(21+) Part 11

83.4K 2K 87
                                    

Happy Reading!

"Lalu apa yang kudapatkan?"tanya Hardi dengan wajah angkuh. Dia benar-benar puas saat melihat Liona datang dan berlutut dihadapannya. Wanita itu memohon belas kasih agar dia tidak menghancurkan bangunan panti. Benar-benar sangat kasihan.

"Apapun yang mas inginkan."jawab Liona lirih. Ia hanya punya waktu selama dua jam sebelum bangunan panti dihancurkan.

Hardi mengangguk lalu bergerak menyentuh wajah istrinya itu.

"Hukuman apa yang pantas untuk istri yang memukul suaminya?"tanya Hardi membuat Liona menitikkan air mata.

"Mas bisa memukulku juga."

Hardi menggeleng."Itu bukan ide yang bagus."

Liona diam lalu mengangkat tangannya."Tangan ini tadi yang memukul wajah mas. Karena itu aku juga akan memukul wajahku dengan tangan ini."ucap Liona lalu mengayunkan tangannya namun dicegah oleh Hardi.

"Tanpa ijinku, tidak ada yang bisa menyakiti dirimu termasuk tanganmu sendiri."ucap Hardi lalu segera menarik tangan Liona keras kemudian menggendong tubuh kecil itu dengan satu tangan.

Brakk

Dengan satu tangan, Hardi menggeser apapun yang ada di atas meja kerjanya hingga jatuh berserakan.

"akh"rintih Liona saat tubuhnya diturunkan di atas meja lalu saat menyadari situasinya ia langsung menutup rapat kakinya.

"Kenapa? Mau menolak?"tanya Hardi  membuat Liona menggeleng.

Hardi mengusap paha istrinya."Lalu kenapa ditutup?"

"Mas, bagaimana dengan bangunan panti?"tanya Liona membuat Hardi mendengus.

"Bangunan itu akan tetap berdiri jika kakimu terbuka lebar."ucap Hardi lalu menaikkan dress yang istrinya pakai.

Liona menelan ludahnya kasar lalu perlahan membuka kedua kakinya.

"Mas argh"jerit Liona saat celana dalamnya langsung ditarik dan diturunkan.

Prakkk

"Mas!"jerit Liona panik saat dress yang ia kenakan dirobek secara paksa. Jika seperti ini lalu bagaimana caranya keluar dari ruangan ini. Ia sama sekali tidak punya pakaian lain.

Hardi hanya terkekeh melihat wajah panik istrinya lalu perlahan mendekat dan mencium bibir yang sedari tadi terus membuatnya salah fokus.

Liona melotot lalu tanpa sadar mengalungkan lengannya di leher sang suami. Lagipula ia tidak bisa menolak. Setidaknya mereka memang sudah halal untuk melakukan ini.

Setelah lima belas menit bermain pada tubuhnya, Liona akhirnya merasakan milik om Hardi mencoba untuk mengisi tubuhnya.

"Pelan-pelan ughh"rintih Liona lalu melirik ke bawah. Rasanya sudah sangat sakit tapi milik om Hardi bahkan belum masuk sepenuhnya.

"Tahan!"ucap Hardi lalu menyentak miliknya kasar membuat tubuh Liona tersentak dengan teriakan keras.

"Mas hh sakit."jerit Liona dengan kedua kaki yang gemetar. Tubuhnya seperti mati rasa dan perutnya juga kram.

Hardi menghapus air mata istrinya lalu melirik penyatuan mereka. Apa sesakit itu? Batinnya bertanya. Tapi sepertinya memang sakit, terlihat dari dalamnya cakaran kuku Liona pada pundaknya. Rasanya benar-benar perih dan pasti akan meninggalkan bekas luka.

Liona mengatur napas. Ia perlahan bisa menenangkan diri. "Mas bisa bergerak."ucap Liona. Lagipula jika menunggu ia siap maka mungkin tidak akan cukup beberapa menit. Lebih tepatnya tubuh kecilnya tidak akan pernah siap menerima perlakuan om Hardi.

Hardi perlahan menarik miliknya kemudian mendorongnya lagi. Meski gerakan itu sangat pelan namun sangat mampu membuat tubuh Liona meliuk tak karuan. Padahal ia sudah pernah merasakannya namun entah mengapa kali ini terasa lebih berbeda.

Liona benar-benar merasa penuh dan rasanya semakin sulit bernapas saat gerakan om Hardi semakin cepat.

Suara desahan, jeritan dan kecipak percintaan bercampur menjadi satu dalam ruangan yang cukup besar itu. Dan kegiatan itu terus berlanjut meski kedua insan yang bermain sudah saling memeluk karena pelepasan yang begitu dahsyat.

Dua jam kemudian.

Tubuh Liona langsung terhempas ke tanah. Ia benar-benar sangat lemas setelah melayani suaminya dan sekarang harus melihat bangunan panti yang mati-matian ingin dipertahankan justru sudah rata dengan tanah.

Liona hanya bisa menangis untuk mengungkapkan rasa kesalnya. Padahal om Hardi sudah berjanji tapi pria itu malah mengingkarinya.

Sekarang bangunan panti sudah hancur dan entah ke mana perginya bu Ratih dan anak-anak. Mereka sekarang pasti sangat bingung mencari tempat untuk tinggal.

"Aku membencimu, om. Sangat membencimu hiks" ucap Liona dengan tatapan penuh amarah lalu perlahan kesadarannya menghilang membuat Hardi segera menggendong tubuh istrinya.

"Wanita bodoh."ucap Hardi lalu menggendong tubuh istrinya memasuki mobil.

Bersambung

Bukan Istri SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang