Part 8

42.1K 2K 57
                                    

Happy Reading!

Liona keluar dari taksi dan berlari memasuki rumah. Semalaman ia berjaga di rumah sakit dan tadi bu Ratih datang menggantikannya hingga Liona bisa pulang. Mungkin nanti siang ia akan kembali ke rumah sakit.

Memasuki rumah, Liona langsung berhadapan dengan seluruh anggota keluarga. Bahkan pria besar itu juga ada di sana. Dia duduk dengan angkuh dan menatap dengan tajam.

Liona menelan ludahnya kasar. Ini memang salahnya karena tidak memberi kabar. Tapi masalahnya ia juga tak punya nomer telpon orang rumah.

"Om__"Liona langsung diam saat om Hardi malah berdiri dan melangkah menaiki tangga. Pria itu pasti ke kamar.

"Tunggu apa lagi? Cepat kejar dan bujuk suamimu!"

Liona langsung mengangguk kemudian berlari menaiki tangga. Kali ini memang salahnya. Sebagai seorang istri ia harusnya memberi kabar apalagi Liona juga menggunakan uang pria itu untuk anak-anak panti.

Brakk

"Ya ampun."keluh Liona sambil mengusap dadanya. Om Hardi sepertinya sangat marah. Sekarang apa yang harus ia lakukan?

Dengan tubuh gemetar, Liona memberanikan diri untuk membuka pintu dan melangkah masuk. Untungnya om Hardi hanya membanting pintu dan tidak menguncinya.

Liona menelan ludahnya kasar saat melihat om Hardi duduk membelakanginya. Punggung tegap pria itu membuat Liona semakin gugup. Tapi walau bagaimanapun juga ia tetap harus meminta maaf sekaligus berterima kasih.

Dengan langkah pelan, Liona mendekati suaminya. Dan entah dapat keberanian dari mana, ia perlahan melingkarkan lengannya di leher om Hardi.

"Mmmmmmmmm_mas."cicit Liona pelan namun tidak ada tanggapan apapun.

Liona menghela napas lalu memberanikan diri untuk mengeratkan pelukannya hingga wajahnya kini tepat berada di perpotongan leher suaminya. Untungnya setelah beberapa detik, tidak ada respon penolakan membuat Liona memberanikan diri untuk bicara.

"Maaf. Aku tahu jika tadi malam mas pulang, tapi sesuatu terjadi dan membuatku tidak bisa kembali."

Hardi menghela napas kasar lalu berniat melepas pelukan istrinya namun Liona segera menggeleng.

"Mas, aku harus ke rumah sakit tadi malam dan__"Liona diam karena saat ini om Hardi tengah berbalik dan menatapnya.

"Rumah sakit? Apa terjadi sesuatu?"tanya Hardi cemas. Dia langsung melepas lengan Liona dari lehernya kemudian berdiri untuk memeriksa tubuh istrinya.

Liona segera menggeleng lalu menyentuh lengan om Hardi yang kini melingkar di pinggangnya.

"Aku baik-baik saja, mas. Tapi ada anak panti yang sakit, jadi aku harus membawanya ke rumah sakit."jelas Liona. Harusnya alasan ini cukup untuk meredakan amarah om Hardi tapi ternyata tidak. Liona kini justru mendapat remasan di pinggangnya. Sepertinya om Hardi tetap marah.

"Itu bukan alasan yang bagus. Jika sudah menikah maka prioritas utama adalah suami, bukan orang lain."

Liona memejamkan mata saat melihat tatapan tajam om Hardi serta rasa sakit di pinggangnya.

'Tahan Liona. Ingat! Kamu juga memakai uang om Hardi untuk membeli banyak barang untuk anak-anak panti dan membayar biaya rumah sakit.'

Dengan berani Liona mengangkat tangannya dan mengusap dada suaminya. Usapan itu sangat lembut hingga remasan di pinggangnya pun juga berhenti.

"Mas tahu kan kalau aku berasal dari panti. Jika kami tidak saling mengandalkan satu sama lain, lalu siapa yang mau membantu,"ucap Liona pelan lalu tersenyum."Sekali lagi aku minta maaf. Aku janji tidak akan mengulangi hal seperti ini lagi."

Hardi menghela napas lalu mengangguk kemudian segera menggendong tubuh Liona menuju tempat tidur.

"Om mau apa?"tanya Liona sambil melingkarkan kedua lengannya di depan tubuh.

"Om?"tanya Hardi tak percaya. Bukannya wanita itu tadi sudah memanggilnya mas.

Liona menggeleng gelagapan."Mas, aku perlu istirahat."ucap Liona cepat. Jika om Hardi menyentuhnya sekarang maka besar kemungkinan ia tak akan bisa bangun dari tempat tidur lalu bagaimana caranya untuk datang ke rumah sakit siang ini.

Hardi menatap datar lalu bergerak melepas ikat pinggangnya kemudian menurunkan celananya.

Liona melotot lalu menggeleng kemudian bergegas menarik dirinya menjauh.

Sedang Hardi langsung naik ke atas tempat tidur kemudian menarik kaki istrinya kuat hingga wanita itu menjerit.

"Mas, jangan. Aku tidak mau."tolak Liona lalu memberontak sekuat tenaga. Baik kaki atau tangannya ia gunakan untuk menendang dan memukul.

Hardi mendesis kesal lalu segera menindih tubuh Liona namun gerakan kasar wanita itu semakin menjadi dan__

Plakk

Bersambung

Bukan Istri SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang