•●{PROLOGUE 4}●•

241 27 1
                                    

ORTER: 9 TAHUN
WIRTH: 1 TAHUN

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tadaima" kata Orter memberi salam saat membuka pintu utama.

Dia pun meletakkan sepatunya di rak sepatu lalu berjalan menuju ke kamar. Setelah itu dia meletakkan tas sekolahnya ke atas meja belajar lalu mengeluarkan semua PR yang harus dia kerjain sebelum besok menjelma
      
   
  

3 JAM KEMUDIAN
 

 
  
   
Orter menutup buku yang telah dia baca sebagai salah satu proses belajar kembali apa yang dia telah pelajari saat disekolah tadi. Sudah menjadi rutin hariannya untuk mengikuti jadual yang telah diatur oleh kedua orang tuanya bermula dari dia membuka mata dipagi hari sehingga lah dia menutup mata kembali di malam hari

Walaupun dia memiliki waktu luang, Orter tetap akan menggunakan waktu itu untuk belajar dikarenakan dirinya yang sudah terbiasa atas didikan orang tuanya yang selalu mementingkan pengetahuan dan kedudukan. Hal itu secara tidak langsung membentuk Orter menjadi anak yang terlalu serius,mementingkan pelajaran, tidak suka membuang-buang waktu dan mengakibat kan dirinya kurang bersosial dan tidak memiliki sebarang teman

Jika boleh jujur, Orter ingin sekali menjadi sepeti anak-anak lain diusianya. Bermain diluar bersama teman-teman, melakukan hal konyol mua jahil bersama ataupun hal-hal yang biasa dilakukan oleh para anak-anak sebelum mencapai umur dewasa. Tetapi dia tahu orang tuanya tidak akan menyukai hal itu dan mau tidak mahu dia harus mengikuti keinginan dan perintah dari sang ayah dan sang ibu

Orter melihat jam di dinding dan menunjukkan jam 4 sore. Dan setelahnya dia berjalan ke luar kamar dan menuju ke kamar Wirth

Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan,memastikan tidak ada sesiapa yang melihatnya, setelah merasakan semuanya sudah aman, Orter berjalan masuk ke dalam kamar Wirth dan terus menuju ke kasur bayi dimana Wirth berada di dalam sana sedang tertidur lelap

Orter mengusap kepala Wirth yang memiliki rambut rambut tipis, seketika Wirth menggeliat kecil sebelum kembali berdengkur halus

Orter yang melihat Wirth yang tertidur dengan penuh damai, tersenyum kecil. Seketika rasa lelahnya terasa hilang begitu saja

"Kawai..." batin Orter sambil mencubit lembut pipi sang adik
  
  
  
      
     
    
Orter merasakan dunianya sangatlah hampa dan membosankan, dimana dirinya terus dihadapkan dengan realita sebagai anak dari kelaurga Madl yang harus sentiasa menjaga repotasi keluarga dari segi akedemik maupun sosial.

Tetapi setelah kehadiran Wirth, sang adik bongsu yang kini berusia setahun. Orter sikit demi sedikit bisa merasakan ada warna yang menghiasi hidupnya, dikarenakan setiap kali melihat wajah sang adik, Orter dapat merasakan rasa kebahagiaan karena Wirth seolah-olah coba untuk menceriakan dirinya dengan wajah dan tawa lucu nan imutnya, dan sama sekali tidak menuntut Orter untuk menjadi orang yang sempurna.

DROWNING IN DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang