"Terima kasih sudah menerima tawaranku, Sthepen." Ucap Dumbledore tulus.
"Bukan masalah. Semoga saja perpustakaanmu punya jawabannya."
Dumbledore tersenyum kecil dan mengangguk. Dia lalu berpamitan pada Sthepen yang kini sudah menjadi guru Telaah Muggle. Para siswa sudah kembali ke ruang rekreasi mereka masing-masing satu jam lalu dan Sthepen baru saja akan keluar dari aula.
"Bo!" Vivien tiba-tiba muncul dari balik pintu besar Hogwarts untuk mengkagetkan Stephen yang hanya merespon dengan senyuman. "Tidak seru." Ucapannya kecewa.
"Apa yang kau lakukan di luar jam malam? Poin asramamu bisa dipotong jika kau ketahuan." Ucap Stephen menggeleng.
"Hanya ingin mengucapkan selamat malam." Vivien memeluk Stephen dan tersenyum lebar. "Selamat malam!" Katanya dan berlari pergi meninggalkan Stephen yang berkedip kaget dengan tingkah gadis kecil itu. Sudah kebiasaan bagi Vivien untuk mengucapkan selamat malam untuk mereka bertiga. Dan sepertinya Stephen harus mengajar Vivien agar tidak melanggar jam malam demi mengucapkan selamat malam.
Stephen melangkah menuju perpustakaan Hogwarts. Dia melangkah menuju rak buku terlarang berada, bagaimanapun, sesuatu yang berkaitan tentang waktu itu berbahaya jika tidak tau apapun tentangnya.
"Sampai kapan kami akan berada disini?" Monolog Stephen sambil terus mencari buku yang ada di rak. "Well, ayo panggil Stark."
Lingkaran sihir berwarna orange perlahan terbuka dan memperlihatkan Tony yang baru saja selesai makan malam di rumahnya yang ada di Edinburgh. Setidaknya itulah rumah Tony yang dia ketahui.
"Oh penyihir! Bagaimana hari pertamamu sebagai pengajar?" Sapa Tony dari depan lingkaran yang menghubungkan rumahnya dan perpustakaan Hogwarts dimana Stephen berada sekarang.
"Belum mengajar. Mereka hanya mensortir siswa tahun pertama ke empat asrama." Jawab Stephen dan kembali mencari buku di antara rak.
"Dimana Vivien ditempatkan? Apakah Slytherin?" Tanya Tony dan masuk ke lingkaran tersebut dan kini berada di tempat yang sama dengan Sthepen. "Astaga gelap sekali, apa para penyihir memang selalu seperti ini?"
"Kurang pencahayaan. Dan, Vivien masuk Hufflepuff. Yah, sebenarnya Slytherin juga bisa tapi topi seleksi memilih memasukannya di Hufflepuff."
"Oh, pilihan topi eh?"
"Kau juga bisa memilih, jika topi tersebut memberikan pilihan."
Stephen menoleh dengan tatapan datar pada Tony yang hanya memandangnya tanpa ada niat untuk membantu. "Tolong aku oke?"
"Harusnya kau mengatakannya dari tadi." Tony tersenyum menyeringai dan mulai membantu penyihir di sebelahnya untuk mencari sesuatu yang mungkin saja bisa membantu mereka pergi dari sini.
Rak-rak buku yang berdebu dan kurangnya pencahayaan membuat mereka kesulitan untuk melihat buku yang ada. "Bukankah kau seharusnya memakai tongkat sihir, Professor Strange?" Sinis Tony yang mengibaskan tangannya dari debu-debu yang berterbangan di sekitar wajahnya.
Gerakan Stephen terhenti, sekarang dia ingat barang yang dia lupakan. "Aku belum sempat membeli tongkat―"
"Yang benar saja, Strange?" Tony berujar tak percaya. Dia lalu merogoh kantong celananya dan mengambil senter yang entah kenapa dia bawa padahal rumahnya tidak segelap itu sehingga harus ada senter untuk menerangi. "Primitif,"
Tiga puluh menit mencari, Stephen akhirnya bisa mendapatkan buku yang mungkin saja punya sesuatu tentang cara untuk bisa kembali, dengan bantuan Loki tentu saja.
"Sejarah Time Turner." Gumam Stephen membaca judul buku bersampul merah penuh debu tersebut. Isi bukunya menuliskan tentang sebuah arloji yang bisa membawa siapapun yang memakainya ke masa lalu dengan kurun waktu 5 jam. Stephen membalikkan halaman untuk lanjut membaca namun halaman selanjutnya malah kosong, tidak ada tulisan apapun di kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET TIMELINE
FanfictionAvengers x Harry Potter x Oc [BAHASA INDONESIA] What if.. Garis waktu yang sudah ditata perlahan hancur, Loki dengan kekuatannya berusaha untuk kembali merapikan garis waktu yang berantakan hingga tanpa sadar membawa dirinya dan dua orang anggota Av...