14: Masih baru

163 31 1
                                    


Malam itu, setelah pengumuman yang mengguncang, teater perlahan-lahan menjadi sunyi. Fans mulai meninggalkan tempat, tetapi perasaan berat tetap tergantung di udara. Zee dan Zean berjalan berdampingan menuju parkiran, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Baru saja Zee mengumumkan graduation-nya dari JKT48, dan meskipun keputusan itu telah lama ia pikirkan, kenyataan sekarang terasa berbeda—lebih nyata dan sedikit menakutkan.

Hubungan mereka juga baru. Mereka baru saja pacaran malam ini dan masih berusaha memahami dinamika baru ini. Sebagai teman, mereka sudah sangat dekat, tetapi menjadi pasangan? Itu adalah langkah baru yang penuh tantangan dan kebahagiaan yang bercampur aduk. Setiap kali mereka bersama, ada rasa canggung yang muncul, meski juga manis dan menegangkan pada saat yang sama.

Zean berjalan di samping Zee, mencoba mengumpulkan keberanian untuk melakukan hal-hal yang biasanya dianggap sederhana—seperti menggenggam tangan Zee. Tangannya sudah berulang kali tergerak, tapi ia kembali ragu. Pikiran tentang apa yang harus ia lakukan, apa yang harus ia katakan, terus mengalir di kepalanya. Apakah ini momen yang tepat? Apakah dia terlalu cepat? Zean menoleh ke arah Zee, yang tampak fokus pada jalan di depannya. Mungkin ini saatnya.

Zean akhirnya mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Zee dengan perlahan. Zee sedikit tersentak, merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Mereka sudah dekat sebagai teman selama ini, tetapi sentuhan ini terasa berbeda—lebih intim, lebih berarti. Zee tidak menarik tangannya. Malah, dia menggenggam tangan Zean, senyuman kecil tersungging di bibirnya.

"Capek, ya?" Zean memecah keheningan, berusaha terdengar santai meskipun hatinya masih berdebar.

Zee menoleh dan tersenyum kecil, meski terlihat jelas kelelahan di wajahnya. "Iya, capek banget. Tapi lega juga, sih."

Zean mengangguk, meski dia tahu tak mungkin sepenuhnya memahami apa yang Zee rasakan saat ini. "Aku bisa bayangin. Keputusan besar kayak gitu pasti berat banget. Tapi kamu hebat, Zee. Aku bangga sama kamu."

Zee menatap Zean sejenak, merasa hatinya hangat oleh kata-kata pria di sebelahnya. "Terima kasih," ucapnya lirih, "Kamu juga banyak bantu. Aku nggak tahu gimana aku bisa sampai di sini tanpa dukungan kamu."

Zean tertawa kecil, merasa sedikit malu mendengar itu. Dia menunduk, tidak ingin Zee melihat wajahnya yang mulai memerah. "Aku nggak ngelakuin apa-apa, kok. Cuma ada di sini buat kamu."

Zee menggenggam tangan Zean lebih erat, merasa lebih tenang meski pikirannya masih berputar. Hubungan mereka baru saja dimulai, dan meskipun Zee sudah merasa nyaman dengan Zean sebagai teman, menjadi pacar membawa tantangan baru. Ada lebih banyak yang dipertaruhkan, lebih banyak yang harus diperhatikan, dan tentu saja, lebih banyak momen canggung yang harus mereka hadapi.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya sampai di parkiran. Zean membuka pintu mobil untuk Zee, lalu berjalan ke sisi pengemudi. Mereka masih dalam diam saat Zean menyalakan mesin dan mulai mengemudi, menuju apartemen Zee. Di dalam mobil, suasana terasa agak canggung, namun ada kenyamanan juga di dalamnya. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, tapi kehadiran satu sama lain memberikan rasa aman.

Zean ingin mengatakan sesuatu, tapi dia ragu. Dia tak ingin terdengar terlalu formal atau serius, mengingat hubungan mereka masih baru. Mungkin lebih baik jika mereka hanya berbicara tentang hal-hal ringan, seperti biasa.

"Jadi... apa rencanamu sekarang setelah nggak ada latihan atau teater tiap hari?" Zean mencoba memulai obrolan, meski terdengar agak ragu.

Zee tersenyum tipis, memandang keluar jendela. "Aku sendiri belum tahu pasti. Rasanya aneh, sih, nggak ada rutinitas teater lagi. Aku udah terbiasa latihan dan tampil, eh sekarang udah gak harus ngelakuin itu lagi."

Cinta di Balik Panggung [JKT48 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang