Tujuh
- 1940 -
Seorang gadis yang mengenakan kebaya lusuhnya itu duduk ditepian pantai, menikmati semilir angin yang meniup helaian rambut yang terlepas dari ikatan sanggulnya, Serahayu Putri namanya.
Serayu melemparkan kerikil ditangannya kearah laut. Pikirannya kalut, takut untuk pulang kerumah namun tidak tahu pula harus pergi kemana
Perut gadis berusia 14 Tahun itu berbunyi, sudah seharian penuh tidak diisi, Serayu hendak makan pagi tadi sebelum bapak menghabiskan jatah sarapannya dan memukul ibu karna ibu tidak punya uang lagi, bapak kalah main judi semalam dan baru pulang subuh-subuh sekali
Mendapati ibu dipukuli Serayu buru-buru pasang badan, berteriak balik kepada lelaki yang mengaku sebagai suami ibunya itu, mendapati Serayu yang berani melawan bapak akhirnya melayangkan sendok sayur kearah Serayu dan memukulnya berkali-kali, membuat ibu tersungkur memintanya berhenti
Kekacauan itu akhirnya berhenti setelah ibu menyerahkan sejumlah uang tabungannya dan bapak pergi setelah berkata "begini dong, aku jadi tidak perlu menjual anak bungsumu pada tuan tanah tebu tempatku bekerja" kemudian terbahak kesetanan sembari menciumi uang ditangannya
Serayu benci bapak, lelaki patriaki itu sudah lupa barangkali jika ia hidup didunia ini berkat seorang perempuan melahirkannya dengan bersusah payah mengandung 9 bulan kemudian menyusuinya dan membesarkannya penuh kasih
Serayu menoleh kala merasa seseorang ikut bergabung duduk disebelahnya dan melempari kerikil kearah laut, kemudian gadis disebelahnya tersenyum menyodorkan sepotong roti
"Kenapa berada disini?"
Serayu tersenyum "aku enggan pulang, takut bapak memukuliku lagi, nona" gadis Netherlands disebelahnya merengut "kita ini sudah berteman sejak lama, panggil namaku saja jangan disertai nona... aku tidak suka" Serayu tertawa, menampakkan lesung pipi dikedua belah pipinya "baiklah Cecilia..."
"Nah begitu" Cecilia mengangguk, merangkul bahu Serayu akrab
"kau sendiri, mengapa berada disini?" Tanya sigadis pribumi, membuat senyuman diwajah Cecilia meredup, gadis itu menghela nafasnya kemudian menjawab "mama memarahiku lagi" Cecilia menekuk lutut
"Tidak takut semakin dimarahi bila ketahuan kemari?" Cecilia menggeleng "kau tidak takut, kenapa aku harus?" keduanya lantas tertawa, menepis semua luka dan resah sejenak untuk berbahagia akan hal-hal sederhana
Tidak ada yang sempurna didunia, tiap-tiap manusia lahir dengan beban dipundak mereka masing-masing, dengan monster beranama masalah menanti dihari kemudian entah kita siap ataupun tidak pernah.
Bagi Serayu terlahir menjadi gadis Netherlands seperti Cecilia pastilah menyenangkan, ia tak harus bersusah payah berkerja untuk mengisi perutnya sendiri, pakaian yang iia kenakan selalu berbeda tiap hari, akan ada makanan yang memenuhi meja setiap waktu makan tiba, tidak akan ada tentara Netherlands yang menggodamu saat kau berjalan saat senja hampir tiba, atau diancam oleh ayahmu sendiri untuk dijual kepada tuan tanah tua bangka yang kaya raya
Sedang yang Cecilia lihat pada diri Serayu tidaklah sebagaimana buruk yang gadis itu rasakan, baginya hidup menjadi pribumi lebih menyenangkan, ia melihat kebebasan hati dan perilaku pada Serayu.
Cecilia tidak pernah berteriak balik kepada papanya saat lelaki itu menghina anak pekerja pribumi yang berteman dengannya, atau melawan mamanya saat wanita itu melarangnya belajar baca dan menyuruhnya untuk fokus belajar cara berumah tangga

KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala Milik Kita ; 1940
Ficción histórica"Buitenzorg, dikediaman anda sendiri dirumah keluarga Schoonhoven, hari ini penghujung tahun 1939 dan besok memasuki tahun baru 1940, nona" jawaban yang tidak Diana inginkan keluar dari mulut lelaki tersebut "Sialan?! apa katanya tadi? Buitenzorg? 1...