Bab 6. Khawatir

115 22 1
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

🌹🌹🌹

"Dari sekian banyak rumah, kenapa hanya aku yang tidak memilikinya? Lantas, di mana tempatku kembali?"
-Zeliya Edline-

🌹🌹🌹

Sore ini Parlova mengajak Zeliya untuk mengunjungi rumah sahabatnya, Parlova mendapat kabar bahwa Tiffany ingin mempercepat tanggal pertunangan. Sebenarnya Parlova tidak ingin memaksa Farez, tapi Parlova sedikit sungkan dengan Catrina yang sangat baik padanya.

Catrina dan Parlova, mereka sudah menjalin persahabatan selama bertahun-tahun, hubungan mereka bahkan sangat baik jika hanya dikatakan sebagai sahabat, meski Parlova jauh lebih muda dibanding Catrina, dua wanita itu terlihat seumuran jika bersama.

"Bagaimana? Ini sebaiknya dilanjutkan atau dihentikan saja?" tanya Catrina membuka percakapan, ia tidak ingin putrinya terjebak dalam kehidupan Farez.

"Farez tidak pernah setuju dengan pertunangan ini, lagipula mereka masih sangat muda."

"Aku juga berfikir seperti itu, tapi Tiffany sangat keras kepala, entah aku bisa membujuknya atau tidak."

Karena bingung harus berbuat apa, Zeliya memilih diam sembari menyimak apa yang dibahas Tante Parlova dan sahabatnya. Wanita di depannya ini terlihat sangat baik dan lembut, berbeda dengan putrinya yang sedikit angkuh.

"Dia siapa?" Catrina sedikit asing dengan gadis yang duduk di samping Parlova.

"Zeliya, dia anggota baru di rumahku."

Catrina tersenyum tipis melihatnya. Ia baru tau ada seorang gadis yang tinggal di rumah Parlova, padahal biasanya hanya terdapat maid dan usianya pun sudah berkepala empat.

Setelah berbincang cukup lama, Catrina mengajak Parlova ke ruang kerjanya. Catrina ingin menunjukkan sesuatu mengenai Galeri Corsova. Dua wanita itu pergi meninggalkan Zeliya di ruang tamu sendirian, namun Parlova sudah menyuruh Zeliya agar tidak pergi ke mana-mana.

Sedikit bosan, Zeliya memutuskan untuk melihat-lihat sekeliling rumah, gadis itu berjalan pelan sembari menatap sekitarnya. Rumah ini sangat luas, banyak lukisan-lukisan indah terpasang pada dinding-dinding rumah seperti rumah Farez.

Langkah Zeliya terhenti tepat di depan sebuah foto seorang anak kecil kira-kira berumur 5 tahun, dia terlihat sangat cantik dan imut, kedua tangannya memeluk erat sebuket bunga mawar, sepertinya dia sangat menyukai bunga itu.

Cukup lama memandangi foto, mendadak kepala Zeliya terasa sakit, sontak kedua tangan Zeliya memijat kepalanya, gadis itu bisa melihat beberapa bayangan melintas begitu cepat, terlihat buram dan tak jelas.

FAREZ QUEEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang