Part 19

2.6K 174 4
                                    

Sebelum kembali pulang ke kota tempat tinggal mereka, keluarga Dixon menghabiskan waktu mereka untuk berkeliling kota itu terlebih dahulu.

"Wahh... Mawar hitam! Ternyata beneran ada, ya? Kakak pikir itu cuman fiksi!" Ujar Alden, saat ini mereka sedang berada di sebuah kebun bunga yang besar, dimana ada berbagai jenis bunga yang tertanam di sana.

"Dek, coba lihat deh! Cantik banget kan mawar hitamnya?" Erland hanya tersenyum tipis sambil mengangguki ucapan kakaknya.

"Leyllia, aku punya sesuatu untukmu!"

"Apa itu, sayangku yang mulia raja?" Tanya wanita berparas cantik itu.

Raja Fandricko tersenyum tulus kepada istrinya, dia mengambil buket mawar hitam yang dia petik dari kebun bunga istana dan diberikan kepada sang istri.

"Aku merangkainya sendiri untukmu!" Ujar pria berwibawa itu sambil tersenyum.

"Cantik sekali, aku menyukainya!" Wanita itu menerima bunga mawar hitam itu dengan senyuman di wajahnya, entah senyuman itu tulus atau tidak.

"Tapi, kenapa harus mawar hitam? Biasanya kau selalu memberiku mawar merah." Ucap sang istri sambil menatap suaminya.

"Mawar hitam ini melukiskan tentang rasa cintaku yang besar padamu, bahkan sampai aku mati pun aku tetap akan mencintaimu."

Rahang Erland mengeras kala mengingat kejadian sehari sebelum dia tewas ditangan wanita itu sendiri.

Dia merasa orang terbodoh di dunia karena sudah mencintai wanita seperti Leyllia.

"Sayang, ayo ambil foto bersama kakakmu dengan mawar hitam itu!" Ujaran Dania itu, membuat Erland berhenti dari lamunannya.

"Ha?" Tanya Erland dengan bingung.

"Mama akan mengambilkan foto kalian bersama dengan mawar-mawar hitam itu!" Ujar Dania sekali lagi.

"Baiklah!" Walaupun ada kenangan menjengkelkan dengan bunga itu, tapi ini adalah kehidupan barunya, dan dia harus berhenti mengaitkan kehidupan lama nya dengan kehidupannya yang sekarang.

Alden merangkul pundak sang adik, mereka berdua pun berpose depan kamera sang Mama dengan tumbuhan mawar hitam di sekitar mereka.

"Wah, anak-anak Mama ganteng-ganteng, ya!"  Ujar Dania sambil melihat hasil foto nya.

"Eh iya dong! Bibit unggul!" Sahut Varen dengan bangganya.

"Di sana ada tulip! Ayo kita pergi melihatnya juga!" Tunjuk Erland, dan diangguki oleh keluarganya.

"Ya sudah, ayo!" Alden menggandeng tangan sang adik dengan posesif, seolah-olah takut jika adiknya terlepas dan hilang, membuat Erland tersenyum hangat melihatnya.

"Dek, kamu sukanya tulip yang warna apa?" Tanya Alden, kini mereka sudah berada diantara tumbuhan tulip yang berwarna-warni.

"Kuning!" Jawab Erland.

"Kenapa suka yang kuning?" Bukan Alden, tapi papa mereka lah yang bertanya.

"Tidak ada alasan apa-apa, hanya suka saja." Jawab Erland sambil tersenyum. Di kehidupannya yang dulu, ketika sang ibu masih hidup, ibunya itu sangat suka memelihara tulip kuning, yang katanya melambangkan sebuah persahabatan. Ibunya sangat ingin bersahabat dengan para selir ayahnya, tapi sangat disayangkan, bagi mereka ibunya adalah seorang musuh yang harus mereka musnahkan.

"Mau mengambil foto dengan bunga ini? Kau menyukainya, kan? Maka moment ini harus diabadikan!" Ujar Dania sambil memegang kamera nya.

"Baiklah!"

♔ Transmigration King ♔ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang