•●{PROLOGUE 9}●•

149 13 1
                                    

RAYNE : 11 TAHUN
FINN: 5 TAHUN

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rayne selalu menjalani kehidupan nya dengan penuh bahagia bersama kedua orang tua dan adik laki-laki tercintanya. Rayne sanggup melakukan apapun demi melindungi anggota keluarganya walau itu harus mempertaruhkan nyawanya sekalipun

Rayne selalu berusaha untuk menjadi anak yang kuat, patuh kepada orang tua dan bisa melindungi dan diandalkan oleh kedua orang tuanya begitu juga kepada Finn

Rayne tidak pernah mengeluh ataupun tantrum sekiranya sesuatu yang dia inginkan tidak bisa dikabulin bahkan lebih rela mengalah untuk sang adik agar Finn sentiasa tersenyum bahagia. Walaupun mereka hidup penuh dengan kesederhanaan, Rayne selalu bersyukur dengan apa yang dia miliki. Hal ini menunjukkan bertapa Mr.Ames dan Mrs.Ames sangat hebat dalam mendidik dan membesarkan seorang Rayne Ames.

Rayne merasakan hidupnya sudah cukup sempurna dan tiada apa yang dia inginkan melainkan kedua orang tuanya dan Finn terus ada bersamanya

Tapi terkadang, harapan hanya tinggal sebagai harapan. Dan harapan tidak selalunya bisa terpenuhi bahkan bisa terjadi sebaliknya

.
.
.
.

Rayne ingat dengan benar saat hari itu dia lagi berada di sekolah, menjalani jam pelajaran seperti biasanya

Dan tiba-tiba dirinya dipanggil oleh sang wali kelas untuk segera mengemasi barang sekolahnya dan langsung mengikuti nya ke rumah sakit

Dan saat Rayne menanyakan kenapa, jawaban dari sang wali kelas langsung membuatkan dunia Rayne seakan hancur dan menggelap dalam sesaat
 
  

"Orang tuamu terlibat dalam kecelakaan dan hanya adik laki laki mu saja yang terselamatkan. Saat ini adik mu sedang dirawat di rumah sakit dan masih belum sadarkan diri"

.
.
.
.
.
.
.
.

HARI PEMAKAMAN ORANG TUA RAYNE & FINN

Hujan turun dengan sangat lebat semenjak pagi tadi, seolah-olah turut berduka dengan pemergian dua orang insan yang sangat dicintai Rayne dan juga Finn

Rayne hanya diam dengan tatapan kosong, menatap ke arah dua batu nisan yang baru saja diletakkan di atas kuburan kedua orang tua mereka. Tangan sebelah kanan memegang pemegang payung manakala sebelahnya lagi mengenggam tangan Finn penuh erat

Finn yang baru berusia 5 tahun saat itu masih belum bisa mengerti dengan apa yang terjadi. Sedari dia sadar dari komanya, dia terus menanyakan akan keberadaan orang tua mereka kepada Rayne, sama seperti saat ini

   
 
  
"Rayne nii? Kenapa kita berada disini? Dimana Otousan dan Okaasan?"
  
  
  
"Rayne nii... Aku mau ketemu otousan dan okaasan. Kenapa Rayne-nii diam saja?"
    
  
  
"Rayne ni.. Aku mau pulang.aku mau ketemu sama otosan dan okaasan"

  
  
Rayne mendengar namanya terus dipanggil oleh sang adik sambil bertanya hal yang sama berulang-ulang kali, tetapi Rayne hanya terus diam dengan tatapan kosong yang masih terpancar kan di kedua matanya

 
    
    
  
"Kasian sekali, mereka berdua masih anak kecil"
   
    
   
"Apa ada yang mahu menjaga mereka?"
   
   
  
"Aku dengar rumah orang tuanya bakalan diambil orang bibik mereka"
 
     
  
"Kasian ya, disaat mereka ditinggali oleh kedua orang tua mereka seperti ini, keluarga besar mereka hanya mementingkan harta orang tuanya"
  
  
   
"Bagaimana nasib mereka nantinya?"
  
  
  
  
"Sungguh anak yang malang, lihatlah. Saudara maranya sedikit pun tidak menunjukkan rasa simpati kepada mereka"
  
   
 
"Bahkan aku dengar mereka bakalan dihantar ke panti asuhan"
    
   
   

Rayne mendengar semua pembicaraan yang orang-orang bicarakan di pemakaman kedua orang tua mereka, tetapi dikarenakan perasaan sedih dan terpukul yang masih menghantui nya, Rayne hanya menulikan pendengarannya dan terus menatap ke arah makam Mr.Ames dan Mrs.Ames

  
  
   
"Kami tahu kau seorang nii-san yang kuat, yang bisa melindungi Finn. Maka dari itu jangan menangis lagi, dan temuilah Finn dengan senyuman diwajahmu".
   
   
  

Perkataan Mr.Madl 2 tahun lalu terlintas kembali dipikiran Rayne, Rayne semakin mengeratkan pegangannya pada pegangan payung dan tangan Finn

"Maaf Otousan, aku berjanji dua hal kepada mu, iaitu untuk tidak menangis lagi dan sentiasa mengukir senyuman saat bersama dengan Finn. Tapi untuk janji yang kedua, aku sama sekali tidak bisa untuk mengotakannya"

DROWNING IN DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang