Asher mengeluarkan isi lemarinya dengan tergesa. Mungkin ada beberapa pakaian lama yang bisa dipakai.
Agatha masih terdiam, duduk di atas ranjang pria itu dengan wajah bingung.
"Ini, Ganti pakaianmu. Cepat" beberapa potong pakaian diberikannya, dari mulai kemeja katun kerah tinggi miliknya, rompi kulit kesukaannya,sampai celana bahan dengan model bajak laut.
"Tapi, Asher... Bagaimana dengan yang lainnya?" Gadis itu menerimanya, tapi wajahnya jelas mengatakan keberatannya.
Asher duduk di sampingnya, mengelus rambutnya dengan perlahan. Ia berusaha menyakinkan Agatha. Bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkannya saat ini. Karena semua yang berada di kerajaan ini pasti melindunginya, apa pun yang terjadi.
"Siapa Yang kau khawatirkan?" Ia bertanya begitu lembut, mencoba menjaga perasaan gadis dihadapannya. Tatapannya bergulir kearah pakaian yang dipangkunya.
Asher menggenggam tangannya, lalu berkata perlahan. "Keselamatanmu adalah prioritas utama saat ini. Jangan melantur"
Tangannya membalas genggaman pria itu dengan begitu erat. Dia masih belum mengerti dengan semua yang terjadi sampai saat ini. Matanya mengikuti arah pandang Asher, menatap lurus pada lukisan di dinding kamarnya.
Lukisan yang sama seperti yang berada di kamarnya. Lukisan yang begitu indah, namun entah kenapa terasa begitu menyedihkan di matanya saat ini.
Apa benar para malaikat itu yang menyerang mereka? Dan kalaupun benar, untuk apa? Mengapa mereka sampai membunuh rakyatnya? Apa mereka melakukan sebuah dosa? Agatha tidak mengerti. Dia tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Matanya memerah menahan tangis, tapi air mata tetap saja mengalir keluar dari matanya.
"Lalu... Dimana, Dimana Cyvon?" Agatha bertanya padanya, suaranya rendah seakan tertahan di tenggorokannya.
"Tak perlu mengkhawatirkannya. Dia di penjara saat ini. Menyiapkan salinanmu" Asher meletakkan dagunya di kepala gadis itu, tangannya merangkul tubuh kurus Agatha.
"Salinan? Apa maksudmu?"
Asher mulai mulai menjelaskan. Betapa pentingnya keselamatan gadis itu bagi kerajaan ini. Karena bagaimana pun juga, meski seluruh Thessira hancur tak tersisa, jika sang pewaris masih hidup maka Sang Naga belum meninggalkan mereka.
Selama pewaris sah darah utama masih hidup, Sang Naga takkan pernah mati. Hanya tertidur, menunggu saatnya dibangunkan kembali. Dan apa pun harus dilakukan agar tujuan itu tercapai. Tak ada salahnya membunuh seseorang yang secara kebetulan terlihat mirip dengan sang putri.
Tak ada salahnya jika gadis itu harus menemui ajalnya, karena hidupnya sendiri sudah begitu buruk. Agatha adalah seorang putri, pewaris Shahloins, penguasa naga. Sementara gadis itu hanyalah seorang perampok rendahan dari wilayah yang terlupakan. Kehormatan besar baginya mati sebagai putri kerajaan.
"Agatha, cepatlah. Keadaan mungkin semakin buruk, dan kau akan tetap seperti ini?" Asher memintanya untuk segera mengganti pakaiannya. Sementara dia sendiri menyiapkan hal lainnya.
Setelah beberapa saat gadis itu keluar dari ruang ganti, semuanya sudah berubah. Hanya riasan wajahnya yang belum berubah. Ia mendekat, wajahnya tampak begitu sedih.
"Aku tidak tahu... apa yang harus kulakukan" Suaranya terdengar sedikit bergetar.
Asher menatapnya sedih. Putri yang dicintainya harus berpenampilan seperti pengembara lusuh. Bahkan lebih dari itu, Agatha benar-benar akan mengembara seorang diri. Bersembunyi dari bayang mata setiap orang. Berlindung dari setiap orang layaknya buronan.
Tidak, Asher tak pernah ingin hal itu terjadi. Selama ia hidup di dunia dimana Agatha hidup di dalamnya, akan ia berikan semua untuk gadis itu. Tapi saat ini, semua jalan harus dilalui untuk hidup gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demonic Angel; Fate Under The Faith (Hiatus)
FantasySistem pemerintahan abadi yang telah membayangi Lunan selama ini mulai mendapat banyak kecaman. Banyak penguasa dan pemimpin yang merasa dirugikan oleh Tuhan palsu tersebut. Layaknya sebuah kultus raksasa, mereka memutar balikkan kenyataan. Memupuk...