Chapter 7🌺

18K 1K 9
                                    

Kalau ada typo tolong tandain ya.
Jika tidak suka bisa langsung diskip saja.
.
.

Diana, Devan dan Rhea tengah duduk bersantai di sofa ruang tamu.

"Pa, ma, aku sudah daftar sekolah di sini atau belum?" tanya Rhea dengan hati-hati.

Menurut dari ingatan Rhea asli, dia belum mendaftarkan diri di sekolah yang ada di Indonesia seperti AHS.

Diana menoleh ke putrinya sambil mengelus lembut rambut peraknya.

"Belum sayang, mama tidak sempat untuk mendaftarkan kamu sekolah. Kita baru saja pindah tiga hari lalu dan tidak ada waktu  mencari sekolah yang bagus untuk Rhea."

"Rhea mau sekolah kapan? Besok? Kalau besok, biar papa urus berkas kepindahan kamu ke sekolah baru." tawar Devan.

Rhea mengetukkan jari ke dagunya. "Papa sudah dapat sekolah baru untuk Rhea?"

Devan mengganguk singkat. "Tentu saja sudah dan direkomendasikan langsung sama calon ayah mertua kamu."

"Kalau ngasih informasi jangan setengah-setengah. Jadi gini Rhea sayang, calon ayah mertua kamu adalah pemilik sekolah AHS bergengsi di Indonesia. Rhea paham?"

Rhea menganggukkan kepala. "Jadi, nanti aku tes ujian masuk atau nggak usah?"

"Nggak perlu tes, my princess. Kamu sudah ada nilai rapot kelas 10 dan 11. Nilainya aja sangat memuaskan ditambah prestasi kamu bidang akademik dan non akademik." papar Devan sambil menjawil gemas hidung Rhea.

"Betul yang dibilang papa, kamu bahkan jika dibanding dengan Devan, pasti akan setara. Sama-sama jenius." Diana mulai  nimbrung percakapan itu.

Rhea hanya membulatkan bibirnya hingga membentuk huruf 0.

Dia melupakan satu fakta tentang Rhea asli yang dianggap jenius sejak kecil.

Semua mata pelajaran mendapat nilai A+ jadi tidak heran memiliki IQ yang tinggi.

"Rhea tidur sana, sudah malam. Besok mau sekolah kan? Seragam baru sama keperluan sekolah, nanti mama siapin."

Diana menunjukkan jam di handphone-nya yang sudah pukul 09.30 malam.

"Iya ma. Kalau gitu, Rhea pamit ke kamar. Selamat malam pa, ma." pamit Rhea sambil mengecup bergantian pipi orangtuanya.

Cup! Cup!

"Selamat malam juga my princess." balas Devan yang mengacak pelan rambut Rhea.

"Selamat malam putri kecil mama." Diana balas mengecup pipi chubby Rhea.

Rhea berjalan masuk ke dalam lift untuk menuju lantai 3, tempat kamarnya berada.

Sampai di kamar, Rhea mengecek apakah ada cctv atau penyadap suara yang Zevan letakkan di area tersembunyi atau tidak.

Untung Zevan belum memasangnya dan dia tidak perlu waspada ketika diintai dan tidak bisa menguping saat dia berbicara sendiri.

Dia meregangkan otot-otornya yang terasa kaku, lalu beranjak mengganti gaun dress dengan baju piyama tidur gambar panda.

Tidak lupa menggosok gigi, buang air kecil, mencuci muka dan mengambil wudhu.

Untung pas memasuki tubuh antagonis ini sudah sholat Maghrib sebelum acaranya di mulai. Gini-gini Rhea itu rajin beribadah.

Rhea mengenakan mukena dan tidak lupa menggelar sajadah, lalu dia melaksanakan sholat Isya dengan khusyuk.

Selesai melipat mukena dan sajadah, Rhea duduk di kursi meja rias untuk perawatan wajah seperti memakai skincare.

ANTAGONIS? NO PROBLEM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang