02: FOREIGN NUMBER

25 7 0
                                    

Setelah tidak mendapat apapun di  lokasi kejadian yang merenggut nyawa kakak keduanya, Zania memilih untuk menenangkan diri di cafe terdekat sejenak sebelum tancap gas kembali ke rumahnya.

Pikirannya kacau, dipenuhi oleh emosi negatif akan kematian sang kakak. Berkali-kali ia menyumpahi pelaku yang masih berkeliaran dengan bebas. Berkali-kali ia menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan memberikan neraka sesungguhnya kepada pelaku yang berani mengusik keluarganya.

Tak butuh waktu yang lama, kini Zania ada di depan rumah tempatnya pulang. Rumah yang selalu menjadi tempatnya beristirahat, rumah yang akan selalu terbuka lebar untuk dirinya.

Namun, penghuninya kurang satu.

Zania memasuki rumahnya dengan perasaan hampa, "Nia pulang.."

Biasanya, akan ada sosok kakak kedua yang duduk di sofa tersenyum menunggu bila ada salah satu adiknya yang pulang malam. Namun, kini hanya ada sisa kenangan di sofa tersebut. Biasanya akan ada suara cerewet yang memarahinya dengan tulus.

Namun kini, tak ada lagi.

Zania mengabaikan pandangannya dan memilih naik ke kamarnya sembari menekan perasaan hampa yang mengusik dirinya. Sesampainya di kamar yang bernuansa gelap itu, dia merebahkan diri di kasur. Tiba-tiba, bunyi notifikasi dari ponselnya mencuri perhatiannya.

"Siapa sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa sih..? Kok dia tau tentang bang Haxel?" Kecurigaan memenuhi benak Zania. Kematian anggota keluarga Lawrence adalah hal yang begitu keramat dan rahasia dan orang luar tidak mungkin bisa mengetahuinya.

Memilih untuk tidak meladeni pesan aneh yang datang kepadanya—meskipun nyatanya Zania ingin tahu dan cukup penasaran, namun gadis itu memilih keluar dari ruang percakapan online dan memilih menekan nomor salah satu sahabatnya.

Azura cutie is calling

"Halo, Ra? Gue mau bahas-" panggil Zania.

Terdengar teriakan dari pihak seberang sebelum ia menyelesaikan ucapannya, "APAAA?! GAK KEDENGARAN! DI SINI RIBUT BANGET!"

Teriakan yang cempreng dari sahabatnya membuat Zania menahan tawa, "Lo dimana, Ra?"

"Pasar malam" jawab Azura kalem. "Mau nitip nggak?"

"Dimana lokasi nya? Gue mau nyusulin lo" celetuk Zania.

Azura berusaha mengingat-ingat, "Pasar malam dekat taman itu loh di jalan indah No. 20 yang sering kita tempati lho masa  lupa sih?"

"Oh iya ini kan malam Minggu" Zania sedikit merutuki kesalahannya, "Sorry, Ra. Tunggu gue kesitu ya, otw nih"

"Santai sis" ucap Azura, "Gue tunggu lo di parkiran, okay?"

Sambungan telepon itu diputus sepihak oleh Zania. Azura tahu bahwa sahabatnya itu mungkin sekarang tengah mengendarai motor sport kesayangannya, makanya Zania memutus telpon di antara mereka. Selang belasan menit, tidak ada tanda-tanda kedatangan Zania tentunya membuat Azura panik sendiri.

BLACK HARMONYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang