Part 08

4.4K 272 1
                                    

"Gimana main airnya tadi? Seru nggak?" Pertanyaan itu terlontar dari kepala keluarga Dixon, yang ditujukan untuk kedua putranya. Mereka saat ini tengah makan malam bersama di gazebo resort, yang menghadap langsung ke arah luasnya lautan.

"Seru," jawab Erland seadanya, sambil sibuk menikmati menu makan malamnya sembari memandangi pemandangan laut luas yang kini tersaji di depannya.

"Kalian tau nggak Ma, Pa, Erland bisa berenang loh!" Ujar Alden setelah menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Benarkah? Tapi bagaimana bisa?" Dania tentu saja kaget dengan apa yang dikatakan oleh si sulung, sekaligus masih tidak percaya.

"Papa juga lihat, tadi. Kamu yang ngajarin ya, Al? Kok cepet banget bisa berenangnya!" Sambung Varen.

"Enggak," jawab Alden.

"Terus? Siapa yang ngajarin?" Tanya Dania sambil mengerutkan keningnya, sedangkan Erland hanya diam saja tanpa ada niat sama sekali untuk membalas, dia juga tidak tau apa yang harus dia katakan, jadi biarkan saja Alden yang menjawab pertanyaan dari kedua orang tua mereka.

"Papa,"

Uhuk! Uhuk!

Varen tersedak dengan minumannya, kala mendengar jawaban dari sang putra. Kenapa dirinya? Perasaan dirinya belum pernah mengajari si bungsu berenang.

"Lah? Mana ada? Papa nggak pernah tuh!" Varen menatap penuh tanya kepada kedua anaknya.

"Iya emang kalo secara fisik nggak pernah, tapi kalo secara... Apa yah namanya?" Alden nampak berpikir, dia memandangi Erland yang hanya diam seolah tidak peduli.

"Gimana jelasinnya yah, dek?" Alden menyikut tangan Erland, namun si empu hanya mengangkat bahunya sambil mulutnya mengunyah makanan.

"Coba cerita pelan-pelan deh," saran sang Mama.

"Jadi gini Ma, selama adek koma dia tuh mimpi kalo Papa ngajarin dia berenang, jadi yah... Gini lah jadinya, dia bisa berenang gara-gara diajarin papa dalam mimpinya,"  terang Alden.

"Hah? Emang bisa kayak gitu, dek?" Varen menatap putra bungsunya dengan tatapan penuh tanya.

"Bisa, buktinya sudah jelas, bukan? Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak percaya," jawab Erland sambil memandangi keluarganya.

"Aneh banget, yah!" Diana terkekeh, walaupun dalam hatinya masih merasa heran. Kok bisa?

(。・ω・。)ノ♡

Erland mendesah kasar, sambil memandangi Alden yang tengah berbaring di sebelahnya sambil bermain dengan sebuah benda yang dia tau nama benda itu adalah handphone.

"Kamu kenapa, dek? Ada yang sakit?" Tanya Alden sambil memandang khawatir ke arah adiknya.

"Tidak, kok!" Jawab Erland sambil tersenyum palsu.

"Oh gitu, kalo ada yang sakit bilang sama kakak, jangan ditahan sendiri. Okay?" Erland menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Good boy!" Alden mengusap lembut rambut hitam pemuda itu.

Erland memutar malas bola matanya kala melihat Alden yang kembali fokus pada handphonenya.

Dia sebenarnya merasa risih dengan kehadiran Alden yang ternyata tidur sekamar dengannya malam ini. Dia sebenarnya sudah melayangkan protes, kenapa kedua orangtuanya tidak memesan kamar masing-masing saja untuk mereka? Namun dengan santainya Alden menjawab, bahwa dia ingin tidur Erland. Apa yang bisa Erland lakukan? Tentu saja tidak! Karena kedua orangtuanya pun setuju jika dia tidur sekamar dengan kakaknya.

♔ Transmigration King ♔ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang