Wanita itu mengeluarkan napas kesal di depan cermin kamar mandi yang memantulkan bayangan dirinya dengan ponsel yang menempel di telinganya.
"Kan tugas lo belum selesai, kenapa udah balik sih? Terus ini gue gimana lepas gaunnya?" Kesal Elea saat tahu Gina, si perancang busana yang merancang gaun untuk resepsi pernikahannya sudah pulang lebih dulu karena merasa pekerjaannya sudah selesai. Bahkan timnya juga tidak ada satu pun yang menunggu sampai selesai acara. Padahal kalau sesuai perjanjian, Gina dan timnya harusnya menunggu sampai selesai acara agar bisa membantu Elea untuk melepaskan semua barang yang menempel di tubuhnya.
"El, mana ada sih stylist yang nungguin pengantin sampai selesai acara nikahan?" ucap Gina di seberang sana. Selama menjadi fashion stylist and designer, Gina memang tidak pernah menunggu acara pernikahan atau resepsi pernikahan sampai selesai. Bahkan ia tidak pernah diminta untuk membantu pengantin perempuan untuk melepas gaun dan aksesoris lainnya yang ada pada tubuh pengantin tersebut. Tapi, sepertinya berbeda dengan kliennya yang satu ini.
"Ya kan gue yang request," balas Elea masih dengan nada kesalnya.
"Terus? Emang gue deal sama permintaan lo? Enggak kan? Gue cuma senyum dan itu bukan berarti gue mengiyakan permintaan lo," ucap Gina dengan penuh kemenangan.
"Udah ah. Lagian lo ribet amat. Biar Juno yang unboxing lo sekalian, biar geeerrr gitu." Elea bisa mendengar suara tawa Gina yang sangat menyebalkan. Membuat perempuan itu secara tidak sadar meremas benda pipih yang menempel di telinganya itu.
"Dah ah, gue mau tidur. Happy unboxing time, Babe." Pamit Gina sebelum mematikan sambungan teleponnya.
Elea yang kemudian mendengar nada "tut..tut...tut" hanya bisa mendengus kesal. Dirinya benar-benar dibuat dongkol sama satu orang yang bernama Gina.
Elea mau tidak mau harus berusaha melepaskan gaunnya secara mandiri. Ia melihat pantulan dirinya pada cermin besar di depannya. Perempuan itu berusaha mencari dan menarik resleting yang ada di gaun bagian belakang.
Satu menit. Dua menit. Bahkan sampai lima menit, perempuan itu masih kesusahan membuka gaun pengantinnya.
"Ck!" Elea lagi-lagi mendecak kesal karena ia kesulitan membuka resleting gaunnya.
"Macet apa gimana sih ini?" Monolog Elea yang masih berusaha membuka resleting gaunnya.
Tok..tok..tok
Elea sedikit terkejut ketika pintu kamar mandi diketuk dari luar.
"El, you okay?" suara Juno terdengar di balik pintu. Lelaki itu khawatir karena Elea sedari tadi tidak keluar dari kamar mandi. Ada kali, tiga puluh menit perempuan itu tidak keluar dari kamar mandi itu.
"Hmm, I guess, " balas Elea dengan nada ragu.
Juno yang menangkap ada nada ragu dari suara Elea lalu mendekatkan dirinya lagi di depan pintu kamar mandi.
"Kamu mandi?" tanya Juno lagi.
Elea semakin dibuat bingung setengah mati. Ada rasa gengsi untuk meminta bantuan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu. Tapi kalau bukan Juno, siapa lagi yang bisa membantunya melepas gaun yang masih terpasang di tubuhnya itu.
"Eleanor?" panggil Juno sekali lagi karena Elea tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Perempuan itu akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan menemukan Juno yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan ekspresi bingung.
"Loh, aku kira kamu mandi," ucap Juno yang bingung karena Elea masih full make up dan masih mengenakan gaun yang ia gunakan untuk resepsi pernikahan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RomanceElea memergoki calon suaminya masuk ke kamar hotel seorang perempuan disaat esok paginya sebuah acara sakral yang katanya hanya terjadi seumur hidup akan dilaksanakan. Perempuan itu berjalan perlahan, mengikuti, untuk memastikan jika yang dilihatnya...