Chapter 5

198 165 16
                                    

Semburat cahaya Matahari berhasil masuk melalui celah-celah jendela kamar. Hangatnya tepat mengenai wajah seorang gadis yang bahkan belum sepenuhnya sadar terbangun dari tidur. Ditambah suara bising yang berasal dari dapur, melengkapi hari dengan mentari dan langit yang cerah pagi ini.

Kaki gadis itu berjalan memasuki kamar mandi bersiap-siap untuk melakukan aktivitasnya di hari ini. Tangannya bergerak menghidupkan keran shower dan memilih air dingin. Namun bukan air bening dingin yang dirasakan nya mengalir keluar dari shower. Matanya perlahan terbuka memperhatikan air yang keluar.

"AAAAA...." teriak nya lalu mundur perlahan dan membekap mulutnya sendiri.

Dengan gerakan cepat tangannya mematikan keran shower. Air berwarna merah kental itu berhenti mengalir dari shower. Ya, yang keluar dari shower bukan air biasa. Namun darah yang kental dan baunya sedikit amis. Tangannya masih membekap mulutnya dan berusaha agar dirinya tidak menangis. Kakinya melangkah memasuki bath up yang telah di isi air biasa.

Gadis itu memutuskan untuk berendam sebentar untuk menenangkan pikirannya. Ini semua terlalu tiba-tiba. Kavindra dan Dhea kecelakaan di hari pertama sekolah, Dhea hilang, dia mendapat kotak misterius yang isinya sangat menjijikkan, dan hari ini darah keluar dari shower nya? Apa-apaan ini semua? Hazel hanya ingin hidup tenang sebentar saja. Apakah begitu sulit?

###

"Jadi gimana? Lo udah dapat clue?" Arkana menatap lekat mata Hazel.

Hazel seketika menatap mata Arkana. Clue? Clue apa maksud pria ini? Sejak kemarin Hazel sendiri belum bercerita tentang teror yang dia dapatkan. Lantas, clue apa yang di masksud oleh Arkana? Apa Arkana yang mengirim teror ke rumah Hazel? Jangan-jangan dia dalang di balik semua kejadian ini. Pikiran Hazel tidak bisa diam saat ini. Semua kemungkinan yang ada terlintas di otak gadis itu.

"Clue apa maksud lo?" Hazel memutus kontak mata dengan Arkana.

"Apa lagi kalau bukan clue tentang orang yang menculik Dhea" Arkana mengedikkan bahunya.

"Gue gak dapat clue apa-apa. Menurut gue lebih baik kita diam untuk sementara" 

"Kita gak bisa terus-terusan diam Zel. Kita gak tau apa yang bakal mereka lakukan ke Dhea"

"Terus kenapa gak lo sendiri yang cari clue itu?" Balasan ketus tiba-tiba keluar dari bibir Hazel.

"Hah? Maksud lo?"

"Maksud gue kenapa gak lo yang coba cari clue itu? Kenapa lo tanya gue? Emang gue yang culik Dhea?" mata Hazel menatap Arkana.

Arkana terdiam menatap balik mata gadis itu. Ini bukan tatapan yang biasanya di berikan Hazel pada nya. Ini tatapan... kebencian? Apa gadis itu benci terhadapnya? Aneh, ini tidak biasanya.

"Ceritain sama gue lo ngapain aja sejak ngantar gue pulang kemarin" Hazel berujar pada Arkana. Lebih tepatnya kata-katanya seperti mengintrogasi.

"Gue cuman tiduran di kamar, trus kita ketemuan di rumah lo. Gue bawa lo ke Kebun Raya Bogor dan gue pulang" Arkana dan Hazel masih saling menatap. Hazel mencoba mencari kebohongan di mata Arkana namun dia tidak dapat menemukannya.

Hazel tiba-tiba berdiri dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Arkana sendirian di rooftop sekolah. Panggilan Arkana tidak di hiraukan gadis itu. Dia butuh ketenangan saat ini.

###

Hazel melirik satu-persatu buku yang ada di rak sekolah ini. Gadis itu sedang berada di perpustakaan saat ini. Tujuannya adalah mencari buku-buku yang bersangkutan dengan kejadian yang dia alami. Mungkin saja dia bisa mendapat jawaban atas teror-teror yang di dapatnya sejak kemarin.

Hazel melangkah perlahan-lahan sembari menelusuri rak buku besar sekolah mereka. Akhirnya kaki nya berhenti di rak buku bergenre Thriller. Tangannya bergerak mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya. Buku itu bukan seperti buku bergenre Thriller yang biasanya membuat sampul yang berkaitan dengan kegelapan atau darah. Sampul nya justru berwarna kuning dengan gambar bom waktu. Mata Hazel bergerak membaca judulnya. 

'Death Notice' 

Tangan Hazel segera mengembalikan buku itu ketempat nya. Tidak mungkin teror yang di dapat oleh Hazel akan berujung dengan kematian. Hazel menghembuskan nafas nya kasar. Sepertinya tidak ada jawaban untuk teror itu. Hazel memutuskan untuk menelepon ayahnya, siapa tahu ayahnya dapat membatu.

Unknown number:
Jangan mencoba untuk memberi tahu siapapun!

Deg

Tangan Hazel refleks menjatuhkan smartphone nya begitu dia membaca notifikasi di layarnya. Apa-apaan ini? Bahkan orang itu mengetahui nomor nya? Dengan cepat Hazel mengambil smartphone nya dan berlari ke lab komputer. Langkah nya dapat terdengar jelas di koridor. Siswa-siswi menatap nya dengan pandangan heran. 

Hazel membuka kasar pintu ruangan lab komputer sekolah itu. Tangannya menghidupkan salah satu komputer dengan terburu-buru. Dengan cepat jari-jarinya mengetik di atas keyboard menampilkan kode-kode di layar komputer. Hazel menyalin nomor tak di kenal itu ke dalam komputer. Namun sia-sia. Alamat IP nomor itu tidak tampil dalam hasilnya.

Sekarang Hazel mengerti.  Ada dua kemungkinan yang terlintas di benaknya. Pertama, smartphone orang yang memakai nomor itu sudah di non-aktifkan. Dan kedua, sepertinya nomor itu merupakan nomor sekali pakai. Namun siapa orang yang mengetahui nomor smartphone nya? Nomor smartphone Hazel hanya dimiliki oleh keluarganya dan ketiga temannya. Tiba-tiba satu nama terlintas di kepalanya.

Arkana?

TBC
Tinggalkan jejakmu!

VIDA COMPLICADA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang