Dania memandang senduh punggung putra bungsunya yang saat ini bergetar karena menangis.
"Kenapa jadi gini sih, kak?" Lirih anak itu sambil mengeratkan pelukannya pada sang kakak yang masih belum membuka matanya sejak tadi malam walaupun efek biusnya sudah habis.
"Sayang udah, ya?" Dania membujuk putra bungsunya itu agar berhenti menangis, namun tidak didengarkan.
"Mama kenapa tidak bilang dari semalam?" Tanya anak itu dengan lirih, tadi pagi saat mamanya mengatakan bahwa sang kakak mengalami musibah dan dirawat di rumah sakit, dia seketika meneteskan air matanya, karena sedih.
Dia sudah menyayangi Alden, bahkan dia seringkali lupa bahwa dirinya sebenarnya bukan Erland yang asli.
"Kakak kapan bangun?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir tipis Erland yang melengkung kebawah, dia melihat wajah kakaknya yang memar dan sudut bibirnya yang sobek.
"Sebentar lagi kakak akan bangun, sayang... Tenang dulu, ya?" Dania berusaha untuk membujuk sang putra, dia sebenarnya juga khawatir karena anak sulungnya itu masih belum juga bangun.
"Siapa?" Dania mengerutkan keningnya, "siapa yang sudah membuat kakak jadi seperti ini?" Sambungnya dengan pertanyaan yang jelas.
"Kami juga tidak tau, bawahan papa mu dan polisi juga masih mencari tahu," jawab Dania.
'Awas saja kau, jika aku mendapatimu, akan ku bunuh kau! Berani-beraninya menyakiti kakakku!'
Ceklek...
Pintu ruangan itu terbuka, dan menampilkan Varen dengan pakaian formalnya dengan sebuah paper bag yang dia pegang di tangan kanannya.
Dia baru saja selesai menghadiri meeting bersama dengan para koleganya dan langsung menuju ke rumah sakit.
"Dia belum bangun?" Tanya Varen kepada istrinya.
"Iya, aku juga sangat khawatir, tapi kata dokter dia akan segera bangun," jawab Dania dengan khawatirnya.
"Dia juga butuh istirahat, kan?" Varen mengusap lembut rambut panjang istrinya sambil menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan jam sebelas lewat.
"Ayo makan! Aku sudah membeli makanan dari luar untuk kita bertiga!" Titah pria itu kepada sang istri.
"Sini, biar aku yang menyiapkan makanannya," Dania mengambil alih paper bag itu, sedangkan dia berjalan menghampiri putra bungsunya.
"Hei nak, nggak capek nangis terus, hm?" Dia sudah mendapatkan pesan dari Dania pada waktu di jalan tadi, bahwa putra bungsu mereka ini tidak berhenti menangis sedari tadi, matanya kini sudah membengkak dengan wajah sembabnya.
"Papa, kakak dari tadi belum bangun..." Adu Erland pada papanya, membuat Varen tersenyum tipis.
"Kakak juga butuh istirahat, sayang. Nanti juga bangun," Varen membalikkan tubuh anaknya hingga menghadap ke arahnya dan menghapus air mata sang anak dengan ibu jarinya.
"Tapi kapan? Ini sudah siang, dia sudah tidur dari kemarin," tanya Erland dengan suaranya yang serak.
"Kamu dulu tidurnya hampir tiga tahun, tiap hari kakakmu menangis karenamu, mungkin kakakmu ingin membalas perbuatanmu dulu padanya!" Sungguh, Varen tidak serius dengan ucapannya, dia sangat tidak ingin jika anak sulungnya tidur dalam jangka panjang.
"Tidak... Tidak... Jangan begini..." Erland menggeleng ribut, sambil kembali menangis. Tidak, dia tidak mau jika kakaknya harus tidur dalam waktu yang lama seperti tubuh ini sebelum jiwanya memasukinya dulu.
"Ssttt... Percaya sama papa, kakakmu akan bangun, oke? Sekarang kita makan siang dulu!" Erland menggeleng pelan.
"Nanti kamu sakit, nak. Masa iyah kakakmu sakit, kamu juga ikutan sakit?" Erland terdiam, terlihat seperti menimang-nimang ucapan sang papa, sebelum pada akhirnya dia mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
♔ Transmigration King ♔ (End)
Teen FictionCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN CERITA YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Raja Fandricko yang meninggal akibat diracuni oleh ratunya sendiri, tiba-tiba saja jiwanya terlempar ke zaman mod...