis di pelukan Hazel. Hazel mengelus lembut punggung pria itu berusaha menenangkannya.

"Thanks Zel" Arkana berbisik di telinga Hazel dan di balas anggukan kepala oleh gadis itu.

Kata orang pelukan merupakan rumah yang paling menenangkan. Arkana percaya hal itu. Arkana sudah menemukan rumah satu-satunya yang paling menenangkan untuknya yaitu Hazel.

TBC
Tinggalkan jejakmu!

VIDA COMPLICADA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang