Mulai Menerima Kehadiranmu

4.8K 301 9
                                    

Nadhira mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan telunjuk. Ia ragu, harus memulai dari mana. Ini pertama kalinya Nadhira mengajak seorang lelaki ke rumah ayahnya.

"Telepon, atau ... chat aja?" Nadhira menimbang-nimbang, hingga akhirnya pilihannya jatuh pada komunikasi yang diwajibkan untuk mengetik.

[ Assalamu'alaikum. ] Terkirim! Namun lama tak ada jawaban. Hingga Nadhira melanjutkan mengirim pesan.

[ Kak, hari ini Ibu ngadain syukuran di rumah. Beliau ngundang kita untuk datang. ]

[ Saya mau minta izin. Dan ... apa Kakak bersedia hadir? ]

Sambil menunggu balasan, Nadhira duduk di tepi ranjang.

Ting!

[ Acaranya jam berapa? ] Balasan dari Aydan.

[ Ba'da dzuhur. ]

[ Gue izinin. Tapi, lo berangkat duluan, gue masih ada urusan. ]

Di sisi lain, Aydan tengah berada di base camp Annafis, menyimpan kembali ponselnya di atas meja setelah memberikan balasan pada Nadhira.

Aydan menatap satu-persatu temannya.

"Gak ada masalah lagi kan?" tanya Aydan. Hasilnya hanya gelengan yang ia lihat.

"Lo tenang aja Bang, geng abal-abal itu gak akan bisa malak orang lagi," ucap Dani.

Aydan mengangguk. Lalu ia beralih pada Elfathan dan Ayas.

"Kalian gimana?"

"Setelah kejadian waktu itu, mereka udah gak kelihatan lagi. Ya 'kan, El?" Elfathan yang tengah mengunyah sukro mengangguk ringan.

"Bagus! Tapi bukan berarti setelah ini kalian jadi lengah."

"Siap, Bang! Kita bakal terus pantau, kita pastiin mereka gak akan bikin onar lagi."

Setelah mendengar laporan dari teman-temannya, Aydan mengambil kunci motor dan ponselnya yang terletak di atas meja.

"Gue gak bisa lama. Hari ini ada acara keluarga," ucapnya setelah memasukan ponselnya ke dalam saku jaket.

"Lah, terus gue tugas daerah pasar sama siapa?" tanya Rafka.

"Lo sama Dani dulu," jawab Aydan.

"Gue mah siap-siap aja," sahut Dani.

Sebelum pergi, Aydan kembali memperingatkan temannya, dengan menatap mereka satu-persatu.

"Hati-hati, mantau yang rapih! Kita ada buat menjaga, bukan jadi berandalan!"

Semuanya ingat, dan hafal selogan Aydan. Mereka mengerti, Aydan selalu mengingatkan karena tak mau ada korban lagi.

. . . . . . .

01:05

Nadhira keluar dari rumah ayahnya, melihat sekitar halaman rumah, adakah motor Aydan terparkir di sana? Namun nihil, ia tak menemukan motor, atau bahkan sosok suaminya. Padahal Nadhira yakin, Aydan tak mungkin mengingkari ucapannya. Dia pasti datang, tapi ... mungkinkah Aydan tersesat? Sebab, Aydan baru satu kali datang ke sini.

Tanpa ragu Nadhira membuka kontak Aydan, mengirimnya pesan, serta berharap mendapatkan jawaban secepatnya.

[ Kakak gak nyasar, kan? ]

[ Acaranya mulai 5 menit lagi. ]

Ceklis satu. Apa mungkin Aydan masih dalam perjalanan, atau memang memiliki kesibukan?

Alif Lam Mim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang