03

809 45 0
                                    

Hari mulai berjalan seperti biasanya, kemarin naren kukuh tidak mau di antar pulang. Ayah juga nathan sudah pulang dari dinas, jam belajarnya di tambah. Setiap sore nathan harus mengajari naren materi dasar.

Di pertemuan pertama, nathan sangat kaget melihat kapasitas otak naren yang ternyata lebih buruk dari mahen, tapi beruntungnya anaknya nurut dan tidak aneh aneh. Jadi gampang.

Sore ini nathan asik belajar di sudut caffe, naren di depannya sibuk mengerjakan soal yang baru nathan berikan. Langit mulai menggelap karena mendung. "Bisa?"

Naren mengangguk, lalu memberikan lembar kertasnya. Ekspreksi nathan membuat naren lesu. "Salah semua ya?"

"Bener dua."

Dengan cepat ekspreksi naren kembali riang. Benar dua dari 15 soal, kemajuan. Soalnya kemarin selalu salah semua.

"Hmm, pulang sana."

"Makasih ya kak."

Suasana caffe semakin sepi, banyak pelanggan pulang karena takut keburu hujan. Setelah membaca buku terakhir nathan hendak beranjak pulang, namun satu objek menahannya. Handphone di meja.

"Naren bisa bisanya ninggal hp."

Terpaksa cowok itu harus mengantarnya. Takutnya ada hal penting. Kalo buku bisa di kasihkan besok, lah ini hp.

***

Nathan menyesal membawa motor, hujan turun di tengah jalan. Mau berhenti nanggung, trabas malah jadi basah sekarang. Satpam membukakan pintu tanpa bertanya, pembantu di rumah naren menyambutnya dengan hangat.

"Temennya nak Naren ya?"

Cowok itu langsung di giring ke ruang tamu, di berikan handuk dan di suguhi minuman hangat. Ia nurut aja. Hujan di luar semakin deras, harusnya ia langsung pulang tadi. Penyesalan kedua setelah motor.

"Naren itu anaknya pendiem gak punya temen, makanya bibi denger dia punya temen seneng banget."

"Naren cerita?"

Bibi mengangguk senang. "Iya atuh, katanya nak nathan itu baik banget sama naren. Jarang ada yang mau bicara sama naren, padahal anaknya ceria."

Entah mengapa hati nathan tersentuh. Padahal dia hanya ngasih materi ke naren, kalo bukan karena nilai juga ga bakalan cowok itu bicara ke dia.

"Nah nak nathan, minumnya di habisin terus susulin naren di kamarnya, ganti pake baju naren dulu, nanti masuk angin kalo pake baju basah."

"Eh bi, nathan cuma mau anter hp." Teringat tujuan awal.

"Gakpapa, di luar masih hujan deres. Disini dulu."

Nathan lagi lagi nurut, meminum teh angetnya lalu mencari kamar naren di lantai atas. Pintu yang ada gantungan kucing, ketemu.

Tok tok.

"Masuk." Sahutan naren terdengar.

Ceklek

Naren duduk di kasur, mengenakan baju model saringan tipis dan celana hotpans. Anak itu tersenyum manis. "Aku di kasih tau pak ahmad kalo kakak kesini, nih bajunya. Kamar mandinya itu."

"Gue mau balikin hp, punya lo ketinggalan."

"Hmm.. makasih kak."

Nathan memandang naren aneh, untuk cuaca dingin pakaiannya terlalu terbuka. Naren yang sadar menyeletuk. "Cuacanya emang panas kak, gerah."

Emang dasarnya si bocah yang aneh. Cowok itu segera masuk kamar mandi, aroma buah segar menyambutnya. Wangi. Tanpa lama lama ia mandi. Tiba tiba perasaan aneh muncul. Tubuhnya terasa  agak panas, efek kehujanan kah? Seingatnya daya tahan tubuh nathan tak selemah itu.

Gue normal. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang