Enam
- 1940 -
"Gue nyerah..."
Diana menghela nafas gusar, berbaring terlentang diatas ranjang dengan tangan kirinya bergantung sembari memegangi buku terakhir yang ia baca dalam pekan ini
Diana melepaskan pegangannya pada buku usang tersebut, membiarkan buku itu berdebam mencium lantai
"Gue nyerah banjingan!! gak ada petunjuk... gak.ada.satu.pun. gak ada!! gue frustasi anjeng!!" Diana menendang-nendang angin, meluapkan kekesalannya setelah menghabiskan banyak waktunya yang berakhir sia-sia bergelut dengan buku-buku diperpustakaan keluarga Adalberto
"Gue kudu-how??? " Diana mendudukkan diri, merengek meratapi buku-buku yang berserakan diatas lantai kamarnya
"Sampai kapan gue bakal terjebak disini?" Diana bergumam menatap keluar jendela kamarnya yang berembun
"Gue mau pulang..." suaranya serak, matanya memerah menahan tangis. Untuk pertama kalinya semenjak ia menginjakkan kaki dimasa Kolonial ini Diana merasakan rindu tak tertahankan pada rumahnya, teman-temannya yang ia tinggalkan, tugas sekolah yang tak berkesudahan, presentasi didepan kelas yang berakhir penuh lawakan, abangnya Gentama, dan... orangtuanya yang ia benci namun juga ia sayang.
- 1940 -
"Kau memiliki buku ini?"
Chandra menoleh, kemudian mengangguk seraya kembali membersihkan debu yang mendiami lemari buku-bukunya "milik saudara perempuanku, aku meminjamnya"
Aji terdiam sejenak, kemudian menghampiri Chandra yang berdiri disisi lain ruangan "punya versi terjemahannya?" Aji mengangkat buku berjudul Door Duistermis tot litch karya R.A Kartini itu dihadapan Chandra sembari menggoyangkannya pelan
Chandra membalik tubuhnya menghadap Aji, bersandar pada lemari "punya, untuk apa?" tanyanya penuh selidik
"Tentu saja untuk dibaca" Aji memutar matanya, merasa lelah dengan cara Chandra memandanginya. Ia hanya ingin meminjam sebuah buku, bukan melakukan dosa besar.
Chandra menggeleng "karna seingatku kawan, kau telah membaca buku itu sejak buku itu ramai diterbitkan, bahkan kau membaca buku itu sebelum buku itu diterjemahkan dalam bahasa Hindia"
Aji menghela nafas, meletakkan buku itu keatas meja dengan gerakan malas "aku hanya ingin meminjam, jika memang tidak boleh ya su---" "baiklah, baiklah" cegat Chandra, merasa Aji akan merajuk saat lelaki itu mulai membalikkan tubuhnya
"Ambil didalam laci lemari sebelah sana" Aji tersenyum lebar, berjalan menghampiri lemari yang ditunjuk kemudian menemukan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang didalam lacinya
"Terima kasih" Aji tersenyum menatap buku ditangannya "tidak masalah" balas Chandra kemudian melanjutkan kegiatannya, mendengus geli melihat Aji yang kegirangan entah karna apa
"Aku heran mengapa selalu tidak bisa menolak permintaan darimu" Chandra menggeleng pelan, Aji terkekeh
Melihat Chandra yang tengah sibuk menata kembali buku kedalam lemari Aji melangkah hati-hati kearah pintu, kemudian berlari ketika Chandra menoleh dan mendapatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala Milik Kita ; 1940
Fiksi Sejarah"Buitenzorg, dikediaman anda sendiri dirumah keluarga Schoonhoven, hari ini penghujung tahun 1939 dan besok memasuki tahun baru 1940, nona" jawaban yang tidak Diana inginkan keluar dari mulut lelaki tersebut "Sialan?! apa katanya tadi? Buitenzorg? 1...