01: First Sight

48 8 0
                                    

Gadis dengan rambut sepanjang punggung berlari menembus kerumunan lautan manusia di depannya. Nafasnya tersengal-sengal, apa yang terjadi? Mengapa? Bagaimana bisa? Seolah-olah mereka tahu ia tengah terburu-buru, mereka memberikan jalan keluar baginya. Netra hijau miliknya membelalak melihat apa yang ada di depannya. Mendadak ia lupa siapa dirinya dan dimana dia tengah berada.

"Ini.. siapa yang ada di peti? Ini candaan doang kan?!" seru Nia menatap nanar ke seluruhan orang yang ada di sekitarnya.

Tak mendapat jawaban, Nia semakin menyalak. "Cepat jawab! Siapa yang ada di peti mati itu? Gak usah banyak basa basi lagi langsung saja ke intinya itu siapa?!"

Sekali lagi, mereka hanya diam sembari melempar tatapan pilu kepada gadis itu. Tak ada yang bisa membuka suaranya hanya untuk sekadar menjawab pertanyaan menyedihkan dari nona yang ada di hadapan mereka. Sampai akhirnya, sosok laki-laki berusia sekitar 26 tahun menepuk pundak gadis itu.

"Nia.. relakan Haxel ya?" tutur cowok ini lembut.

"Bang, jangan bohongin Nia bang.. " raung Nia meracau.

"Abang tidak bohongi Nia, ini beneran. Ada seseorang yang membunuh Haxel saat dia pergi keluar karena ada urusan yang harus diselesaikan" bisik Deska pada adiknya.

"Orang yang sudah membunuh bang Axel akan menerima pembalasan yang setara dengan perbuatannya sendiri" ungkap salah satu saudaranya-Fazura.

"Benar" sahut Nia. "Orang itu harus mendapatkan pembalasan Dan gue akan membuat hidupnya sengsara Sampai setara yang dilakukannya ke bang Haxel, nggak. Dia harus lebih menderita!"

Nia menatap kosong ke arah peti mati sang kakak kedua. "Lihat aja, berani sekali orang itu menantang Zania Lawrence untuk bermain" geramnya.

Sementara itu, dari sudut ruangan ada seorang laki-laki seumuran dengan Zania tengah menatap ke arah peti mati tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

...

Setelah beberapa hari kepergian Haxel, empat Lawrence bersaudara itu kini berniat untuk menyelidiki apa yang ada di balik kematian saudara mereka.

"Bersiaplah, kita akan pergi ke markas Shadow Predators" ucap Deska si sulung kepada tiga adiknya.

"Buat apa kita pergi kesana, bang?" tanya Fazura.

"Buat diskusi dengan anak-anak S.P, kita mau nyari pelaku yang telah membunuh Haxel" jawab Deska tegas.

Begitu derap langkah empat Lawrence bersaudara ini memasuki markas, puluhan anggota Shadow Predators menyambut mereka dengan penuh hormat. Selang waktu berlalu, salah satu dari mereka kebingungan karena Lawrence bersaudara yang biasanya datang berlima kini datang berempat.

"Permisi.. kenapa kalian hanya berempat? Haxel dimana?" tanya salah satu anggota S.P berhati-hati.

Sontak, empat bersaudara itu saling melempar tatap untuk satu sama lain, seolah mata mereka tengah berbicara sehingga akhirnya Zania mengangkat suaranya yang serak.

"Bang Haxel.." Zania mengepal tangannya, kepalanya tertunduk dalam menyiratkan kesedihan besar. "Udah gak ada" lanjutnya sembari terisak pelan.

Lima kata itu mengejutkan penghuni mansion.

"Maksudnya apa ya, Zania?!"

"Benar! Jangan bercanda hal yang nggak-nggak!"

Eden menghela nafas kasar, "Bang Haxel udah meninggal beberapa hari lalu"

Pernyataan itu membuat seisi mansion heboh dan bercampur aduk. Banyak orang yang bertanya-tanya bagaimana bisa dan kenapa secepat ini? Mereka masih membutuhkan sosok penengah seperti Haxel ditempat ini.

BLACK HARMONYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang