Di tengah semilir angin malam Kota Bandung, Raquelle Luvena hidup dalam kedamaian sederhana. Gadis polos dengan senyuman lembut itu tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang lelaki akan mengubah segalanya.
Reyyan Devara Aldrich bukan se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I'm so afraid of losing you, Ell. but can you promise me? You will always be beside me." ━━━Reyyan Devara Aldrich.
🪐🪐🪐
Rey mengacuhkan Papa Zoe dan terus melangkahkan kaki nya ke kamar, saat membuka kamar ia melihat gadisnya yang sedang sibuk. Lebih tepatnya ibuk dengan cemilannya.
"Ell, ayo makan dulu." Rey menutup pintu kamarnya pelan-pelan.
"Nggak mau, aku udah kenyang Kak." Tolak Ell dan terus menyuapkan cemilan ke mulutnya.
"Kenyang makan apa?"
"Angin?" sambung Rey dengan nada herannya.
"Nggak dong tentunya, aku kenyang habis makan cemilan." Ell menunjuk ke kantong plastik yang penuh dengan sampah sisa-sisa makanan.
"Astaga, ya ampun." Gumam pelan Rey sembari menggaruk kepalanya pelan.
"Kak Rey kenapa? Pusing?"
"Iya, pusing. Kenapa lo nggak mau makan nasi dulu sebelum makan cemilan."
"Udah ah makan dulu," Rey langsung mengambil cemilan yang ada di tangan Ell.
"Ihh! Mana cemilan nya?!" kesal Ell dengan mengerucut kan mulutnya.
"Makan dulu ya, bocil bawel."
Ell menggelengkan kepalanya pelan, tiba-tiba ia mengingat belum mengabari keluarganya.
"Kak Rey, aku boleh minta tolong?" pinta Ell dengan nada gemasnya, ia selalu mengeluarkan jurus nya agar Rey luluh.
"Hm? Mau minta tolong apa?"
"Kuota aku habis jadi gak bisa ngabarin Bunda sama Ayah, jadi Kak Rey bisa bantuin Ell buat ngabarin Bunda aku nggak? Hehehe."
"Atau nggak gini deh, aku pinjem handphone Kak Rey aja."
Rey langsung meletakkan piring dan melangkahkan kakinya ke meja belajar yang tidak jauh dari kasurnya.
Ell yang kebingungan lalu mengikuti langkah lelaki itu, dan melihat Rey yang sedang sibuk dengan handphone-nya.
'Jadi udah gini aja? Aku dikacangin gitu.' batin Ell dengan menatap kesal ke arah lelaki yang lebih tua dari nya.
"Udah gue kabarin."
"Emang Kak Rey punya nomer Bunda?" tanya Ell dengan mengalungkan tangannya ke leher lelaki itu.
"Punya dong, Sayang." Bisik Rey dengan nada beratnya lalu mengecup leher jenjang gadis itu.