Juno meregangkan otot-ototnya saat suara alarm sukses membangunkannya dari mimpi indah semalam. Bagaimana tidak bermimpi indah? Senyum Elea semalam saja masih tertanam jelas dibagian penting otaknya. Tentu saja tidak akan semudah itu ia melupakan bagaimana Elea memintanya untuk berhati-hati saat pulang sekaligus saat perempuan itu mengucapkan selamat malam. Hanya mengingatnya saja mampu membuat kedua sudut bibir Juno tanpa sadar saling menarik ke ujung telinga.
Juno melihat jam yang ada di meja nakasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Jadi, dia masih ada cukup waktu untuk mempersiapkam diri sebelum menjemput Elea di rumahnya.
DRRRRRRRRRRRTTT DRRRRRRRRRRTTT
Juno melirik sekilas ponselnya yang bergetar itu. Dan saat ia melihat layar ponselnya, lelaki itu menghembuskan napas pelan.
"Bella is calling."
Juno yang entah kenapa tiba-tiba merasa bersalah pada Bella, langsung mengangkat telepon dari perempuan itu.
"Halo," sapa Juno pada Bella.
"Hai, tumben udah bangun," sapa Bella balik.
"Mau ada acara, jadi harus bangun pagi," balas Juno tanpa mencoba berbohong. Kan memang benar, Juno ada acara untuk mengantar Elea pagi ini.
"Oh? Acara apa?" Tanya Bella yang memang terbiasa untuk menanyakam kegiatan Juno hampir setiap hari. Walaupun sekarang sudah jadi mantan, Bella beberapa kali masih menelepon Juno untuk menanyakan kegiatan lelaki itu dari pagi sampai sore hari.
"Ada lah." Jawab Juno tidak ingin memberitahu.
Entah itu hanya perasaan Bella yang sensitif atau memang Juno malas untuk membahas kegiatannya pagi ini? Batin Bella bertanya.
Mereka berdua diam beberapa detik sampai Bella menanyakan pertanyaan yang sudah bisa Juno tebak.
"Kamu pacaran sama Eleanor?" Tanya Bella dengan nada sedih.
Juno menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Otaknya tiba-tiba dibuat berlari cepat agar bisa mencari jawaban yang tidak menyakiti hati Bella. Tapi, sepertinya otak Juno sedang tidak ingin bekerjasama dengan hati lelaki itu. Jadi, yang terucap adalah sebuah kata yang membuat Bella merasa sedikit terganggu.
"Belum." Jawab Juno pada akhirnya. Walaupun lelaki itu merutuki jawabannya, tapi memang itu kenyataannya bukan?
"Belum?" tanya Bella memastikan.
Juno lagi-lagi dibuat berpikir. Lelaki itu tidak suka membaca dan bukan lulusan psikolog, jadi maklum saja jika diksinya sangat-sangat terbatas untuk tidak menyakiti perasaan orang lain. Sehingga kadang membuat Bella merasa kesal karena kata-kata Juno yang asal ngomong.
"Ya maksud gue, belum itu ya emang belum kan? Gue belum jadian sama Elea," balas Juno yang sebenarnya masih bingung untuk menjelaskan. Dan bukannya membuat Bella lega, tapi malah semakin dibuat kesal. Apalagi waktu Juno menyebutkan nama Elea, Bella merasa sudah kalah jauh, padahal tidak ada yang sedang bertanding.
"Belum sama enggak tuh beda arti," kesal Bella.
Juno menghela napas panjang. Ia lalu memukul kepalanya pelan beberapa kali, merutuki dirinya karena malah membuat Bella semakin mendesaknya untuk menjelaskan.
"Bel, kan masa depan nggak ada yang tau. Kalo gue bilang gue nggak pacaran tapi siapa tau sebulan kemudian gue pacarin Elea gimana?"
"Tapi kamu suka sama Eleanor?"
Juno terdiam. Ingin sekali dia mengakui kalau dirinya sangat tertarik dengan Elea. Tapi di sisi lain, entah kenapa Juno tidak ingin Bella merasa sedih. Juno tahu dan cukup mengenal Bella. Maka dari itu sebisa mungkin, setelah putus, ia tidak ingin menyakiti Bella lebih dalam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RomanceElea memergoki calon suaminya masuk ke kamar hotel seorang perempuan disaat esok paginya sebuah acara sakral yang katanya hanya terjadi seumur hidup akan dilaksanakan. Perempuan itu berjalan perlahan, mengikuti, untuk memastikan jika yang dilihatnya...