Javen menatap sang kekasih yang terlalu sibuk akhir-akhir ini. Apa memang kebanyakan mahasiswa semester akhir seperti itu? Bahkan untuk makan pun Hugo beberapa kali melewatkan nya. Javen tidak paham sebab ia belum merasakan nya, jadi sebisa mungkin Javen harus mengerti.
Seperti hari ini, Hugo melewatkan makan siang. Masalah nya ini sudah hampir jam makan malam, namun pria itu belum menyentuh piring berisi makanan yang Javen berikan. Sedikit mengecewakan sebab makanan nya terbuang sia-sia.
"Hugo gak mau makan sedikit dulu?" Javen dengan nada memelas menyodorkan sendok ke arah mulut yang lebih tua.
"Iya deh, tapi suapin"
Hugo membuka mulut nya, namun fokus nya tetap pada layar laptop yang menyala. Senyum Javen mengembang saat melihat mata itu membulat, gemas nya. Lalu tangan nya kembali menyodorkan sendok ke arah mulut Hugo. Namun pria itu menggeleng tanda menolak untuk menerima suapan kedua.
"Udah, aku kenyang."
"Baru juga sesuap, masa kenyang sih? Ini mangap lagi ayo Hugo."
Javen pantang menyerah sebelum mulut itu kembali terbuka, dengan masih menyodorkan sendok ke arah mulut Hugo. Javen bahkan menggeser kursi tempat duduk nya agar lebih dekat. Hugo masih tetap menggeleng, sampai tanpa sengaja tangan pria itu menyenggol lengan Javen dan membuat sendok serta makanan nya jatuh. Hugo lantas menghentikan kegiatan nya untuk melihat wajah sang kekasih.
Tak!
Namun sepertinya Javen sedang sensitif, bunyi sendok yang di banting ke arah piring pun terdengar nyaring. Yang lebih muda beranjak dari kursi meja makan dan keluar begitu saja. Menutup pintu dengan kasar, Pino yang sempat mengikuti Javen dari arah belakang pun terkejut lantas berlari ke arah Hugo.
"Bego banget Hugo."
Setelah merutuki diri nya sendiri, Hugo beranjak mengambil kunci motor hendak menyusul pria manis nya. Namun ternyata Javen berada di depan teras sembari memeluk lutut nya.
"Sayang, maaf.."
Hugo ikut duduk di teras mengusap surai yang lebih muda, lalu tak lama wajah itu mendongak. Mata nya sedikit sembab, hidung nya memerah. Ah, menggemaskan.
"Javen ga mau masak kalo Hugo masih susah di bilangin."
"Yah.. jangan dong, maaf ya? Nanti aku bakal abisin tiap kamu masak terus makan tepat waktu."
"Bener..?"
"BENER, SUER, SERIUS." Javen terkekeh melihat ekspresi kekasih nya yang membulatkan mata, persis seperti bambi. Dengan gemas yang lebih muda mencubit kedua pipi Hugo.
"Yaudah, ayo masuk.."
Tangan Javen melingkar di lengan Hugo, kedua nya masuk ke dalam rumah berniat membersihkan kekacauan yang tadi. Hugo memilih tidur lebih awal, melihat Javen yang sedang membersihkan ranjang mereka, senyum tipis terpatri.
"Tante aku mau nitipin anak nya ke kita, dari siang sampe malem. Kamu keberatan ga kalo dia di sini?" Ucapan yang lebih tua membuat gerakan tangan Javen terhenti.
"Ya jelas ga keberatan lah, Javen juga bosen main sama Pino doang. Dia juga butuh temen, kapan dateng nya?"
"Besok siang sayang," Hugo berujar sembari memberi usapan lembut di pipi kanan Javen.
"Yaudah.. bobo yuk?"
"Yuk!"
"Argh! Hugo!"
Hugo tertawa melihat wajah panik kekasih nya saat ia menarik tubuh itu untuk terjun ke arah ranjang, kedua nya menatap satu sama lain tanpa sadar hidung kedua nya bersentuhan. Javen mengusak nya pelan, membuat senyum makin mengembang di wajah Hugo.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATERMARK | HEEJAKE
FanfictionDi titipkan seorang anak laki-laki dari desa yang baru saja menginjak dewasa membuat Hugo tidak pernah sefrustasi ini selama hidupnya, namun agar tetap menjadi anak yang patuh. Hugo Nathaniel terpaksa menjaga Javen Arastha anak dari kerabat sang Bun...