5. Putus Sambung

699 142 92
                                    

Haiii ... selamat malam Minggu👋. Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia. Amin. 😇🤲

Sebelumnya mami mau mengucapkan Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin. Kiranya di Lebaran ini, kalian semua bisa mudik dan berkumpul bersama keluarga tercinta.  🙏🤎

Maaf ya, seminggu ini mami belum sempat update karena sibuknya dunia nyata.  🙏

Happy reading ...

💐💐💐

Berliana minta putus begitu mereka pulang dari Pemandian Air Soda itu.

Gadis itu marah besar karena mulut Gabe keceplosan mengatakan kalau Joanna adalah jodohnya.

Berliana berteriak hingga membuat heboh seisi pemandian itu. "APA ABANG BILANG?! KALO GITU, KAWIN AJA ABANG SAMA SI JOANNA ITU!"

Memang itu yang kumau! Kalimat itu hanya berani diucapkannya dalam hati.

Gabe baru tersadar saat Berliana balik badan dan berjalan cepat meninggalkannya. Semua temannya memalingkan muka dan pura-pura tidak mendengar insiden itu.

Hanya Joanna yang mendekat dan mengatakan, "Kejar, Bang! Nanti Abang nyesel lho."

Gabe berdecak sebal. Aku lebih nyesal lihat kau dikerubuti para jahanam ini!

Gabe menghela napas panjang dan menoleh pada Tigor. "Gor, kau jaga baek-baek kakak kau nih!"

Setelah memberikan tatapan 'awas kelen semua!' pada teman-temannya, Gabe beranjak dari kolam dan mengejar Berliana.

Tanpa mandi, Gabe mengenakan pakaiannya tanpa terburu-buru lalu berjalan ke parkiran. Dia tahu pasti kalau Berliana akan menunggunya di parkiran.

Mana mau dia naik angkot?! Bah ... macam nggak kukenal aja perempuan macam dia!

Gabe mendecih saat melihat Joanna menunggu di samping mobilnya. Haa kan ... apa kubilang?

Berliana mengekori Gabe masuk ke dalam mobil. Gadis itu sama sekali tidak bicara dan Gabe juga tidak sudi untuk memulai pembicaraan.

Begitu mereka sampai di depan rumah Berliana, gadis itu mengatakan, "Kalo aku minta putus, Abang mau bilang apa?"

"Abang akan bilang, ayolah kita putus!"

Wajah Berliana pias seketika dan matanya mulai berkaca-kaca. "Ndak mau Abang berjuang untuk aku?"

Gabe menggeleng. "Ndak!"

"Tapi Abang bilang, Abang cinta sama aku?!" Nadanya mulai naik satu oktaf.

Gabe menggeleng lagi. "Ndak pernah Abang bilang cinta sama kau ya! Mungkin si Toho ndak? Atau si Liston?"

Berliana melotot marah. "Yang Abang pikirnya kawan-kawan Abang itu selevel sama aku?!"

Gantian Gabe yang tersinggung mendengarnya.

"Udahpun mereka miskin, kampungan pula!" decih Berliana dengan raut jijik.

"Bukannya kau juga orang kampung, Ber? Kan lahir di huta do ho! Sarupa hita kan? (Kan kau lahir di kampung juga! Serupa kita kan?) Aku juga lahir di kampung!"

Berliana mundur ketika melihat wajah marah Gabe. Perlahan-lahan dia membuka sabuk pengamannya.

"Turun kau sekarang! Mobil orang kampung ini!"

"Bang ..." Berliana terlihat menyesal.

"Jangan kudengar lagi kau hina kawan-kawanku ya! Dan jangan kutengok lagi mukamu di depanku!"

Pariban Dari Jakarta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang