Ceklek!
Seorang laki-laki yang masih memakai jas berwarna hitam berjalan memasuki kamar. Langkahnya terlihat pelan dan ragu. Kakinya berhenti di depan wanita yang tengah duduk di tepi ranjang. Gaun pengantin putih disertai hijab dan cadar yang senada dengan gaun, masih melekat di tubuhnya.
Aydan Razi Wistara, pewaris tunggal Wistara akhirnya menikah diusia yang masih muda, bahkan masih kuliah. Acara pernikahannya sangat sederhana, hanya dihadiri keluarga saja. Karena kedua keluarga telah sepakat, akan mengadakan resepsi yang meriah, andai kata Aydan dan Nadhira telah terlihat dapat menjalan peran keduanya dengan baik, dalam berumah tangga.
Jujur saja, memiliki istri tanpa mempunyai pekerjaan adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh Aydan. Orang tuanya memang memiliki pangkat yang tinggi, harta bergelimang, namun belum tentu dapat menjamin masa depannya. Buktinya, Aydan yang menjadi pewaris tunggal itu malah lebih senang dengan balapan liar dibanding harus belajar mengurus perusahaan papahnya. Aydan pun tak tahu, apa jadinya ia di masa depan?
Aydan menyukai kebebasan, ia tak suka dikekang dengan berbagai aturan. Tapi, kali ini dia kalah. Dia tak bisa menentang keputusan sang papah yang ingin menikahkannya dengan Nadhira. Perempuan yang Aydan kenal 4 hari yang lalu. Kalau kata orang Sunda mah, Sarbo'ah. Salasa kenal, Rebo lamaran, Jumaah nikah.
"Kalau mau ganti baju, di sana!" Nadhira mengikuti telunjuk Aydan yang mengarah pada kamar mandi.
"Cadarnya jangan dilepas! Gue belum siap lihat wajah lo."
Setelah mendapat anggukan dari Nadhira, Aydan bergegas mengambil baju gantinya. Laki-laki itu tak bicara ataupun menoleh pada istrinya. Dia hanya menatap lurus, dengan wajah datarnya Aydan malah berjalan keluar dari kamar tersebut.
"Pantes kaya, bicara aja irit," gumam Nadhira.
. . . . . . .
Beberapa menit berlalu, Aydan kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia berganti pakaian di kamar tamu, bahkan sempat berniat tidur di kamar itu. Iya, jika saja Adnan tak memergoki dan menceramahinya, tentu dia tak akan kembali ke kamar ini.
Aydan menarik napas panjang. Nadhira kini memakai gamis hitam tak lupa dengan hijab dan niqob senada pula, persis seperti burung gagak saja. Jangankan mengikuti ucapan papahnya, melihatnya saja Aydan tak selera. Entah apa yang membuat keluarga Wistara memilih Nadhira untuk menjadi menantu di rumah ini. Tapi ... bukankah Aydan juga memilihnya?
Orang-orang akan menyangka bahwa menantu dari keluarga Wistara bukan orang sembarangan, tentu dari kalangan atas. Namun nyatanya, Aydan pun tercengang saat mengetahui siapa Nadhira.
Nadhira berasal dari keluarga yang sederhana. Dia hanya pekerja paruh waktu di salah satu cabang toko kue milik Mia--Bunda Aydan.
Mengejutkan bukan? Bagaimana bisa keluarga terpandang ini ingin menikahkan putra tunggalnya dengan perempuan seperti Nadhira? Aydan jadi penasaran, apa yang membuat keluarganya begitu menyukai Nadhira.
"Kak?"
"Eh."
Aydan tersadar, dia yang sedari tadi mematung di depan pintu kini berjalan mendekati Nadhira. Posisinya masih sama seperti pertama Aydan masuk ke kamar ini, Nadhira betah duduk di tepi ranjang.
Aydan mengambil satu bantal, lalu mencari selimut di dalam lemari tempat biasa Bi Asih menyimpan selimut dan seprai ganti. Namun, Aydan mematung saat melihat isi lemari itu.
"Lo yang ganti?" Aydan bertanya tanpa menoleh pada Nadhira.
Nadhira menghampiri Aydan.
"Loh, baju saya sejak kapan ada di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alif Lam Mim
RomanceBagaimana jadinya seorang ketua geng motor menikah dengan wanita solehah yang bercadar? Aydan Razi Wistara, lelaki yang senang kebebasan itu dipertemukan dengan perempuan yang taat akan aturan, terutama aturan yang telah ditetapkan Tuhannya. Bagi A...