Happy Reading!
Liona berdandan cantik dan keluar dari rumah dengan kue yang tadi ia buat. Untungnya ia sudah meminta tetangga sebelah yang berprofesi sebagai ojek untuk mengantarnya ke pabrik.
"Pelan-pelan saja, bang."pesan Liona setelah ia naik.
"Siap. Ini kita ke pabrik besar itu kan?"
Liona mengangguk lalu motor pun langsung melaju.
"Tapi untuk apa ke sana. Bukannya pabrik kalau malam tutup?"
Motor yang melaju pelan membuat Liona masih bisa mendengar dengan jelas. "Suami saya ada di sana, bang. Ada barang yang mau di kirim malam ini. Jadi pabriknya pasti buka."
"Oo.. Ya sudah."
Setelah dua puluh menit. Motor akhirnya berhenti di depan sebuah gerbang besar. Tempat itu sangat sunyi dengan lampu yang bersinar namun dari dalam.
"Neng yakin pabriknya buka? Tapi sepertinya digembok."
Liona menggeleng."Yakin, bang. Itu lampunya nyala."tunjuk Liona.
"Tapi__"
"Abang tenang saja. Nanti saya telpon suami saya dan minta dia keluar."ucap Liona menyakinkan.
"Ya sudah, abang balik duluan ya, soalnya mau nonton bola."
"Iya. Nih uangnya. Makasih ya, bang."ucap Liona sembari memberikan uang untuk biaya ojek.
Setelah itu bang Radi langsung tancap gas dari sana meninggalkan Liona sendirian.
Liona segera melangkah menuju gerbang pabrik. Namun setelah dilihat-lihat gerbangnya benar-benar digembok. Bahkan tidak ada penjaga.
"Sebaiknya aku telpon mas Hardi saja."gumam Liona lalu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomer suaminya. Namun setelah menunggu beberapa menit, telponnya tidak diangkat juga.
Bukk
"Mas Hardi."teriak Liona setelah memukul pintu gerbang. Siapa tahu dibalik gerbang ada orang yang berjaga. Namun setelah ia memanggil beberapa kali, tetap tidak ada sahutan juga.
"Apa bukan pabrik yang ini?"gumam Liona lagi. Namun ia langsung menggeleng. Tidak mungkin ia salah dengar. Jelas sekali suaminya bilang tempat terakhir mereka bermain. Kalau begitu sudah jelas pabrik ini.
Merasa takut karena sendirian, Liona kembali mencoba menghubungi nomer suaminya namun tetap saja tidak diangkat. Dia juga mencoba menghubungi nomer bu Ratih namun sama, tidak ada jawaban juga.
"Angkat dong, mas."cicit Liona pelan dan terus berusaha menelpon suaminya namun tetap saja tidak bisa.
Bukk
Liona melotot saat ada yang menepuk pundaknya. Ia langsung berbalik dan_
"Mas Har___"Liona segera mundur saat melihat seorang pria asing.
"Sendirian aja nih? Mau abang temenin?"
"Tidak. Pergi! Pergi sana!"usir Liona namun pria itu malah tertawa dan semakin mendekat.
"Ayolah! Biar abang temani."ucap pria itu sambil mencoba memeluk tubuh Liona.
"Mas Hardi."jerit Liona lalu berlari kencang dan pria dibelakangnya juga mengejarnya.
"Mau lari ke mana hah?"
Liona hanya terus berlari dan sesekali menoleh ke belakang. Ternyata pria itu masih mengejarnya dan bahkan hampir menangkap tubuhnya.
"Tolongggg.. toloooonggggg."teriak Liona. Suasana di daerah itu benar-benar sepi. Liona ingat bahwa pabrik itu berdiri jauh dari pemukiman.
"Mau ke mana hahahahaa... "tawa pria itu terdengar semakin dekat. Sudah jelas bahwa stamina Liona kalah jauh, karena saat ini kakinya sudah sangat lelah. Kepalanya berkunang-kunang dan perutnya terasa nyeri.
"Toloongggg.. Too___arrgggggg"
Brukk
"ughhh"rintih Liona saat seluruh tubuhnya menghantam jalan. Kepalanya langsung pening luar biasa dan matanya langsung menutup. Di tengah kesadarannya yang menipis, Liona masih sempat menyentuh perutnya dan menggumamkan nama suaminya.
Pyarr
"Mas."jerit Astari saat suaminya menjatuhkan gelas yang saat ini pria itu pegang.
Hardi hanya diam. Perasaannya mendadak tidak enak. Dia langsung melihat ke arah Astari.
"Berikan ponselku!"titah Hardi marah.
Astari menggeleng."Sebelum acara ini selesai, ponsel mas akan aku sita."ucap Astari lalu meminta pelayan membawa kue ulang tahun yang sudah disiapkan.
Hardi menatap ibunya."Lakukan saja! Ini adalah hari baik mu dan pantas untuk dirayakan. Terlepas siapa yang membuat ide ini."ucap Amla sambil melirik ke arah Astari.
Ya. Acara yang seharusnya hanya berbagi untuk tetangga dan orang-orang yang bekerja di tempatnya kini berubah karena ide Astari. Wanita itu benar-benar menyebalkan. Untungnya tidak ada Liona. Jika tidak, istrinya pasti akan curiga.
Astari langsung menyentuh lengan Hardi. "Mas harus tersenyum. Lihat! Ada begitu banyak orang di sini."ucap Astari membuat Hardi menghela napas kesal.
Baiklah. Dia akan meniup lilin dengan cepat lalu segera menemui istrinya. Entah mengapa, perasaannya benar-benar tak enak dan harus segera bertemu dengan Liona.
Ebook
Mohon maaf, cerita ini sudah tamat dan terbit ebook. Yang mau baca keseluruhan bisa langsung ke google playstore/playbook.
Jika ada kendala dalam pembelian bisa lakukan pembelian secara manual melalui penerbit. Caranya di bawah ini.
Yang sungkan chat penerbit, juga bis chat aku juga ya. No wa ada di bio wattpad ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Sementara
RomansaHarap bijak memilih bacaan! Katanya hanya sementara, nyatanya ia malah diperawani. Ini tentang Liona Ardiansyah yang naik pangkat dari seorang tamu di acara akad nikah dan justru berakhir menjadi istri Hardi Malbani.