Chapter 12

166 38 16
                                    

Juno tersenyum pada layar ponselnya saat Elea terlihat sangat cantik ketika sedang memoles wajahnya dengan make up. Lelaki itu sangat betah duduk di pinggir kasurnya, tanpa suara, dan hanya diam melihat pacarnya yang masih sibuk menggunakan make up yang entah apa namanya, Juno tidak tahu.

Sudah hampir sebulan mereka hanya bisa komunikasi via telepon atau video call. Alasan yang pertama adalah karena kesibukan mereka. Juno sedang sibuk membangun bisnisnya di bidang production house, sedangkan Elea sibuk dengan beberapa jadwal dan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Juno juga membantu untuk persiapan pernikahan mereka walaupun sebagian besar - seperti konsep acara dan vendor - lebih ia serahkan pada pacarnya dan tim wedding organizer yang mereka pilih. Sejauh ini tugas Juno yang paling utama adalah menemani Elea telepon dan mendengarkan dengan senang hati semua keresahan perempuan itu tentang persiapan hari pernikahan mereka.

Alasan keduanya adalah, kepercayaan orang jaman dulu. Ibu Elea selalu mengatakan, "Pamali kalau calon pengantin sering ketemu, nanti pasti ada aja masalahnya." Atau, "Pamali calon pengantin pergi jauh-jauh, takut nanti ada kejadian yang tidak diinginkan." Nasihat kedua itu ibu Elea berikan saat Elea bercerita akan mengambil job manggung di acara festival musik di Jogja, tapi ibu Elea dengan tegas melarang anaknya untuk pergi jauh karena waktu pernihakahan kurang tiga bulan lagi.

Juno semakin melebarkan senyumnya ketika ia melihat Elea tersenyum ke arah kamera. Dilihatnya wajah Elea yang sudah terpoles make up dan membuat wajah perempuan itu jauh lebih segar. Perempuan itu mengaca di kamera ponsel yang sedang melakukan video call itu. Membuat Juno terdiam dan memuji wajah Elea yang sangat cantik dalam hati.

"Udah cantik belum? Atau berlebihan?" tanya Elea yang masih berkaca di ponselnya.

Juno masih terdiam, tidak mendengar apa yang Elea tanyakan. Ia masih fokus mengagumi wajah perempuan yang sebentar lagi akan menjadi pasangan hidupnya.

"Juno?" Panggil Elea yang bingung karena Juno masih diam mematung.

"Hape gue rusak apa ya?" tanya Elea pada dirinya sendiri sambil mengecek ponselnya. Dan saat itu, Juno langsung tersadar.

"Eh? Mana wajahnya?" kaget Juno karena wajah Elea yang menghilang dari layar.

Elea langsung memperlihatkan wajahnya lagi dan otomatis membuat senyum Juno kembali mengembang.

"Aku kira hape aku rusak," ucap Elea.

Juno mengerutkan alis tebalnya karena bingung dengan kalimat Elea. "Kenapa? Kok bisa?" tanya Juno.

"Ya habisnya kamu diem aja dari tadi. Aku kira hape aku rusak," balas Elea.

Juno tertawa karena melihat Elea yang sangat polos itu. Juno paling suka ketika Elea mode polos seperti anak kecil. Perempuan itu semakin terlihat menggemaskan di mata Juno.

"Aku diem karena aku amazed sama kamu. Kamu hari ini cantik banget," puji Juno yang membuat Elea tersenyum salah tingkah

"Apaan sih," ucap Elea dengan pipi yang mulai memerah.

"Udah ayok buruan keluar kamar. Aku sama ibu tunggu di loby yaa." Kata Elea dan Juno langsung bangun dari duduknya. Hari ini mereka berdua akan melakukan geladi resik persiapan pernikahan di gereja di dampingi orang tua masing-masing.

"Oke, Sayang."

"Eh bentar, Papah sama Mamah beneran nggak perlu dijemput?" tanya Elea yang ingat karena orang tua Juno belum menginap di hotel tempat mereka akan melangsungkan pernikahan.

"Nggak perlu, aku udah minta tolong Vincent buat antar-jemput mereka."

Elea membulatkan bibirnya dan mengangguk paham. "Oke deh."

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang