Erland duduk di bawah pohon jambu air, sambil menikmati udara sore yang lebih segar daripada udara dingin AC di dalam mansion.
"Aku rindu dengan suasana seperti ini..." Monolognya sambil tersenyum pahit. Mengingat saat di kehidupannya yang dulu, setiap sore nya jika sedang dalam waktu luang, dia selalu berjalan-jalan di sekitaran taman istana sambil duduk di bawah pohon, ditemani istrinya.
"Tidak... Aku hanya merindukan moment seperti ini, bukan merindukan wanita penghianat itu!" Erland menggeleng pelan kepalanya.
"ERLAND!"
Pemuda itu seketika terkejut mendengar nama barunya dipanggil.
"ERLAND! KAMU DIMANA, NAK?!" Erland segera bangkit dari duduknya, dan pergi mendekati suara yang memanggilnya.
"ER- Lan..." Varen terlihat membuang nafasnya lega, melihat putra bungsunya berjalan ke arahnya.
"Sayang, kamu kenapa ada disini, nak? Papa kan nyuruh kamu buat nungguin Papa di ruang keluarga, kenapa pergi keluar? Papa khawatir banget loh sama kamu..." Varen memeluk putranya sambil mengecup pucuk kepala anak itu.
Untung saja para pekerjanya melihat kemana anaknya pergi, sehingga dia tidak terlalu khawatir saat mengetahui bahwa anaknya masih berada di sekitar mansion.
"Papa biasanya mandi lama, Mama juga lagi tidak ada. Jadi aku berpikir untuk pergi keluar untuk melihat-lihat sisi-sisi mansion," jawab Erland sambil membalas pelukan Varen, dia merasa sangat nyaman dengan pelukan itu. Pelukan yang tidak pernah dia dapatkan dari orang tua di kehidupannya yang yang sebelumnya.
"Maaf, sayang... Maaf," Varen mengusap lembut belakang kepala sang anak.
"Kita masuk, yuk! Kamu mandi dulu, ya?" Erland mengangguk pelan, dan Varen segera merangkul pundak putranya, dan mereka pun pergi masuk ke dalam mansion bersama.
ෆ╹ .̮ ╹ෆ
Alden berjalan masuk ke dalam mansion, setelah seharian ini mengerjakan tugas kuliahnya di luar. Sungguh dia capek sekali, tubuhnya terasa pegal-pegal, dia ingin segera tidur namun...
"Erland ada di ruang keluarga, apa enggak ya?" Sebelum itu dia ingin mengecek keberadaan adiknya dulu.
Pemuda itu membawa langkahnya menuju ke arah ruang keluarga yang berada di samping ruang tamu.
Pemuda itu seketika menyunggingkan senyumnya kala melihat sang adik saat ini tengah duduk di sofa ruang keluarga, dengan Papa mereka berada di sampingnya, seperti tengah mengajarkan sesuatu kepada adiknya.
"Kakak dari mana saja? Kenapa baru pulang?" Erland reflek menggigit bibir bawahnya. Pertanyaan macam apa itu? Ini seperti bukan dirinya saja, pertanyaan itu langsung saja keluar dari mulutnya tanpa aba-aba.
Sedangkan disatu sisi Alden tersenyum senang, karena adiknya menanyakan tentang dirinya.
"Kakak habis ngerjain tugas kampus di luar, dek." Alden menjawab sambil berjalan mendekat ke arah keduanya.
"Sini, nak..." Varen menepuk sofa, meminta si sulung untuk duduk di sisi lain dirinya. Tanpa berbasa-basi, Alden segera duduk di samping kiri sang Papa.
"Muka kamu capek banget, nak. Tugasnya pasti susah, kan?" Varen menyandarkan kepala sang putra sulung ke bahunya.
"Susah banget, pa... Mana banyak banget barang yang dipake lagi..." Keluh Alden, membuat Varen langsung mengusap lembut rambut anak itu.
"Jadi anak kuliahan emang gitu, nak. Banyak banget susahnya, tapi kalo udah lulus, udah sukses, kita sendiri juga yang akan nikmatin bahagianya," ucap Varen dengan suara lembutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
♔ Transmigration King ♔ (End)
Teen FictionCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN CERITA YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Raja Fandricko yang meninggal akibat diracuni oleh ratunya sendiri, tiba-tiba saja jiwanya terlempar ke zaman mod...