Part 9

43.5K 2.1K 141
                                    

Mau curhat dikit. Tadi aku bikin puding caramel tapi gagal😭 pertama karena gk tahu malah bikin caramel di wajan biasa, alhasil malah lengket dan gosong. Wajannya harus dibuang. Ya udah karena nggak nyerah juga. Aku coba di wajan anti lengket. Emng nggak lengket lagi tapi gulanya tetap ngegumpal.

Please, yang tahu komen caranya bikin caramel gula tapi gulanya cair dan gk ngegumpal. Soalnya sudah ikutin cara sana sini ttp gagal. Memang nggak ada bakat emang😢

Happy Reading!

Liona menatap telapak tangannya lalu memukulnya dengan tangan yang lain. Bisa-bisanya tadi ia menampar wajah om Hardi. Bahkan jika pria itu marah dan balas memukul, Liona tidak akan protes. Tapi pria itu hanya diam setelah mendapat tamparan lalu merapikan celananya kemudian pergi meninggalkan kamar.

"Apa yang harus aku lakukan?"gumam Liona. Perasaan bersalah benar-benar menggunung di hatinya saat ini. Bagaimana bisa ia memukul suami yang ingin meminta hak nya. Bahkan dosa besar bagi istri yang menolak tapi ia malah menampar juga.

"Tapi pernikahan ini bukannya hanya sementara lalu kenapa harus seperti ini. Kenapa om Hardi menyentuhku dan marah saat aku membahas tentang perceraian. Aku benar-benar tidak mengerti."gumam Liona lalu berdiri. Ia harus mencari om Hardi dan meminta maaf.

Liona perlahan keluar dari kamar dan menuruni tangga. Tapi di bawah hanya ada para pekerja yang membersihkan rumah, di dapur juga hanya ada asisten rumah tangga yang memasak.

"Apa kalian melihat o_mas Hardi?"tanya Liona pada tiga pekerja yang sedang membersihkan lemari besar.

"Tuan Hardi baru saja pergi beberapa saat yang lalu, nyonya."

Liona mengangguk lalu mengucapkan terima kasih kemudian melangkah keluar. Mungkin ada baiknya ia menunggu di halaman rumah.

Sedang di tempat lain, Hardi baru saja memasuki ruang kerja di salah satu pabrik miliknya.

"Akhirnya kamu datang juga, mas."

Hardi langsung berhenti saat melihat Astari ada di dalam ruang kerjanya.

"Mas pasti belum makan, karena itu aku bawa beberapa masakan kesukaan mas." Astari langsung memperlihatkan kotak bekal yang ia bawa.

Hardi hanya diam dan memilih duduk di kursinya.

"Kenapa, mas? Apa gadis itu menolak untuk disentuh?"tanya Astari lalu segera bergerak mengambil posisi di belakang tubuh Hardi dan mengulurkan kedua tangannya untuk memijat pundak pria itu.

"Hm.. Apa ada cara agar Liona mau disentuh?"tanya Hardi dengan mata terpejam.

Astari tersenyum. Ternyata memang belum pernah ya.

"Paksa saja, mas. Tapi pastikan juga bocah itu dalam masa subur. Aku tidak rela ya, mas harus menyentuhnya beberapa kali karena tak kunjung hamil." ucap Astari membuat Hardi mengangguk.

"Pergilah! Jangan sampai ada yang melihatmu di sini."usir Hardi membuat Astari terkekeh.

"Ada yang lihat juga tidak masalah, mas. Lagipula mereka tahu kalau kita adalah sepasang kekasih."Astari mengatakan itu lalu mendaratkan satu kecupan di pipi Hardi.

"Mas hanya tidak mau orang di luar sana semakin berpikir buruk tentangmu."

Astari berdecak. "Lagipula ini semua karena ide gila mas itu. Bisa-bisanya mas membatalkan pernikahan kita yang sudah di depan mata dan menikahi gadis lain hanya untuk memiliki seorang anak."

"Walau bagaimanapun juga keluarga Malbani perlu keturunan."sahut Hardi lalu mengambil sebatang rokok dan menyelipkan diantara kedua bibirnya kemudian menyalakannya.

"Karena itu aku setuju. Lagipula anak itu nanti akan menjadi anakku juga. Tapi mas harus berjanji untuk tidak jatuh cinta pada gadis panti itu. Aku juga tidak rela jika mas menyentuhnya lebih dari sekali. Ingat, mas! Tujuan mas menikahinya hanya untuk seorang anak. Setelah mendapatkannya, mas harus menceraikan gadis itu dan kembali padaku."ucap Astari lalu mengambil tasnya dan pergi dari sana.

Hardi langsung menghapus jejak bibir Astari dari pipinya lalu tersenyum licik.

Antara Astari dan Liona, siapapun jelas tahu siapa yang pantas untuk menjadi nyonya Malbani. Hanya saja Liona terlalu pemberontak untuk Hardi yang lebih suka gadis penurut.

Belum lagi tamparan Liona di pipinya membuat harga diri Hardi sedikit terluka. Tidak ada wanita manapun yang berani melakukan itu padanya.

"Aku harus memberi wanita itu pelajaran."gumam Hardi lalu mengambil ponselnya. Kali ini dia akan menunjukkan pada Liona bahwa Hardi Malbani bukan seseorang yang bisa ditolak. Menolak sama dengan siap untuk hancur.

"Iya, tuan?"

"Aku ingin kalian menghancurkan panti asuhan itu. Akan bagus jika semuanya rata dengan tanah."

"Baik, tuan. Akan kami ratakan hari ini juga."

Tutt

Hardi segera menutup telponnya lalu tersenyum sinis. Dia ingin lihat apa yang akan istrinya lakukan untuk melindungi anak-anak panti.

Bersambung

Bukan Istri SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang