5: Mulai dari awal

340 44 9
                                    


Dua orang yang sudah asing selama satu bulan terlihat sedang menikmati makanannya di meja makan. Seperti yang diduga oleh Zean, pastinya situasi antara Marsha dan dirinya akan terasa sangat canggung, terlebih lagi mereka berpisah dengan cara yang bisa dibilang tidak baik.

"Uhuk..uhukk.." Marsha tampak sedang tersedak makanan, dengan sigap Zean langsung memberikannya air putih untuk diminum Marsha.

"Sama-sama." ledek Zean sambil kembali menikmati makanannya

"ga niat bantunya?"

"Niat banget kok kak."

"stop deh zoy, aneh dengernya."

"terus mau gw panggil apa? gajelas." ucap Zean datar.

"Yang sopan ya, gw calon kakak lu nih."

"iya deh yang tua."

Marsha beranjak lalu mencubit perut Zean cukup kencang.

"Sakit woi." Zean mengusap perlahan perutnya yang baru saja dicubit.

"makanya mulut dijaga." ucap Marsha dengan wajah yang tidak ramah

Zean hanya diam tak membalas, Ia menyelesaikan makannya dan mengambil hpnya menunggu Marsha selesai makan. Tak lama, Marsha menyelesaikan makannya. Baru saja ia ingin meletakan piring kotornya, tapi Zean tiba-tiba mengambil piring kotornya dan membawanya ke cucian piring.

"sekalian aja sama gw, lu siap-siap aja sana biar ga lama." ucap Zean sambil mulai mencuci piring kotor mereka berdua.

Marsha memandang sejenak Zean dari belakang. Tatapannya tidak bisa berbohong, begitu juga dengan perasaannya. Laki-laki ini masih begitu peduli pada dirinya, bagaimana bisa dia kemarin membuang Zean begitu saja tanpa memikirkan solusinya bersama? Entahlah ia sekarang merasa menjadi wanita paling bodoh di dunia.

~~~~~

Sekitar 30 menit Zean menunggu Marsha bersiap-siap namun ia belum juga kunjung turun dari kamarnya. Berbeda dengan Veranda yang baru saja keluar dari kamarnya dengan kondisi sudah sangat cantik dan siap untuk pergi fitting baju bersama Kenan.

"Zoy, kalian belum jalan?" Veranda berjalan mendekat dan duduk di samping Zean.

"Belum ma, kak Marsha belum selesai."

"Mama mau ngomong sebentar boleh?" ucap Veranda dengan nada serius membuat Zean langsung memperhatikannya.

"Boleh ma, kenapa?"

"Maaf sebelumnya kamu sama Marsha tiba-tiba jadi kayak gini. Jujur mama ga tau kalo misalnya Kenan itu papa kamu dan dia juga gak pernah kasih tau sebelumnya ke mama siapa anaknya. Mama tau pasti ini gak gampang buat kalian berdua, mama juga menyayangkan hubungan kalian harus berakhir dengan gak baik. Mama harap kamu bisa maafin Marsha ya? Percaya deh sama mama, keputusan yang diambil juga gak mudah dan udah melewati banyak pertimbangan tapi tetep cara dia menyampaikannya ke kamu mungkin kurang sesuai dan kesannya menyakitkan untuk kamu. Sekali lagi tolong maafin Marsha ya? anggep aja ini sebagai permohonan seorang ibu ke anaknya."

Veranda memandang wajah Zean penuh makna, tentu saja hal ini membuat Zean tak tega. Selain itu, sebenci apapun dirinya pada Marsha kemarin, tetap saja jauh di lubuk hatinya ia masih sangat mencintai wanita itu. Ini adalah fakta yang tidak bisa ia bohongi dari dirinya sendiri.

"Gapapa kok ma, jujur ini emang gak gampang buat aku tapi demi papa aku rela kok. Mama juga gak usah khawatir tentang aku sama kak Marsha, aku mulai belajar untuk ikhlas kok mungkin ini cara semesta buat kasih tau ke aku kalau jodoh aku emang bukan kak Marsha." balas Zean sambil tersenyum hangat kepada Veranda.

Cinta di Balik Panggung [JKT48 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang