Bab 6 - Manis.

27 25 9
                                    

SETELAH melewati semester 1 juga pertengahan semester 2, tidak lupa juga kami juga melewati masa penilaian kenaikan kelas, setelah melepas kelelahan masa penilaian. Pada hari Rabu sekolah kami mengadakan pentas eskull yang akan dihadiri oleh kakak kelas 3 yang nanti akan lulus dari sekolah Wirasena. Aku merupakan anggota club tataboga, dan Arof adalah anggota club musik ia juga berperan sebagai gitaris. Sehari sebelum pentas aku dan anggota club berniat membuat kue balok coklat dan juga kue kering.

Saat hari pentas tiba, club music Arof yang tampil terlebih dahulu. Saat music dimulai, sudah banyak penggemar perempuan Arof yang meneriaki nama Arof dan menyemangati nya. Tiba-tiba penyanyi perempuan diband itu mendekati Arof dan mencium nya dipipi, semakin banyak yang bersorak-sorak ramai. Aku yang melihat Arof dan perempuan lain hanya bisa memasang wajah ku yang kecewa 'aku kira aku bisa mempercayai Arof dan mulai membuka hatiku untuk nya' aku membatin.

Aku berjalan menjauh dari konser musik tersebut, aku berjalan menuju ruangan club ku. aku memasukkan kue kering yang sudah ku buat ke dalam oven dengan perasaan ku yang kecewa, setelah selesai menunggu oven memanas, aku mengeluarkan kue kering tersebut dan menaruh nya dipiring yang akan ku bagikan kepada anak club lain juga kepada kakak kelas. Sebelum aku keluar dari ruangan dengan membawa piring berisi kue kering itu tak lupa aku merapihkan dapur tersebut, tiba-tiba aku mendengar seseorang masuk ke dalam ruangan club ku, mungkin itu Kala. Dengan spontan aku berkata
"selamat datang! Kala? Bisa bantu aku membersihkan ini gak? Juga tolong bawakan piring ini ya, kak Rosa menyuruh ku untuk membagikan kue ini kepada club lain juga kakak kelas. Tolong ya! Terimakasih" ucap aku tanpa melihat wajah orang tersebut.
"maaf.." terdengar suara itu, itu adalah suara Arof. Aku tidak langsung membalikkan badan ku dan menatap wajah nya.
"ngapain kesini?" jawab ku singkat.

Tidak ada balasan setelah aku berkata itu, yang aku dengar hanyalah suara sesak tangisan Arof. Aku membalikkan badan ku, yang aku lihat hanyalah Arof dengan kepala nya yang menunduk, aku langsung mendekati nya dan memegang pipi nya aku juga menghapus air mata nya yang jatuh dari mata indah nya itu. Yang aku lihat hanya wajah nya yang terlihat seperti bayi yang memerah.
"aku gak marah, dasar bodoh" ucap ku sambil tetap mengelus rambut nya.
"melihat ku pergi saja, kamu langsung menangis. Bagaimana jika aku pergi Bersama laki-laki lain kamu bisa nangis da-" tambahku terpotong.
"jangan. Jangan pergi dengan laki-laki lain, perempuan itu duluan yang pedekate in gue dan melakukan itu..gue gak bermaksud" jawab nya menyela perkataan ku.
"kamu ini, sungguh merepotkan" ucapku dengan nada sedikit bercanda.

Aku langsung membalikkan badan ku dan menyuruhnya pergi, tapi tiba-tiba dia menarik baju ku sambil berkata "jangan tinggalin gue ya?" aku hanya tersenyum untuk membuat nya tak bersedih. Setelah kejadian itu aku pun juga mendorong Arof keluar dari ruang club tataboga sambil sedikit tertawa, tiba-tiba dari luar ada Kala yang sudah memperhatikan kamu dari tadi. "hahaha, arof ternyata cengeng ya. Bucin, bucin." Ucap nya sambil memasuki ruang club tataboga dan tertawa. Aku yang mendengar itu hanya bisa terdiam dan menarik kerah Arof dengan kuat untuk membawa nya menjauh dari ruangan club tersebut.

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang