Saling mengungkapkan?

8.2K 430 64
                                    

06:45

"Hari ini gak boleh kuliah!"

Nadhira yang tengah melipat baju melihat Aydan sekilas.

"Kenapa?" tanya Nadhira.

Aydan menghampiri Nadhira, lalu ikut duduk di samping istrinya.

Semalam, hampir saja Aydan kehilangan mood-nya. Dia mengira kehadiran Ciku akan merusak kencan pertamanya bersama Nadhira. Tapi untungnya, istrinya itu cukup peka. Acara semalam berjalan cukup lancar, meskipun kadang Aydan merasa sedikit canggung saat ia memutuskan merubah gaya bicaranya pada Nadhira.

"Perut kamu masih sakit?"

Nadhira tersenyum mendengar pertanyaan Aydan.

"Setiap datang bulan juga begitu. Udah biasa, jadi gak papa," jawab Nadhira.

Aydan menghela napasnya pelan. Meskipun sudah biasa, Aydan tak tega melihat Nadhira yang meringis kecil sambil memegang perutnya.

"Nanti pergi Jumatan mau langsung dari kampus, atau mau pulang dulu?"

"Pulang dulu," jawab Aydan.

Nadhira mengangguk ringan. Saat tangannya membuka lemari pakaian Aydan, Nadhira sedikit terkejut saat mendapati suatu barang yang beberapa hari ini menghilang.

"Kenapa bisa ada guling di dalam lemari?"

Aydan gelagapan saat Nadhira beralih menatapnya.

"Mu-mungkin ... Bi Asih yang nyimpen," jawab Aydan.

'Harus banget ya, ketahuan hari ini? Kalau begini caranya, gue gak punya lagi alasan kalau tidur meluk dia,' batin Aydan.

"Ah ... Nad, a-aku berangkat sekarang. Udah siang."

Aydan melihat waktu dari pergelangan tangannya. Rasa gugup membuat Aydan tak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Sedangkan Nadhira, dia terkekeh sambil membawa jam tangan Aydan yang tersimpan di atas nakas.

Nadhira meraih tangan Aydan. Diciumnya tangan itu dengan takdzim, setelahnya Nadhira memasangkan jam tangan hitam di pergelangan tangan Aydan.

"Ternyata, selain jam tangan ini, Kakak juga punya jam tangan gaib, ya?"

Aydan mengusap tengkuknya. Setelah jam tangannya terpasang, Aydan pun berpamitan. Namun, saat langkahnya berada di dekat pintu, Aydan berbalik, dan kembali menghampiri Nadhira.

"Uhibbuki fie kulli lahdzotin tamuuru fie hayati," ucap Aydan tiba-tiba.

Tak mendapat respon, Aydan pun kembali berucap, "Itu ustaz yang ngajarin. Kata ustaz, kalau mau bilang cinta dalam bahasa Arab itu begitu."

Nadhira memilih diam, namun matanya sedikit pun tak berpaling dari Aydan.

"Kenapa gak dibales?" tanya Aydan.

Nadhira tersenyum. Perlahan ia pun mendekati Aydan. Dengan sedikit berjinjit Nadhira mencoba mendekat pada pipi suaminya, hingga ...

Cup!

Satu kecupan berhasil mendarat di pipi kanan Aydan. Dan tentunya hal itu membuat sang empunya terkejut sambil menyentuh pipinya yang dijadikan sasaran.

"Nadhira!"

Senyum Nadhira memudar saat Aydan tiba-tiba menaikan suaranya. Apa Aydan marah dengan sikap Nadhira? Bukankah tadi dia sendiri yang menginginkan balasan?

"Maaf," lirih Nadhira seraya menundukan kepala.

Aydan menatap Nadhira. Jarinya bergerak menyentuh dagu istrinya. Perlahan ia membuat Nadhira mendongak dan membalas tatapannya.

Alif Lam Mim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang