4. Memperbaiki

339 31 1
                                    

Di dalam ruang kerja Pak Prabu, beliau sedang berbincang serius dengan Bu Tatik.

"Mas, apa mas ngga ada niatan untuk kembali memperbaiki keluarga kecil kita?"

Pak Prabu menghela napas. Terlihat sekali beliau sedang memilah-milah kata yang ingin beliau ungkapkan.

"Dek, untuk saat ini fokus mas ingin nyapres dulu. Mas ingin mewujudkan cita-cita rizky supaya papanya bisa jadi presiden dan mengembalikan kehormatan papanya."

"Mas, kita berdua tau mas tujuan rizky bukan hanya sekedar itu. Dia cuman pingin keluarganya kembali utuh. Dia tau mas perjanjian antara bapak sama mas waktu itu."

Bu Tatik memegang bahu kokoh Pak Prabu untuk meyakinkan keputusannya untuk kembali memperbaiki rumah tangga mereka.

"Mas, bapak udah ngga ada bertahun-tahun yang lalu. Syarat dari bapak itu udah ga berlaku lagi mas. Sekarang keputusan tinggal ada di kita berdua. Kalo mas memang mau kita menjadi keluarga utuh kaya dulu, aku cuma mau satu syarat mas. Mas harus mau tes DNA sama Tedy."

Pak Prabu diam, tampak berhati-hati menanggapi Bu Tatik.

"Mas udah pernah bahas ini ya sama kamu. Mas ga ingin menyakiti-"

"MAS GA USAH YA BERLINDUNG DENGAN KATA GA MAU NYAKITIN TEDY." sela Bu Tatik dihadapan Pak Prabu.

"Mas, selalu bilang kaya gitu. Mas sadar ga sih dengan sikap mas yang kaya gini itu malah semakin nyakitin perasaan Tedy. Dia terombang ambing mas tanpa kejelasan siapa papa nya. Kalo dulu aku masih bisa terima sama alasan mas karena Tedy masih anak-anak. Tapi kalo sekarang, aku ga bisa terima alasan kaya gitu mas. Toh kalo memang dia bukan anak mas, dia juga udah dewasa bisa menjadi kepala keluarga untuk dirinya sendiri, karir udah matang untuk kedepannya, dia juga secara mental lebih dewasa pasti bisa nerima segala hasilnya nanti." Sambung Bu Tatik dengan sedihnya.

"Atau dugaan aku selama ini benar? Kalo mas tidak siap menerima kenyataan kalo mas pernah tidur dengan wanita lain?."

ruangan tersebut hening sejenak.

"JAWAB MAS ?!?! Kamu diam kaya gini juga nyakitin aku mas. Kamu itu egois kalo kaya gini."

Melihat Pak Prabu yang diam membisu, Bu Tatik meneteskam air mata. Ternyata dugaanya selama ini benar. Wanita mana yang tidak sakit hatinya diperlakukan seperti ini. Terombang-ambing diantara praduga dan kata seandainya.

Flashback

Malam itu Pak Prabu bersujud memohon ampun dihadapan kepala keluarga Handoyo, yang tidak lain adalah presiden RI ke dua yang menjabat pada saat itu.

Tampak raut murka dari sang presiden kepada Prabu.

"Kurang ajar ya kamu!!! Saya sudah kasih ijin kamu untuk menikahi anak saya tapi sekarang kamu sakiti anak saya. Keluar kamu dari keluarga ini. Jangan sampai kamu berani menemui anak perempuan saya lagi. Kalau kamu mau temui anak saya setidaknya kamu harus setara dengan saya."

Malam itu Pak Prabu menangis memanggil dan memohon ampun kepada istrinya. Tapi pengawal pak Handoyo menyeret beliau agar meninggalkan kediaman keluarga Handoyo.

Sesampainya di rumahnya di Kertanegara, Pak Prabu langsung menuju kamarnya bersama istrinya. Nampak anak kecil tengah tertidur di kasur itu. Diamatinya sosok mungil yang tengah tertidur itu. Kemudian diambilnya secarik kertas di laci yang berisi surat dari seseorang yang mengaku ibu dari anak tersebut.

"Pak, saya mohon maaf harus melakukan ini karena saya tidak tau harus bagaimana lagi. Anak laki-laki ini adalah anak bapak. Mungkin bapak tidak akan ingat karena kita melakukan hubungan intim juga secara tidak sadar. Saat itu sepertinya kita sama-sama dalam pengaruh alkohol. Anak ini bernama Tedy pak, usianya menginjak 8 tahun. Saya harap bapak dan ibu Tatik bisa merawat anak ini seperti anak bapak yang lainnya. Dan saya juga berharap bapak sudi untuk menambahkan nama belakang Wijayanto dibelakang nama Tedy. Saya sudah merawat Tedy dari dia di dalam kandungan pak dan untuk saat ini saya juga ingin meraih kebahagiaan saya sendiri, jadi mulai sekarang giliran bapak yang merawat Tedy."

Kurang lebih seperti itulah isi surat yang ditemukan bersamaan bersama anak laki-laki yang tengah tertidur pulas saat ini. Rumah Kertanegara sempat dihebohkan dengan adanya seorang anak laki-laki yang menangis sambil kehujanan di depan gerbang. Sampai pada akhirnya ajudan dan pengawal Pak Prabu membawa anak tersebut masuk dan menemukan surat tersebut di dalam tas ransel yang di bawanya.

Rasanya kepala Pak Prabu ingin meledak memikirkan langkah apa yang harus siambilnya untuk saat ini. Hingga kemudian terdengar gaduh di luar kamarnya. Kemudian pintu kamar tersebut terbuka dengan dan nampak istrinya dengan ke adaan sedikit basah kuyup menerobos penjagaan rumahnya.

"Mas, tolong katakan kalo kabar yang aku terima itu ga bener mas. Itu bukan anak kamu sama perempuan lain kan?. Kalo mau kita tes DNA sekarang mas, nanti aku yang rayu bapak supaya beliau menarik kata-katanya untuk mengusir kamu mas. Aku yakin itu bukan anak kamu mas. Aku ga mau pisah sama kamu. Sekarang kita tes DNA ya? Nanti aku yang bujuk bapak supaya narik kembali kata-katanya."

Tangis Bu Tatik pun pecah saat itu.

"Maafkan mas dek. Mas ga mau tes DNA, karena mas ga tega gimana nasib anak ini kedepannya. Dia sudah dibuang oleh ibunya, gimana nasibnya nanti kalo ternyata DNA kita ga sama?. Mas sudah putuskan untuk merawat anak ini. Dan mas juga akan memperjuangkan kamu seperti syarat yang diberikan Bapak kamu. Jadi mas mohon sabar dan tunggu mas ya. Sekarang lebih baik kamu kembali pulang dan istirahat. Untuk anak-anak biarkan mereka tinggal disini sama saya. Karena saya ga mau mereka tersorot media karena berita ini. Saya yakin keluarga kamu akan menyebarkan berita ini kepada media "

Ucap Pak Prabu sambil mengelus kepala istrinya. Sementara Bu Tatik menatap kecewa Pak Prabu. Kemudian Bu Tatik menampar Pak Prabu dengan keras.

PLAK

"Tega kamu mas. Kamu sadar ga kamu ga mau nyakitin anak itu tapi kamu malah nyakitin anak yang sudah pasti anak kandung kamu. Kualat kamu mas."

Dengan itu Bu Tatik pergi meninggalkan Pak Prabu dan ketiga anak kandungnya. Air mata tidak berhentinya menetes dari kedua mata insan tersebut. Dan pada malam itu juga martabat seorang jendral bintang 3 itu dijatuhkan serendah-rendahnya olrh keluarga istrinya. Banyak media yang memberitakan kabar perselingkuhan tersebut hingga akhirnya brrdampak pada pencopotan dirinya sebagai jendral TNI.

Sayangnya pada hari itu, orang-orang dewasa tersebut terlalu sibuk dengan sakit hari mereka tanpa menyadari dua bocah laki-laki yang mengerti arah pembicaraan sepasang suami istri tersebut. Lagi-lagi anak-anak tak bersalah harus menanggung akibat dari keegoisan orang tuanya.

End of flashback

Mengenang itu kembali, Pak Prabu menjadi sedih. Sorot mata senjanya penuh akan beban dan tanggung jawab yang teramat berat. Nyatanya pelatihan yang dijalaninya selama di Komando Pasjkan Khusus tidak ada apa-apanya dengan cobaan yang selama ini dia pikul.

Sementara itu, rumah Kertanegara tampak sepi dan beberapa lampu sudah redup. Terlihat sosok pria yang tengah duduk sambil memejamkan mata menikmati wine.

"Mas Ted, ngapain disini? Lho kok lagi minum mas, kan besok masih bertugas ngawal papa."

Sontak Tedy membuka matanya mendengar suara adik bungsunya.

"Gapapa dek, cumam minum dikit soalnya tadi habis makan steak jadi ga enak kalo tanpa pelengkapnya."

"Oh yaudah mas aku temenin deh, kebetulan aku juga lagi suntuk nih."

Kayla menyahut gelas kosong milik Tedy untuk kembali dia isi. Sayangnya belum sempat meminumnya, gelas ditangannya sudah di sahut oleh Tedy dan isinya ditenggak hingga habis tak bersisa. Kemudian dirinya berdiri sambil membawa botol wine dan gelas kosong untuk dibuang ke belakang.

"Suntuk tuh istirahat, tidur bukan malah mau minum-minum. Oiya dek, jangan bilang ke siapa-siapa ya? Nanti mas transfer kamu 5 juta deh." Ucap Tedy sambil mengediplan sebelah matanya sebelum pergi ke belakang. Sementara Kayla hanya mendengus kesal tapi kemudian tersenyum lebar.

"Makasih mas. Love you banyak-banyak." Teriaknya

Tbc

Oiya, terimakasih ya buat yang udah support🙏

Not an easy lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang