Happy Reading!
Liona menghela napas lalu menatap ponselnya. Ia sudah beberapa kali menelpon suaminya namun tak kunjung diangkat. Setidaknya jika sedang sibuk harusnya pria itu mengiriminya pesan. Tapi ini tidak ada sama sekali.
"Biasanya mas Hardi yang sering menelpon, tapi kenapa sekarang tidak."gumam Liona. Ini bukan pertama kalinya pria itu pergi ke luar kota. Sudah beberapa kali disaat hubungan mereka membaik, namun Liona selalu mendapat telpon bahkan video call. Dan baru kali ini ia merasa diabaikan, apalagi saat pergi pria itu juga tidak berpamitan dengan benar. Tiba-tiba saja pergi dan mengirim pesan, namun setelah itu tidak ada kabar lagi.
"Huekk"
Liona segera melempar ponselnya kemudian berlari menuju kamar mandi. Ternyata selain pusing, ia juga mual. Sudah dua kali pagi ini ia muntah, bahkan sarapan yang tadi dimakan sudah keluar semua.
Setelah mencuci mulut, Liona keluar dari kamar mandi. Ia tidak punya tenaga untuk melakukan apapun lagi, jadi lebih baik istirahat. Semoga nanti saat ia bangun sudah ada kabar dari suaminya.
Namun setelah tidur selama dua jam, Liona masih tidak mendapatkan satu pesan pun.
"Sebenarnya mas Hardi ke mana?"gumam Liona lalu beranjak turun dari tempat tidur. Setidaknya tubuhnya kini sudah membaik, jadi ia akan pergi menemui adik-adiknya. Mungkin jika di sana, ia tidak akan kesepian seperti di rumah ini. Mengingat seluruh penghuni rumah juga mendadak punya kegiatan di luar.
Begitu tiba di halaman rumah yang anak-anak panti tempati, Liona segera turun dari mobil dan meminta sopir untuk pulang.
"Nanti saya akan pulang naik taksi."ucap Liona.
"Tidak, nyonya. Tuan Hardi bilang saya harus menunggu dan tidak boleh membiarkan nyonya naik taksi."
Liona diam. Tapi ia mungkin akan lama di sini.
"Ya sudah. Begini saja, bapak pergi saja, nanti setelah tiga jam baru kembali lagi ke sini."usul Liona yang diangguki oleh pria bernama Parman itu.
Liona segera memasuki rumah dan tersenyum lebar saat melihat adik-adiknya. Ia juga langsung ikut bermain.
"Kak Liona semakin cantik."puji Aina, gadis berusia dua belas tahun itu memang sangat pandai bicara.
"Aina juga sangat cantik."balas Liona lalu tersenyum saat bu Ratih datang mendekat bersama Juhi digendongannya.
Liona segera menyalimi bu Ratih lalu mengambil alih tubuh Juhi lalu memeluknya erat.
"Juhi sudah lebih gemuk ya, bu."ucap Liona.
"Sama seperti kamu."tunjuk bu Ratih membuat Liona melotot. Apa ia lebih gemuk sekarang?
"Aku memang makan banyak, bu. Tapi akhir-akhir ini kurang selera."ucap Liona lalu melangkah menuju sofa.
"Apa sudah isi?"tanya bu Ratih membuat Liona menegang.
Isi? Hamil maksudnya?
"Akhir-akhir ini aku memang suka pusing dan mual, bu. Apa aku cek saja?"tanya Liona. Jika ia benar hamil maka suaminya pasti akan sangat senang.
"Gunakan tespek saja. Biar ibu yang beli."usul bu Ratih lalu berdiri.
"Tidak perlu, bu. Nanti aku beli sekalian pulang saja."cegah Liona.
"Tidak. Ibu akan beli. Lagipula tidak jauh dari sini."
Liona hanya menggeleng pelan lalu menurunkan tubuh Juhi di sofa kemudian mengelus perutnya.
"Aku juga sudah telat,"gumam Liona lalu memukul kepalanya. "Bagaimana bisa aku mengabaikan hal ini."lanjutnya lalu tersenyum kemudian mengeluarkan ponselnya lagi lalu mencoba menghubungi suaminya.
Namun telponnya tidak diangkat hanya saja ada satu pesan masuk.
'Mas dalam perjalanan pulang.'
Liona melotot lalu tersenyum lebar. Tidak memberi kabar selama dua hari eh sekalinya mengirim pesan malah bilang dalam perjalanan pulang. Benar-benar kabar yang menyenangkan.
Tidak lama bu Ratih datang dengan testpeck di tangannya.
"Aku mau pamit pulang, bu. Mas Hardi sudah di perjalanan pulang."ucap Liona tak sabar.
"Baiklah. Tapi tes dulu. Ibu kan penasaran."ucap bu Ratih lalu memberikan testpeck di tangannya.
Liona mengambilnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Setelah sepuluh menit, ia keluar dan melangkah menuju bu Ratih yang menunggu di sofa.
"Bagaimana?"tanya bu Ratih penasaran.
Liona menujukkan hasil testpeck nya lalu tersenyum.
"Aku hamil, bu."ucap Liona girang membuat bu Ratih tersenyum lebar lalu mengucap syukur.
"Sekarang pulanglah dan berikan kabar bahagia ini pada suamimu."ucap bu Ratih.
Liona mengangguk lalu segera pamit pulang. Karena tak sabar lagi untuk tiba di rumah, ia pulang naik taksi. Dan begitu tiba di rumah, ia langsung melihat mobil suaminya terparkir di halaman.
"Ternyata mas Hardi sudah tiba di rumah."gumam Liona lalu segera membayar taksi dan keluar.
Liona tersenyum lalu melangkah memasuki rumah. Namun banyaknya orang di dalam membuat langkah kakinya terhenti. Apalagi saat ia melihat seseorang yang ia kenali duduk di kursi roda.
Itu Astari, mantan calon istri suaminya. Kenapa wanita itu ada di sini?
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Sementara
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Katanya hanya sementara, nyatanya ia malah diperawani. Ini tentang Liona Ardiansyah yang naik pangkat dari seorang tamu di acara akad nikah dan justru berakhir menjadi istri Hardi Malbani.