Penobatan; 2

22 7 1
                                    

Agatha tersipu malu saat berjalan menuruni tangga. Asher mengapit sikunya, berjalan perlahan menyusuri tangga.

Tepat di anak tangga terakhir, Cyvon menunggu mereka turun. Senyum terus melekat di wajahnya. Ia mengenakan setelan pengantin putih, dengan mawar merah di saku tuksedonya. Pakaian sederhana yang terlihat begitu mewah.

"Anda cantik sekali, yang mulia" Ia menunduk, meletakkan telapak tangan Agatha di bibirnya, mengecupnya lembut.

"Bahkan kau terlihat sangat tampan, Cyvon. Yelena pasti sangat cantik" Agatha balas memujinya, wajahnya merona.

"Harus kuakui, memang cantik. Tapi Ratuku ini jauh lebih cantik" Ia menolak dengan lembut, mengatakan bahwa Agatha jauh lebih cantik dari pengantinnya.

"Di mana Yelena?" Agatha menoleh, tak ada siapa pun. Hanya Cyvon."Di ruang pemujaan. Bersama teman-temannya." Cyvon menjelaskan.

"Agatha sangat ingin melihat pernikahanmu. Dia terus memaksaku" Asher setengah berbisik ke arahnya, sengaja mengecilkan suaranya.

"Benarkah? Sayang sekali kau melewati acaraku. Tapi pengorbanan memang harus dilakukan" Pengantin itu tersenyum. "Mari, kuantar kau menuju takhtamu. Yang mulia Ratu" Cyvon berjalan perlahan, tampak begitu anggun dan memikat.

                                  ###

Cyvon berjalan lebih dulu. Sengaja memberikan waktu untuk mereka berdua. Karena mungkin ada yang belum terucap.

"Aku... gugup" Agatha berujar lemah, setengah berbisik.

Asher menggenggam tangannya lembut. berbisik di telinga Agatha. "Aku bahkan lebih gugup darimu. Agatha"

"Bagaimana jika mereka mengira aku aneh? Aku tidak menyeramkan, benar?" Tanya Agatha.

Matanya menelisik wajah Agatha. Cantik, seperti selama ini yang dibayangkannya.
"Aku takut mereka akan jatuh hati kepadamu" Pria itu mencoba menjelaskan.

"Jangan bercanda, aku serius." Agatha menjawab cepat-cepat, menghilangkan malu. "Aku tidak bercanda. Seharusnya kau berjalan dengan bangga, Ratuku" Ucapnya sambil tersenyum.

Dia berhenti. Terdiam, memikirkan jawaban apa yang harus diucapkannya.
"Aku tidak punya alasan untuk berbangga diri" Akhirnya, hanya kata-kata itu yang mampu dipikirkannya.

"Saat kau terlihat seperti pengantin para dewa, mengapa tidak"

"Tentu saja tidak..." Agatha menggantung kalimatnya, sejenak suaranya tertahan di tenggorokan. "...Karena kau, bukan seorang dewa"

"Hmph... tidak jelas" Asher mendekat, tersenyum menggoda.

"Karena kau bukan dewa" Agatha menjelaskan, sekali lagi.

"Jadi, itu berarti..." Asher tampak berpikir. "Kau mau menjadi pengantinku?" Tanyanya dengan kedua mata yang menatapnya intens

"Aku tak perlu menjawabnya" Agatha berkilah. "Tapi aku ingin kau menjawab" Asher bersikukuh.

Agatha memalingkan wajahnya, ia merasa malu ditatap seperti itu. Tapi meskipun ia memalingkan wajahnya, jemarinya masih menggenggam erat tangan pria itu. "Sejak kapan kau menyukaiku?"

Asher menguatkan genggamannya, ia tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Lama sekali, Ratuku. Sudah amat sangat lama... Dan bukan hanya suka, aku... mencintaimu. Bahkan di kehidupan sebelumnya."

Agatha menoleh, menatap wajah tampan Asher. "Kau percaya pada reinkarnasi?" Tanyanya spontan.

"Kenapa tidak? Saat contohnya berada tepat di depanku." Asher tersenyum menggoda, ia menjawab dengan begitu lembut.

"Aku tidak... Mengerti. Leluconmu tidak masuk akal." Ia menolak mempercayai apa yang didengarnya. Meski hal itu sesuatu yang hampir diketahui semua orang, Agatha merasa sulit mempercayainya... Sekalipun Asher yang mengatakannya.

Karena merasa kedua orang itu berjalan dengan sangat lambat di belakangnya, Cyvon menoleh dan mendapati keduanya sedang saling tatap

"Apa yang kalian bicarakan? Simpan semua rayuan dan yang lainnya. Kita sudah sampai."

Mendengar celetukan sang paman, Agatha jadi merasa malu.  Cepat-cepat ia menjauh dari Asher. Semburat kemerahan menghiasi pipinya.

Ia berjalan cepat menuju pamannya, menghilangkan rasa gugup saat bersama Asher.

"Yang terhormat, Yang Mulia Calon Ratu; Putri Agatha Sant-Cadys!"

Saat Cyvon sebagai panglima perang mengumumkan kedatangannya, bukan Agatha yang melangkah masuk ke dalam ruang pemujaan.

"Penyerangan! Lapisan luar... Halsgrave... Tak ada... yang selamat... Menuju tempat ini... Yang mulia..."

Tapi seorang prajurit-dari seragamnya ia penjaga gerbang. Yang datang dengan tergesa-gesa dan berantakan. Seragamnya robek dibanyak tempat, memperlihatkan dagingnya yang teriris dan berdarah.

Demonic Angel; Fate Under The Faith (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang