Hugo menggeliat di atas ranjang, mata nya terbuka sebelah berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang masuk lewat celah gorden. Reflek membuka kedua mata nya cepat saat melihat Javen sedang bertolak pinggang sembari menggosok gigi nya memperhatikan yang lebih tua.
"Ngapain senyum-senyum? Bangun Hugo!"
Yang lebih tua menatap bingung, ternyata ia bukan sedang mengigau. Di hadapan nya Javen yang asli sedang menukikan alis nya. Dengan cepat tubuh nya ia dudukan di sisi ranjang dan menarik pinggang Javen hingga terduduk di paha nya.
"Sayang, maaf"
"Ga ah, kamu-"
"Sayaaang.."
Javen ingin tertawa saat Hugo menelusupkan wajah nya ke ceruk leher Javen. Dengan sengaja Javen menjauh lantas melenggang pergi ke kamar mandi, berniat membasuh mulut nya.
"Bunda katanya mau ngobrol," Kata Javen.
"Lho? aku di rumah Bunda ya?"
Javen mengangkat satu alis nya lantas menggelengkan kepala. "Masih mabok ya Hugo?"
"Belum dicium soalnya, jadi masih linglung sayang.. aduh!"
Cubitan diterima yang lebih tua di dada telanjang nya. Dengan malas Javen mendorong bahu itu yang mana tangan nya ditarik kembali ke dalam kamar mandi berbarengan dengan pintu yang tertutup kencang.
"Hugo!"
"Maaf.."
Raut wajah yang lebih muda berubah menjadi melunak, dengan mata yang membulat menatap sendu Hugo. Javen tidak bisa menghitung berapa kali pria itu mengucapkan kata maaf. Dengan helaan nafas pelan, ia usap rahang tegas itu.
"Lupain aja, bisa kan? kalo Hugo terus-terus bilang maaf, bikin Javen keinget terus dan bikin mual juga."
Javen mengoceh sembari bahu nya merosot memelas, entah apa yang membuat nya merasa begitu mual ketika mengingat itu. Entah karena Hugo yang sudah pernah melakukan hubungan intim selain dengan dirinya atau karena hal lain.
"Aku ngerasa kaya ngebebanin kamu, maa-mhmp"
Javen geram, ia memilih membungkam bibir tipis itu dan melumat nya pelan. Lantas melepas tautan lebih dulu, Hugo menatap ke manik yang lebih muda. Sebelum tersadar saat rasakan dorongan dibahu kanan nya.
"Cepet ke meja makan, ditunggu Bunda lho Hugo."
———
Hugo melirik takut beberapa kali ke arah wajah sang Bunda yang hanya diam sedari tadi. Biasanya wanita itu begitu aktif berbicara, bahkan Javen yang berada di samping nya di anggurkan. Hugo paham betul, Bunda nya sedang tidak dalam mood yang bagus.
"Kamu kapan mau jenguk Ayah kamu Ven?"
Javen menoleh ke arah Deena. "Kaya nya besok deh Bun, dijemput sih katanya.."
Hugo menaikan satu alis nya merasa ada yang ia lewatkan, tangan nya meraih gelas dan menenggak cepat air putih didalam nya.
"Kenapa ga sama Hugo aja di ante-"
"Engga.."
"Engga!"
Hugo menelan ludah nya, mata nya mengerjap. Dengan sengaja ia berdeham.
"Sama Hugo aja ya Bun? ya sayang? sama aku?"
Javen menatap wajah memelas yang lebih tua, lantas menggeleng kecil sembari melirik ke arah Deena. Javen lihat Hugo yang menghela nafas.
"Masalah kamu selesain dulu, biarin Javen pulang ke rumah nya."
Kunyahan nya memelan, Hugo mulai tersulut emosi. Maksud nya, Javen akan meninggalkan nya? Dentingan alat makan yang di banting terdengar nyaring. Membuat Deena menatap datar ke arah sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATERMARK | HEEJAKE
FanfictionDi titipkan seorang anak laki-laki dari desa yang baru saja menginjak dewasa membuat Hugo tidak pernah sefrustasi ini selama hidupnya, namun agar tetap menjadi anak yang patuh. Hugo Nathaniel terpaksa menjaga Javen Arastha anak dari kerabat sang Bun...