Part 07

4.8K 299 8
                                    

Erland memungut kerang yang kini terletak di sapuan ombak pantai, dan menaruhnya di sebuah ember kecil yang sejak tadi dia bawa.

Dia baru tau, ternyata melakukan hal random seperti ini membuatnya bahagia, dan pikirannya menjadi tenang, apalagi saat melihat bentuk-bentuk cangkang kerang yang indah itu. Dia akan membawa pulang benda-benda itu dan mengoleksinya di dalam kamarnya nanti.

Kaki itu kembali melangkah kala penglihatannya melihat satu lagi kerang yang tidak jauh darinya.

"Nggak capek, dek? Udah dari tadi loh, embernya juga udah mau penuh lagi..." Di belakang Erland ternyata ada Alden yang mengikuti, dia sudah melupakan kejadian tadi siang, dia ingin selalu menemani adiknya.

"Tidak, semua kerang ini sangat cantik! Aku ingin membawa mereka semua ke mansion!" Ujar Erland sambil menaruh satu kerang ke dalam ember kecilnya.

"Serius? Ini sudah ember kelima loh!" Balas Alden, sambil menatap punggung Erland.

"Memangnya aku terlihat sedang bercanda?" Erland berbalik dan menatap serius ke arah Alden, membuat Alden seketika gelagapan.

"B-buk-an git--"

"Lagipula mansion kita kan besar, jadi tidak akan terlihat sempit dengan adanya kerang-kerang ini!" Lanjut Erland sambil berbalik lagi dan berjalan ke depan.

"Nanti kerang di pantai habis, loh!" Seru Alden.

"Tidak akan habis!" Balas Erland sambil melajukan langkah kakinya untuk mengambil beberapa kerang yang dia lihat.

Alden tersenyum manis, setidaknya adiknya sudah tidak terlihat marah lagi kepadanya.

Dua puluh menit telah berlalu, Erland sudah berhenti mencari kerang dan mereka kembali ke tempat di mana kedua orangtua mereka menggelar tikar tadi, sembari membawa lagi satu ember kecil kerang.

Senja sudah terlihat, awan-awan di langit sudah terlihat berwarna oranye, dan merah muda, bahkan pemandangan pantai pada sore itu terlihat sangat cantik.

"Mau mandi pantai?" Erland seketika memalingkan pandangannya ke arah Dania, dengan tatapan antusias. Alden hendak memberikan pendapat, namun sang ayah mengkode lewat mata agar dia diam dulu.

"Bolehkah?" Tanya Erland dengan tatapan antusias.

"Tentu saja boleh," jawab Dania dengan tatapan lembutnya. "Tapi jangan lama-lama," sambung wanita itu.

Erland mengangguk mengerti, dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya. Mandi pantai? Wah... Ini akan menjadi first moments on the beach terbaik, jika dia bisa mandi di air pantai yang jernih itu.

Bahkan Alden yang melihat tatapan antusias sang adik pun, langsung membungkam mulutnya yang hendak tidak menyetujui ucapan sang ibu tadi.

"Buka dulu bajunya, setelah it-"

"Baiklah!" Erland langsung membuka kaosnya dan segera berlari ke arah air pantai.

"Nak, pergilah bersama adikmu!" Ujar Varen, dan diangguki oleh sang empu. Alden segera membuka kamejanya dan ikut bersama sang adik, yang sudah menceburkan tubuhnya ke air laut.

"Dek, jangan jauh-jauh... Di sana dalem loh airnya, kakak takut kamu tenggelam!" Seru Alden dari tepi pantai, saat melihat sang adik yang berjalan terus, mencari bagian yang agak dalam.

Bukan tanpa alasan dia khawatir, hanya saja adiknya itu tidak bisa berenang, jadi dia takut akan tenggelam.

"ERLAND!" pekik Alden sembari buru-buru masuk masuk ke dalam air, karena melihat sang adik yang tiba-tiba saja menenggelamkan dirinya di dalam air laut.

"Erland!"

Erland segera memunculkan tubuhnya ke permukaan, melihat ekspresi khawatir yang terpatri di wajah Alden, membuatnya tertegun.

Sepanjang dia menjalani hidupnya sebagai raja di kehidupan yang sebelumnya, tidak pernah sama sekali dia melihat seseorang yang menatapnya se-khawatir ini.

"Kamu nggak kenapa-napa, kan?" Nafas pemuda itu memburu, dengan tatapan cemasnya.

"Aku tidak apa-apa, kok. Jangan terlalu khawatir," Erland tersenyum hangat sambil memegang tangan pemuda yang sudah menjadi kakaknya itu.

"Kita main airnya di tepi aja yah? Kakak takut kamu tenggelam, kamu nggak bisa berenang Erland," ujar Alden dengan wajah yang sangat khawatir.

"Kata siapa aku tidak bisa berenang?" Erland mengangkat satu keningnya, dia adalah perenang yang baik, di istananya ada sebuah kolam renang yang sangat besar dan megah, yang menjadi tempat dia berenang.

"Aku bisa berenang, kok!" Namun Alden malah memandangi sang adik dengan tatapan tidak percaya. Jika mandi di kolam yang ada di mansion mereka saja, anak itu selalu berpegang padanya agar tidak tenggelam.

"Nggak percaya?" Erland segera mempraktekkan cara berenangnya, dan membuat Alden menatapnya tidak percaya.

"K-kamu... Si-siapa yang mengajarimu berenang?" Tanya Alden dengan tergagap. Erland pun kembali ke posisi awal, di mana dia berada di depan Alden.

"Ayahku," jawab Erland dengan santai dan terlalu jujur, membuat Alden semakin bingung.

"Memangnya kapan Papa ngajar kamu renang?" Alden benar-benar bingung sekarang, memangnya kapan ayah mereka mengajari anaknya itu berenang? Padahal sejak pulang dari rumah sakit, sang ayah selalu mewanti-wanti agar Erland bisa beristirahat dengan penuh.

"Aku bilang ayahku, buk--"

Degh!

Erland segera membungkam mulutnya kala hampir saja mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal menurut Alden.

"Maksudnya, dek? Kakak nggak ngerti deh yang kamu omongin dari tadi."

"M-maksudku... Maksudku, Papa mengajariku cara berenang, pada saat aku tidur panjang di rumah sakit," tak masuk akal memang, tapi ini hanyalah satu-satunya jawaban yang bisa dihasilkan oleh otak pemuda itu.

"H-ah? Emang bisa?" Tanya Alden dengan wajah ambigunya. Mana ada orang koma bermimpi sedang diajari berenang oleh ayahnya, dan saat sadar dari koma malah bisa berenang beneran? Dia saja butuh waktu lebih dari satu minggu untuk belajar berenang, itu pun praktek dua kali dalam satu hari di kolam renang yang ada di mansion mereka.

"Y-ya bisalah... Ini buktinya," jawab Erland dengan gelagapan. Alden seketika memijat pelan pelipisnya, dia tidak ingin percaya, namun ada buktinya. Namun jika dia percaya, maka dia benar-benar telah percaya pada hal yang aneh.

"Sudah, jangan terlalu banyak berpikir! Waktu kita buat main air nggak banyak, nanti Mama akan panggil kita, padahal kita sama sekali belum menikmati saat-saat ini!" Ujar Erland, dia sungguh tidak ingin waktunya terbuang sia-sia hanya dengan melihat Alden berpikir.

"Hehehe... Maaf, habisnya sih... Semuanya nggak masuk akal." Balas Alden sambil menyengir kecil, membuat Erland membalas senyumannya, namun senyuman Erland terlihat berbeda, karena senyuman yang pemuda itu tunjukkan adalah senyuman pahit.

'Tapi hal yang lebih tidak masuk akal lagi, dan sudah pastinya akan sulit untuk kau percayai, adalah kenyataan bahwa yang berada di depanmu saat ini sebenarnya bukanlah adikmu. Dia adalah orang lain yang hidup di dalam tubuh adikmu, sedangkan adikmu sudah lama pergi meninggalkanmu, meninggalkan keluargamu, dan meninggalkan dunia ini.'



















To Be Continued

♔ Transmigration King ♔ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang