IX - THE CHAOS COMES SLOWLY

171 23 1
                                    

"Vivien!" Hannah menghampiri gadis yang tengah berjalan di lorong dengan terengah-engah seperti habis dikejar monster. Setelah mengatur pernapasannya, Hannah menarik Vivien karena mereka disuruh untuk berkumpul karena menemukan kejadian aneh.

"Kejadian aneh?" Beo Vivien.

"Iya! Mereka menemukan tulisan darah di dinding!" Hannah menjelaskan asal-usul sampai mereka disuruh berkumpul di ruang rekreasi masing-masing asramanya. Di ruang rekreasi Hufflepuf, semua orang sudah berkumpul, tinggal menunggu kedatangan Professor Sprout.

"Kami kembali!" Hannah berteriak lumayan keras membuat atensi ruangan beralih pada mereka. "Jadi, sekarang apa?"

"Tidak ada." Jawab salah satu senior mereka, Cedric yang tengah duduk di sofa. "Tidak ada lagi yang diluar?"

Hannah menggeleng dan menarik Vivien untuk bercengkrama dengan yang lain. Untungnya Cedric dan dua orang temannya memberikan tempat duduk untuk mereka berdua karena memikirkan betapa kelelahannya mereka tadi.

Professor Sprout kemudian datang, memandang para siswanya dan mengangguk. "Setelah pertimbangan panjang oleh kami para guru, kalian akan memiliki batas waktu hingga pukul 9 malam dan jika ingin keluar, Kepala Asrama harus menemani mereka hingga kembali masuk ke asrama. Kalian mengerti?"

"Mengerti Professor." Jawab seluruh siswa Hufflepuf serentak. Salah satu siswa mengangkat tangannya untuk bertanya. "Yes, Ophelia?"

"Sampai kapan kami harus mematuhi peraturan ini?" Tanyanya.

Raut muka Professor Sprout berubah murung sebentar sebelum tersenyum. "Tidak akan lama, bersabarlah oke?" Dia lalu menepuk tangannya beberapa kali untuk mengurus semuanya untuk tidur sekarang. "Pergilah tidur anak-anak!"

Di kamarnya bersama dengan Hannah, Vivien duduk di kursi belajarnya sambil melamun. Entah kenapa dia merasakan aneh dengan semua kejadian yang terjadi di Hogwarts beberapa hari ini. Rasanya janggal dengan tulisan darah di dinding yang diceritakan oleh Hannah.

"Vivien."

Gadis kecil itu menoleh dengan terburu-buru setelah mendengar suara bariton yang memanggilnya dari sebelah tempat tidurnya. Ternyata Stephen dan Tony keluar dari portal sihir.

"Ah gadis kecilku―" mulut Tony dibekap oleh Stephen yang melotot sambil menunjuk ke kasur di ujung kamar, disana Hannah tengah tertidur sambil beberapa kali mengiggau aneh.

Stephen melepaskan tangannya dan membuat kubah khusus yang menutupi ranjang Hannah agar kedap dari suara mereka.

"Putriku!" Tony membawa Vivien ke pelukannya dan memutarnya beberapa kali. "Bagaimana sekolahmu? Menyenangkan?"

"Huh ... Iya, tidak seburuk yang ku kira." Jawab Vivien canggung dengan drama ayah-anak yang dia mainkan bersama Tony. Dirinya belum terbiasa.

"Hu-um, syukurlah kalau begitu." Tony menurunkan tubuh Vivien di sofa dan saling berpandangan sebentar. "Kita berdua belum saling terhubung perasaan satu sama lain sepertinya. Kau masih canggung denganku. Apalagi jika dengan Strange ataupun Loki."

"Maaf," Vivien tersenyum tak enak. "Belum terbiasa. Aku jarang mendapatkan perlakuan seperti ini."

"Maka kau harus terbiasa," Tony melipat kedua tangannya dan menatap Stephen sebentar. "Kami akan pergi."

"Kalian sudah bisa kembali?" Respon Vivien cepat setelah Tony berbicara membuat kedua pria itu sontak kaget.

"Masih belum," Stephen menjawab cepat. "Kami harus mencari seseorang yang mungkin saja, bisa membantu."

Ada sebuah perasaan lega dalam diri Vivien mendengar mereka hanya pergi mencari seseorang. Dia lalu menatap keduanya penasaran. "Hm, apakah jauh?"

Tony mengibaskan tangannya beberapa kali. "Tidak terlalu. Aku hanya ingin bilang, jika kami tidak kembali―"

SECRET TIMELINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang