Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semataHargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste
Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________Tian tersentak kaget saat Ishaq tiba-tiba menggebrak meja nya.
Set
Tak sampai di sana, Andara juga bergerak menarik kerah seragam sekolah nya. Yang membuatnya terbangun dari posisi duduknya.
"Mentang mentang udah deket sama Rui lo jadi gini?"
"Apa yang ku bilang emang kenyataan, kenapa? Aku gak boleh iri?"
Teplak
Tian di buat mengaduh kesakitan saat Ary dengan entengnya memukul kepalanya. Enteng bener tangannya cil.
"Bang Tian gak boleh bilang gitu? Trus? Kita kemarin belajar bareng buat apa? Itu artinya kita gak temenan gitu?"
Ucapan dari Ary membuat Tian terdiam. Pikiran nya menerawang saat mereka berempat belajar bersama di kediaman (apartemen) milik Rui. Dan di sana ia cukup senang saat mereka bertiga menerima keberadaan nya.
Ia tidak terfikir ke sana karena ia terlalu fokus dengan pertemanan keempatnya yang terbilang unik baginya.
"Sadar diri bego! Kita belajar bareng, kita ngobrol banyak, kita juga saling bagi nomer kontak. Lo punya otak kagak sih? Dengan kita begitu lo masih belum anggap kita temen lo?"
Andara di buat gemas sendiri saat Tian terdiam. Padahal tadi sudah koar-koar gegara ucapannya.
"Maaf, aku gak mikir ke sana"
"Pantes, pikunan ternyata"
"💢💢"
Tian mendelik kesal ke arah Ishaq yang barusan berucap dengan entengnya seolah tak ada beban.
"Tian masih muda ya? Tian cuma kepikiran satu itu, makanya gak nginget masalah yang kemarin" Ujar nya sedikit menggerutu.
"Nah kan, keliatan pikun nya" Celetuk Andara seraya melepaskan cengkraman nya dan menatap remeh ke arah Tian yang semakin merenggut sebal.
"Berisik, Tian gak setua itu!" Sungut Tian yang akhirnya tersulut emosi.
Keempatnya menghabiskan banyak waktu di kelas yang kebetulan kosong itu dengan mengakrabkan diri mereka masing-masing.
Dan cukup mengejutkan juga jika ternyata Tian sama seperti Ary yang sama-sama anak bungsu.
"Oh ya, ngemeng-ngemeng nih, Ary kemarin Bang Asa ngapain? Kenapa dia moto Rui?" Tanya Andara penasaran.
"Oh masalah itu, kemarin aku gak terlalu tau gimana pastinya. Tapi Bang Asa langsung ngasih tau foto tadi ke Bunda sama Ayah. Gak terlalu kedengeran mereka bahas apaan tapi yang sedikit aku dengar itu katanya 'Putra yang hilang' selebihnya gak terlalu jelas karena aku nguping dari kamar" Sahut Ary menjelaskan.
"Oalah gitu, eh tapi kok bahas putra yang hilang? Maksudnya gimana?" Heran Tian.
"Masalah yang itu..." Ary menautkan jemarinya yang sedikit bergetar.
"Kalau gak kuat jangan di paksain" Ujar Ishaq saat melihat Ary yang sedikit gugup.
"Masalah yang itu... Sebenarnya udah lama. Di keluarga Arbianka sebenarnya ada satu anak nya yang hilang dan belum juga di temukan. Dia kakaknya Ary juga, tapi Ary gak tau gimana rupanya karena dia hilang sewaktu masih bayi" Jawab Ary dengan tangan yang bergetar.
"Hei, lupain yang tadi oke? Jangan di bawa hati, kita gak tau kalau keluarga Arbianka ternyata kehilangan salah satu anaknya. Gak papa, kita bakal bantu cari bareng-bareng oke?"
Baik Andara maupun Ishaq sama-sama di buat terkekeh melihat bagaimana Tian mencoba membujuk Ary agar sedikit tenang.
Dan sedikit melegakan karena itu berhasil.
Cklk
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Keempatnya di buat menoleh mendengar suara yang mereka kenali itu.
"Bang Rui / Kak Ruru"
Rui yang baru saja kembali dari ruang tempat lomba berlangsung menatap dingin keempatnya.
"Apa yang kalian lakuin di sini?" Ulangnya."Ki-kita cuma nyantai aja kok, iya kan?" Ishaq yang mewakili jawaban yang lain terlihat menginjak kuat kaki Andara agar mengangguk mengiyakan ucapan nya.
"I-iya hehe"
Rui hanya menatap sekilas, sebelum akhirnya mengambil barang-barang miliknya dan termasuk tas nya lalu membawa nya pergi keluar kelas.
"Eh? Kak Ruru, emang udah boleh pulang?" Tanya Tian saat melihat Rui beranjak keluar.
Keempatnya hendak beranjak mengikuti langkah Rui, tapi tidak jadi karena melihatnya berbalik menatap dingin mereka.
"Khusus yang ikut lomba bakal di adain lomba tambahan di luar, kalian tetap diam di kelas sampai jam berakhir. Dan jangan ngebuat masalah" Ujar Rui seraya kembali berbalik.
"O~ke, ya udah kalau gitu hati-hati di jalan Abang" Sahut Ary dengan riang. Mengacuhkan Ishaq dan Andara yang sedang ketar-ketir sekarang.
"Hmm"
Tian menoleh ke arah jendela kelas dan melihat beberapa orang asing yang sepertinya juga termasuk siswa yang mengikuti lomba tadi masih berada di sekolah. Walau di tangan mereka sudah tersampir tas mereka masing-masing.
Tapi yang membuatnya heran adalah mereka sedang bercanda dan sedikit terdengar percakapan keduanya jika peserta lomba sudah di perbolehkan pulang. Sementara pengumuman kemenangan dari lomba tersebut akan di adakan besok.
'Kak Ruru... Lagi gak nyoba buat bohong kan?'
***
Brakk
"Penyusup! Tangkap dan habisi dia!"
_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] "Who Am I?"
Teen FictionJudul sebelumnya : Transmigrasi Leo X Rui. Deandra Leonardo Lelaki dingin yang tak tersentuh, acuh pada sekeliling, bahkan tak jauh dari kata kejam ber transmigrasi ke tubuh remaja SMA yang sedang koma karena adanya tragedi di sekolahnya (Pembullyan...