Chapter 11

146 31 9
                                    

Perempuan itu melihat kedua matanya yang membengkak akibat menangis semalaman. Perasaan yang sulit ia ekspresikan membuatnya merasa lemah dan seakan tidak ada manusia di dunia ini yang bisa membantunya - kecuali satu orang. Tapi lagi-lagi ia harus disadarkan dengan kenyataan bahwa satu orang yang menurutnya bisa menolongnya sudah bukan miliknya lagi.

Malam tahun baru yang menyedihkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebelum ia putus dengan lelaki yang bisa memberinya dunia, malam tahun barunya terasa begitu berwarna dan penuh cerita. Tapi dua tahun ini, malam tahun barunya hanya ia rayakan bersama bayangannya di cermin dengan sebotol wine yang bisa membuatnya tersenyum walau hanya sementara.

TRING!

Perempuan itu menilik layar ponselnya yang menyala, tanda ada sebuah notifikasi masuk. Kedua matanya membulat saat melihat notifikasi dari sebuah sosial media.

"junoadhiarta added a photo to their story"

Senyum di bibir perempuan itu tercetak tipis saat ia melihat nama laki-laki yang sedang berselancar di dalam kepalanya itu muncul tiba-tiba di sosial media. Ia memang sengaja memasang notifikasi khusus untuk akun Juno, agar ia bisa selalu update tentang keseharian Juno. Hal itu karena Juno adalah tipe orang yang jarang update untuk kesehariannya di sosial media, kecuali tentang pekerjaan atau hal-hal favoritnya, seperti olahraga.

Bella menyentuh notifikasi itu dengan jari telunjuknya. Tapi, saat ia melihat story lelaki yang sangat ia rindukan itu, senyum yang tadi sempat tercetak tipis di wajahnya tiba-tiba menghilang.

Perempuan itu menggenggam erat benda pipih yang memperlihatkan dua tangan yang saling bertaut dengan salah satu tangan itu terpasang cincin yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan itu menggenggam erat benda pipih yang memperlihatkan dua tangan yang saling bertaut dengan salah satu tangan itu terpasang cincin yang sangat indah. Jantung Bella berdetak sangat cepat. Perempuan itu semakin menggenggam erat ponselnya sampai tangannya gemetar.

Satu tetes air membasahi layar ponselnya dan kemudian diikuti beberapa tetes air mata lainnya yang juga jatuh ke layar benda pipih itu. Tangannya masih gemetar menggenggam ponselnya. Dadanya terasa sesak dan sakit.

PRAAAANG!!

Bella melemparkan ponselnya yang seharga belasan juta itu ke kaca rias di depannya. Membuat tangannya sedikit mengeluarkan darah karena terkena pecahan dari kaca cermin yang baru saja ia pecahkan.

"HAAAAAAAAAAHHH!!"

Perempuan itu berteriak sangat kencang. Mengeluarkan semua emosi yang selama ini tersimpan di dalam dadanya. Suara tangisnya semakin terdengar kencang dan terdengar sangat menyakitkan.

"Bella!" teriak Nina, manajernya yang kaget karena suara teriakan Bella tadi. Untung saja Bella tidak memiliki kebiasaan mengunci pintu kamar, jadi manajernya itu memang bisa dengan leluasa keluar masuk kamar Bella.

Perempuan itu langsung memeluk Bella dengan sangat erat dan spontan mengunci kedua tangan Bella. Nina panik setengah mati karena melihat kamar Bella yang berantakan dan tangan Bella yang mulai mengleuarkan banyak darah karena perempuan itu menyapu kasar meja rias yang terkena pecahan kaca itu dengan tangan kosongnya.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang